SEAToday, Jakarta-Momen libur hari raya Idulfitri kerap diyakini sebagai waktu terbaik merilis film-film. Sineas Indonesia memandangnya sebagai salah satu strategi yang ampuh untuk melariskan filmnya. Siasat itu telah dilakukan oleh banyak sutradara ternama, misalnya Riri Reza dengan Laskar Pelangi (2008) dan Awi Suryadi dengan KKN Desa Penari (2022).
Film mereka laris manis hingga mencapai jutaan penonton. Namun, siasat rilis film di hari libur Lebaran sebenarnya bukan barang baru. Siasat itu sudah digunakan sejak tahun 1980-an. Nah, siapa pionirnya?
Fenomena Warkop DKI
Pasar film komedi tak pernah kekurangan penggemarnya. Kondisi itu dibuktikan dengan hadirnya grup lawak, Warkop Prambors pada 1970-an. Grup lawak itu mulanya beranggotakan Dono, Kasino, Indro, Nanu, dan Rudi Badil.
Mereka mampu mengocok perut pendengar radio Prambors lewat program Obrolan Santai di Warung Kopi. Eksistensi Warkop Prambors terus melejit denganhumor yang khas. Semuanya berkat kemampuan masing-masing personil membungkus kritik kebijakan rezim Orde Baru (Orba) dengan humor cerdas.
Warkop Prambors bak mewakili keresahan masyarakat terkait kebijakan-kebijakan yang tak tepat sasaran. Saban hari siaran Warkop Prambors selalu ditunggu-tunggu penggemarnya.
Mereka pun mulai mendapatkan tawaran mentas di sana-sini. Dunia perfilman ikut dijajal. Siapa sangka upaya coba-coba itu membawa mereka eksis di panggung hiburan lebih lama. Film pertama Warkop Prambors tanpa sosok Rudi Badil adalah Mana Tahan (1979). Film itu sukses besar.
Sineas kenamaan Indonesia, Garin Nugroho memandang kesuksesaan itu layaknya jembatan yang membawa Warkop DKI ke puncak kesuksesan. Filmnya laris manis. Penggemarnya pun bejibun. Formula itu jadi bekal penting Warkop Prambors merajai film komedi di Indonesia.
“Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors, kemudian berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick. Film pertama yang mereka bintangi adalah Mana Tahan (1979) berformasi Dono, Kasino, Indro, dan Nanu. Film mereka langsung menjadi salah satu film terlaris tahun itu. selanjutnya di film Gengsi Dong (1980) mereka tinggal bertiga dan belakangan kemudian berganti menjadi warkop DKI,” puji Garin Nugroho dan Dyna Herlina S. dalam buku Krisis dan Paradoks Film Indonesia (2015).
Ketiadaan Nanu dalam film-film Warkop berikutnya tak jadi masalah besar. Pesona Dono, Kasino, Indro tetap mampu memukau penonton. Sekalipun nama Warkop tak lagi menggunakan embel-embel Prambors dan menggantinya jadi Warkop Dono Kasino Indro (DKI).
Film-film berikutnya dari Warkop DKI terus digemari dan jadi Box Office. Kadang kala film Warkop mampu mengalahkan jumlah penonton film yang telah memenangkan penghargaan Festival Film Indonesia (FFI). Ambil contoh kala Maju Kena Mundur Kena (1983) mulai diputar di seantero negeri.
Film itu mencapai jumlah penonton yang fantastis pada zamannya: 700 ribu penonton. Film Di Balik Kelambu (1983) yang menang sampai enam Piala Citra saja hanya mendapat 250 ribu penonton.
“Film-film Warkop umumnya masuk box office--dalam arti ditonton oleh lebih dari 100 ribu orang. Chips (1982), misalnya, menyedot hampir 500.000 penonton. Sedang Pintar-Pintar Bodoh (1981), film terlaris tahun 1981, menggaet 475 ribu orang. Tak heran bila Dono, Kasino, Indro kini makin diincar produser. Sampai tahun 1984 mereka sudah teken kontrak untuk beberapa film,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Menggelitik Duit Penonton, 13 Agustus 1983.
Resep Laris Manis: Tayang Lebaran
Dono, Kasino, Indro punya siasat tersendiri dalam mempopulerkan film-filmnya. Siasat itu ada dua macam. Pertama, penghematan popularitas. Kedua, mengusulkan waktu tayang film di waktu liburan menjelang dan setelah hari raya Idulfitri.
Siasat penghematan popularitas sendiri digunakan Warkop DKI dengan membatasi kemunculan mereka di panggung maupun layar kaca. Pola itu kemudian membentuk suatu kerinduan. Siasat itu ditambah lagi dengan mengusulkan penayangan film Warkop di hari libur Lebaran.
“Menurut Indro soal pemasaran film memang bukan tanggung jawab Warkop secara langsung, tetapi mengamati fakta yang terjadi, kelompok ini mengusulkan agar timing pemasaran saat hari raya dijadikan semacam pola. Nyatanya, kiat ini berhasil. boleh dikata selama belasan tahun kemudian puluhan film Warkop tak pernah Jeblok,” kata Eddy Suhardy dalam buku Warkop: Main-Main Jadi Bukan Main (2010).
Siasat itu diambil Warkop karena melihat fenomena film Pintar-Pintar Bodoh (1981) yang dilepas pada masa libur Lebaran. Hasilnya bawa kegembiraan. Usul di libur Lebaran itu mirip-mirip dengan pemutaran film di luar negeri yang menunggu hadirnya musim panas atau musim gugur, karena masa libur.
Penayangan film di masa Lebaran mendatangkan kesuksesan yang luar biasa. Saban film Warkop DKI hadir, niscaya akan laris manis. Bioskop belum buka saja, halaman gedungnya selalu penuh dengan antrian penonton yang mengular.
Sebaliknya, jika film Warkop DKI tak lagi hadir menyapa penggemarnya di hari libur Lebaran. Pengusaha bioskop akan merasa sedih karena pemasukannya berkurang. Kejadian itu pernah terjadi pada lebaran tahun 1996. Warkop DKI sama sekali tak mengeluarkan film pada tahun 1996.
Pengusaha pun kelabakan dan merugi. Meraka menyakini selama Lebaran pendapatan bioskop banyak ditopang dari hadirnya film Warkop DKI. Sedang pada 1996 pengusaha bioskop merasa tak ada film nasional yang mampu mendongkrak pendapatan menjelang Lebaran.
“Absennya film komedi khas Warkop DKI yang dibintangi Dono, Kasino, dan Indro pada lebaran tahun 1996 ini membuat pengusaha bioskop di beberapa daerah merasa prihatin,” tertulis dalam buku Kronik Sinema 1996 (1997).
Kondisi itu berlangsung dalam waktu yang lama. Film-film Warkop DKI terdahulu pun juga mulai dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi. Semenjak itu Warkop DKI yang disebut ‘jagoan’ Lebaran tak hanya mejeng di layar bioskop, tapi di layar televisi.
Kemudian, tiada yang aneh jika dalam tiap sanubari banyak orang, film Warkop identik dekat dengan opor ayam. Eh, maksudnya hari raya Idulfitri.
Recommended Article
Lifestyle Update
The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...
The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...
Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...
Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...
Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.