• Monday, 23 December 2024

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak Muda Jakarta

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak Muda Jakarta
Gubernur DKI Jaya Ali Sadikin meresmikan perbaikan lingkungan pertokoan dan sistem parkir baru di Blok M Kebayoran Baru, 20 Mei 1977 | Perpustakaan Nasional/IPPHOS

SEAToday.com, Jakarta - Kawasan Blok M tak pernah sepi. Kawasan bisnis dan perbelanjaan yang terletak di Kebayoran baru, Jakarta Selatan itu jadi tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Blok M bak menyediakan semuanya. Akses transportasi memadai, pusat perbelajaan, kuliner, seni, hingga hiburan.

Gambaran itu telah hadir secara turun-temurun. Namun, popularitas Blok M sebagai tempat tongkrongan tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya. Begini ceritanya.

Perkembangan Batavia (sekarang: Jakarta) sebagai pusat kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda begitu pesat. Batavia jadi pusat segalanya, uang dan pekerjaan. Gairah itu membuat orang-orang –dalam dan luar negeri-- berdatangan ke Batavia untuk mengadu nasib.

Pemerintah pun mulai meramal kepadatan penduduk akan hadir di Batavia. Mereka tak tinggal diam. Ide membangun kota satelit dicetuskan pada 1937. Konsepnya dibuat. Luas lahan yang akan digunakan kira-kira 730 hektar.

Kelak proyek itu dikenal sebagai Kebayoran Baru. Pembangunan Kebayoran Baru bermasalah karena alih kuasa. Namun, baru dilanjutkan kembali saat Indonesia merdeka pada 1948. Daerah Kebayoran Baru dibagi berdasarkan abjad: Blok A, Blok S, Blok P, hingga Blok M.

Kawasan Blok M kala itu tak langsung diserbu anak muda pada era 1950-1960-an. Akses transportasi umum masih belum memadai. Demikian juga dengan sarana dan prasarana lainnya.

“Kompleks pertokoan Blok M masih barisan toko biasa bertingkat dua belum seramai dan sepadat seperti sesudah 1970-an dan 1980-an. Begitu juga pasar tradisional yang terletak di tengahnya, biasa saja belum begitu ramai dan padat seperti sesudah 1970-an. Stasiun bus Blok M juga belum seperti sekarang, masih jalan biasa dan belum ramai,” ujar Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).

Gebrakan Ali Sadikin

Popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda sulit hadir tanpa Ali Sadikin. Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 itu bak otak dari upaya mempercantik Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Ali itu mulai merangkum segala bentuk permasalahan Jakarta.

Ali menganggap Jakarta butuh banyak dana. Pemerintah pusat jelas tak bisa diandalkan. Ia mulai mencari dana dari kantong-kantong lain macam perjudian. Hasilnya Jakarta banyak membangun. Kawasan Blok M pun kecipratan manfaat.

Ali mulai menatap Blok M sebagai kawasan komersial di masa yang akan datang. Blok M dianggapnya penting walau luasnya hanya tiga kilometer persegi. Kawasan itu dibatasi langsung sebelah utara Jalan Trunojoyo, sebelah timur Jalan Iskandarsyah Raya, sebelah selatan Jalan Melawai Raya, dan sebelah barat jalan Sisingamangaraja.

Pria yang dijuluki Kennedy dari Timur mulai melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung citra Blok M sebagai kawasan komersial. Ia mulai memikirkan membenahi sistem transportasinya dahulunya. Terminal Blok M pun digagasnya. Ali tak lupa menghadirkan pula Pasar Melawai Blok M.

Kedua fasilitas itu sudah dapat digunakan pada 1968. Geliat pembangunan tambah pesat pada era 1970-an. Ali menata dengan serius Blok M. Ia ingin Blok M dapat jadi sentra kesenian, kuliner, olahraga, Hiburan, dan bisnis.

Ali Sadikin sampai menutup jalan. Jejaknya pun dibuat dalam sebuah prasasti jejak kaki Ali Sadikin pada 1977 – sekarang prasasti itu dekat Blok M Square.

“Awalnya Jalan Hasanuddin yang berdampingan dengan Taman Christina Marta Tiahahu merupakan jalan raya, terbuka untuk arus lalu lintas. Namun di akhir tahun 70an, ketika kawasan pusat perbelanjaan Blok M mulai berkembang, jalan raya ini ditutup. Dibangunlah beberapa tempat jualan makanan, minuman yang permanen. Bangunannya berbentuk bulat, terbuka,” ungkap Johnny TG dalam tulisannya di Harian Kompas berjudul Blok M: Komplet Sejak Dulu, 24 Februari 2019.

Jejak yang paling penting adalah kehadiran dari Gelanggang Remaja (GR) Bulungan (dikenal: GOR Bulungan) pada 1972. GOR Bulungan memiliki fasilitas lengkap di zaman, gedung olahraga yang sekaligus bisa jadi ruang untuk pertunjukkan seni.

Kehadiran GOR Bulungan seraya jadi salah satunya tempat rendezvous anak-anak muda. Seniman-seniman Jakarta pun tak mau kalah meramaikannya.

“Untuk menampung beragam kegiatan dan membuatnya dilirik sebagai tempat gaul, gelanggang ini dibekali gedung olahraga dan ruang pertunjukan. Ada satu masa gelanggang ini menjadi magnet seniman muda, seperti Noorca M. Massardi, Renny Djajusman, Yudhistira A.N.M. Massardi, Radhar Panca Dahana, dan Anto Baret,” tutup Isma Savitri dalam tulisan di Majalah Tempo berjudul Kaki-Kaki TIM yang Terlupakan, 14 April 2020.

Saban hari mereka mulai menjadikan Blok M sebagai tempat nongkrong. Gairah itu kemudian menarik banyak orang beramai-ramai nongkrong di Blok M. Pusat perbelajaan kian bertumbuh. Bioskop-bioskop ikut meramaikan seperti Kebayoran Theatre, New Garden Hall Theatre, dan Benyamin Theatre.

Tongkrongan Anak Muda

Blok M menjelma sebagai jantungnya gaya hidup anak muda Ibu Kota di Kebayoran Baru. Restoran banyak bertumbuh dengan konsep luar negeri, seperti Jepang . Bisnis waralaba ayam goreng dari Negeri Paman Sam pun ikut menjamur.

Blok M kian lengkap dengan Segala macam produk impor banyak tersedia di barisan toko-toko di Blok M. Kehadiran Aldiron Plaza kian melengkapi. Aldiron Plaza melengkapi gairah anak muda mejeng di Blok M.

Anak muda tak cuma mejeng di Aldiron Plaza. Mereka juga biasa bermain sepatu roda di dekat Aldiron Plaza. Permainan sepatu roda sambil diiringi lagu-lagu disko dan lampu warna-warni.

Hasilnya, banyak orang yang melihat Blok M memiliki potensi jadi ajang promosi apa saja yang targetnya anak muda. Bahkan, ada parpol kepincut untuk kampanye di Blok M. mereka berharap dapat menjaring pemilih muda.

“Bahkan, puluhan anak muda bersepatu roda di sekitar Blok M. Mereka sempat mencuri perhatian masyarakat di pinggir jalan, karena pakaian mereka serba merah (baca: warna identik Partai Demokrasi Indonesia) lengkap dengan jubah mengenakan sombrero merah. Sekali-sekali anak muda ini berhenti mempertontonkan kemahiran berdisko diiringi lagu-lagu panas yang keluar dari mini bis Suzuki Carry yang sengaja mengiri mereka,” tertulis dalam laporan Harian Kompas berjudul PDI Kampanye dengan Warna Merah Meriah, 18 April 1987.

Iklim musik tak kalah mentereng di Blok M. Banyak toko-toko kaset jadi buruan anak muda. Mereka tak saja mencari kaset dari penyanyi atau band yang sedang hits, tapi juga lagu-lagu dari mancanegara yang belum sama sekali mereka dengar.

Produser musik kenamaan Indonesia, Jan Djuhana jadikan Blok M sebagai pusat riset selera musik anak muda. Produser yang pernah mengorbit Sheila on 7 hingga Dewa 19 itu meyakini selera pembeli di Blok M bisa menjadi bahan pertimbangan dirinya mengorbit penyanyi atau grup band.

Kini perkembangan Blok M kian pesat. Akses transportasi bukan cuma naik bus. Ada TransJakarta, ada juga MRT. Gairah itu semakin menjaga imej Blok M sebagai pusat tongkrongan anak muda Ibu Kota. Perbedaannya hanya terletak kepada minat dan hiburan anak muda era kekinian saja yang berbeda. Tidak lebih.

 

Share
Lifestyle Update
Indonesia Welcomes Back 828 Artifacts from the Netherlands

Indonesia Welcomes Back 828 Artifacts from the Netherlands

Five Places to Hunt for Authentic Indonesian Souvenirs

Check out these recommended places to hunt for authentic souvenirs in Indonesia, as quoted from the Ministry of Tourism and Creative Economy website!

The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...

The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...

Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...

Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.

Wonderful Indonesia
Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...

Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.

Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...

The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.

National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...

To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.