Mayat dan Darah di Batavia: Sejarah Geger Pacinan Pembantaian Orang China 1740
SEAToday.com, Jakarta-Tiada yang mengalahkan Kota Jakarta sebagai saksi bisu peristiwa bersejarah. Jakarta pernah jadi saksi era kebangkitan nasional. Kondisi itu membuat Jakarta didaulat sebagai lokasi Sumpah Pemuda hingga peristiwa terbesar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Jakarta pun tak melulu memuat sejarah positif. Kadang juga sejarah kelam. Kota yang dulunya berjuluk Ratu dari Timur pernah jadi gelanggang pembantaian massal orang China. Peristiwa itu dikenal luas sebagai Geger Pacinan. Begini ceritanya.
Ketergantungan orang Belanda terhadap orang China tak ragukan. Hubungan itu telah berjalan dengan manis sedari kongsi dagang Belanda, VOC membangun Batavia (sekarang: Jakarta) pada 1619. VOC yang biasa disebut Kompeni merasa butuh bantuan orang China untuk membangun Batavia.
Keinginan itu beralasan. Orang Belanda tak bisa memanfaatkan tenaga kaum bumiputra. Risiko konfliknya besar. Kompeni lalu beralih kepada kaum cinta damai dan tak suka perang, tapi suka uang: orang China.
Kompeni menyediakan ‘karpet merah’ kepada orang China yang mau hidup di Batavia. Mereka memberikan keistimewaan dan jaminan keamanan ke Orang China. Kompeni pun meminta mereka menggerakan roda ekonomi di Batavia. Pekerjaan kasar dilakoni. Pekerjaan besar disyukuri.
“Orang China menguasai bidang-bidang penting kegiatan ekonomi kota seperti perikanan, penguasaan kayu, pekerjaan bangunan, pertanian, perkebunan, pemasaran, kerajinan, dan perdagangan dalam negeri dan China. Bermacam-macam pajak yang dipungut oleh Kompeni atas penduduk Batavia terutama dilakukan penarikannya oleh orang-orang China,” ungkap Sejarawan Leonard Blusse dalam buku Persekutuan Aneh: pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC (1988).
Kedekatan itu menghasilkan simbiosis mutualisme. Penghasilan orang China dipajakin. Tanaganya digunakan untuk membangun banyak bangunan, dari Kastil hingga Balai Kota Batavia. Orang China pun ketiban mujur jadi penduduk Batavia par excellence (tiada tandingannya).
Rusaknya Hubungan Baik
Kompeni menggantungkan untung dari bisnis perdagangan sudah jadi rahasia umum. Pegawai-pegawainya pun ikut kecipratan untung. Namun, geliat bisnis tak dapat ditebak. Bisnis selalu mengarahkan ke dunia hal: Kadang lagi mujur untung, tapi kadang juga rugi.
Penjajah Belanda sendiri pernah merasakan rugi karena kalah bersaing berdagang gula dengan kongsi dagang asal Inggris, EIC pada 1730-an. Kondisi itu berimbas pada stabilitas ekonomi di Batavia. Orang China yang banyak 'mendewakan' bisnis gula gulung tikar – pemilik kebun tebu, pabrik, dan buruh.
Mereka mulai memecat pekerjanya. Orang China banyak jadi pengangguran. Hasilnya tak sedikit orang China yang kesulitan menghidupi diri sehari-hari. Kondisi ekonomi yang tengah sulit diperkeruh oleh tanaga kerja asal China yang terus berdatangan.
Kompeni jadi kewalahan. Orang-orang China yang berdatangan menambah daftar pengangguran. Banyak laporan menyebut orang China kedapatan merampok orang Belanda. Kompeni mencoba ambil jalan tengah. Semua orang China harus memiliki surat izin tinggal.
“Pada tanggal 12 Juni 1736, VOC kembali membuat peraturan yang memerintahkan kepada pejabat-pejabat China yang berada di Batavia. Peraturan itu adalah untuk mengadakan pendaftaran bagi semua warga China yang tidak memiliki surat ijin untuk dapat tinggal di Batavia,” terang Hembing Wijayakusuma dalam buku Pembantaian Massal 1740: Tragedi Berdarah Angke (2005).
Barang siapa yang tak memiliki izin, maka akan diasingkan Belanda ke luar negeri. Mereka rencananya dibawa ke Sri lanka atau Afrika Selatan. Namun, Kompeni berlaku seenak jidat hadir. Mereka bertindak seraya hakim dalam menentukan yang layak dibawa keluar Batavia.
Pejabat Kompeni tak peduli dengan surat izin. Satu-satunya yang mereka peduli adalah siapa yang membayar lebih. Desas-desus beredar. Orang China yang dibawa pergi justru dibunuh Kompeni di tengah lautan dengan cara ditenggelamkan. Orang China pun kepalang emosi.
“Suatu cerita beredar di antara orang China bahwa ini cuma trik pemerintah untuk menguasai para korban dan bahwa sesudah itu orang-orang China malang itu akan dilemparkan ke luar kapal di tengah laut,” ujar Bernard H.M. Vlekke dalam buku Nusantara (2008).
Pembantaian Orang China
Orang China yang tinggal di luar Kota Batavia – Ommelanden—percaya dengan desas-desus yang menyebar. Mereka mengganggap orang Belanda tak tahu diuntung. Rapat diperkebunan tebu mulai dilakukan.
Orang China yang dikenal tak suka perang justru terbakar amarah untuk melakukan pemberontakan. Mereka menghimpun kekuatan dan mulai menyiapkan senjata. Pemberontak pun digelar pada 8 Oktober 1740.
Para pemberontak menyerang pos-pos terdepan Kompeni dengan senjata ala kadarnya. Korban jiwa dari pihak Belanda berjatuhan. Kompeni berang. Mereka mulai menggeledah rumah dan tempat usaha orang China di dalam Batavia pada 9 Oktober 1740. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mencari penyokong pemberontakan dan senjata.
Penggeledahan itu tak menemukan hasil. Mereka tak menemukan keterlibatan orang China di dalam Batavia. Tiada senjata, tiada pula penyokong pemberontakan. Petaka yang tak diinginkan muncul. Pemicunya ada sebuah rumah di Batavia yang terbakar.
Konon ada perintah dari Gubernur Jenderal untuk membunuh setiap orang China yang ditemukan di Batavia dan Ommelanden (daerah luar Batavia). Amarah orang Belanda jadi tak terkendali. Mereka mulai memenuhi jalanan dengan berbagai senjata di tangan.
Ada yang membawa kapak, ada pula yang membawa bedil. Mereka mulai menyasar rumah orang China dan merampok harta bendanya. Orang China pun dibunuh.
“Para kelasi, pegawai kantor, tentara, tukang galangan kapal, budak belian –semua orang berlarian ke jalan, masuk ke rumah, warung serta toko China serta membunuh: pria, wanita, bahkan anak-anak,” tegas Sejarawan Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2016).
Jalanan Batavia dipenuhi mayat dengan darah yang berceceran. Orang Belanda tanpa henti menyasar semua usaha orang China. Biadabnya lagi, rumah sakit China juga ikut disasar. Mereka membunuh orang-orang China di dalam rumah sakit.
Eksekusi terhadap orang China terus berlanjut. Orang China yang tergolong narapidana juga ikut disasar. Mereka tak ada yang selamat. Semuanya dibunuh dengan cara ditusuk di penjara Balaikota. Mayat-mayat yang ada lalu dibuang ke sungai.
Saking banyaknya mayat, orang-orang bisa menyeberangi kanal tanpa kaki basah terkena air. Pemandangan itu masuk akal karena orang-orang China yang terbunuh mencapai 10 ribu jiwa. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Geger Pacinan.
Suatu peristiwa yang diyakini sebagai konflik rasial pertama terhadap etnis China di Batavia. Pembantaian itu juga seperti senjata makan tuan. Ketiadaan orang China di Batavia membuat ekonomi lumpuh. Kompeni jadi kebagian apes.
Recommended Article
Lifestyle Update
Justin Bieber Unveils Heartwarming First Family Photo with Baby
Justin Bieber and Hailey Bieber joyfully celebrated their first Halloween with their son, Jack Blues!
Jumanji 3 to be Released in December 2026
Jumanji 3 is scheduled to be released on December 11, 2026.
Gayo Arabica Tops Best Asian Beans List from TasteAtlas
Aceh's Gayo Arabica coffee has secured the first spot of the top three Asian coffee beans according to TasteAtlas, Wednesday (10/16).
Mobile Legends to Return to 2025 SEA Games
Mobile Legends: Bang-Bang (MLBB) will be one of the tournaments contested at the Thailand SEA Games 2025.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.