Falsafah Siri Na Pacce: Cara Orang Bugis-Makassar Jaga Harga Diri dan Tahu Malu
SEAToday.com, Jakarta - Indonesia tidak dalam kondisi baik-baik saja. Moral pejabat tingginya kerap dipertanyaan. Ada menteri yang kedapatan korupsi. Ada juga pejabat yang doyan main judi online (judol). Belum lama pula ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) dipecat secara tak terhormat karena skandal percintaan.
Kondisi itu membuat urusan jaga harga diri dan tahu malu sudah langka. Padahal, nenek moyang bangsa Indonesia telah ajarkan banyak falsafah hidup. Orang Bugis-Makassar bahkan mengenal falsafah Siri Na Pacce. Mereka menganggap tiada yang lebih tinggi dari urusan harga diri-tahu malu. Begini ceritanya.
Dulu kala penjajah Belanda sempat takut kepada kaum bumiputra yang menonton film di bioskop era 1900-an. Ketakutan berasal dari menjamurnya film barat –Amerika Serikat (AS) yang diputar. Kebanyakan film itu mempertontonkan laku hidup seorang koboi yang main hakim sendiri.
Sosok jagoan dalam film koboi sering kali digambarkan jadi pembela harga diri dan keluarganya. Pembelaan itu mengabaikan hukum yang berlaku. Mereka tak percaya aparat penegak hukum. Jadinya, koboi itu melawan musuh dengan caranya sendiri. Belanda pun takut hal yang sama terjadi di Nusantara.
“Film-film cerita yang masuk ke Hindia Belanda umumnya beraliran genre yang memperlihatkan tingkah laku orang Barat (Amerika dan Eropa) di dalam menyelesaikan suatu masalah tanpa mempedulikan hukum yang berlaku,” ungkap M. Sarief Arief dalam buku Politik Film di Hindia Belanda (2010).
Kaum penjajah takut jika film barat menginspirasi kaum bumiputra untuk memberontak. Kondisi itu karena harga diri dan martabat kaum bumiputra sering diinjak-injak Belanda. Belanda memulai memberlakukan kebijakan penting, aksi sensor film.
Falsafah Siri Na Pacce
Ketakutan penjajah Belanda beralasan. Kaum penjajah tak ingin mengembalikan ingatan bumiputra terhadap budaya leluhur bangsa yang menjunjung tinggi urusan harga diri. Belanda memahami kaum bumiputra memiliki harga diri dan budaya malu yang tinggi.
Barang siapa yang meninjak-injak harga diri, niscaya akan langsung dibalas. Dulu kala orang Bugis pun sudah memegang falsafah hidup itu. Mereka selalu menganggap penting urusan jaga harga diri dan tahu malu. Sikap itu bermuara dari falsafah hidup yang dipegang orang Bugis-Makassar: Siri Na Pacce.
Falsafah hidup Siri Na Pacce sudah dijunjung tinggi sejak lama. Urusan itu bahkan banyak tertulis dalam lontara Bugis. Budayawan Bugis, Feby Triadi mengungkap Siri Na Pacce adalah gabungan dari dua kata penting.
Siri sering diartikan sebagai wujud dalam menjunjung tinggi harga diri dan tahu malu. Pacce sendiri dianggap sebagai bentuk soladiritas atau kesetiakawanan saat melihat saudaranya – orang Bugis sirinya (kehormatan) dilecehkan.
“Konsep ini sendiri memadukan antara siri penegakan harga diri dan rasa malu yang selalu dijunjung tinggi orang Bugis-Makassar. Malu jika berbuat hal yang negatif yang tidak sesuai dengan norma dan moral masyarakat. Sedangkan pacce atau pesse, adalah rasa kesetiakawanan yang tinggi, orang Bugis-Makassar sangat menjunjung nilai kesetiakawanan ini, mereka tidak akan meninggalkan teman, sahabat dan keluarganya dalam kondisi yang tidak menguntungkan,” ungkap Feby Triadi saat dihubungi SEAtoday, 14 Juli 2024.
Konsep Siri Ma Pacce bak tampil visioner. Bahkan, jauh sebelum hadirnya istilah Hak Asasi Manusia (HAM). Harga diri sudah dianggap sebagai rangkaian yang sudah dibawa orang Bugis sedari lahir.
Hak atas harga diri itu seraya dijaga hormati (respect), dipenuhi (fullfill), dan dilindungi (protect). Sebab, orang Bugis-Makassar lainnya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesetiakawanan.
Bela Siri Na Pacce
Penegakan siri biasanya dikarenakan dua hal: harga diri dan rasa malu. Siri yang membela harga diri pribadi, keluarga, dan sukunya adalah bentuk menjaga kehormatan dalam hal kebenaran. Barang siapa yang melanggar atau mempermalukan siri seseorang, niscaya nyawa jadi taruhan.
Mereka yang menegakkan siri tentu tak punya pilihan lain: membunuh dan terbunuh. Kalah-menang tak jadi soal. Orang Bugis-Makassar menganggap perjuangan mereka menjaga siri tetap dinilai mulia. Ajian perlawanan erat hubungan dengan sikap pantang mundur.
“Dalam keyakinan orang Bugis atau Makassar bahwa orang yang mati terbunuh karena menegakkan Siri, matinya adalah mati syahid, atau yang mereka sebut sebagai Mate Risantangi atau Mate Rigollai, yang artinya bahwa kematiannya adalah ibarat kematian yang terbalut santan atau gula. Dan, itulah sejatinya Ksatria,” ujar Rizal Darwis dan Asna Usman Dilo dalam tulisannya di jurnal el Harakah berjudul Implikasi Falsafah Siri Na Pacce Pada Masyarakat Suku Makassar di Kabupaten Gowa (2012).
Penegakan siri dalam menjaga budaya malu pun begitu. Rasa malu itu dijunjung tinggi orang Bugis-Makassar dalam bekerja. Siri itu menjadi benteng mereka untuk mencegah keburukan. Mereka percaya dengan melakukan pekerjaan selaras dengan didukung adat dan agama dianggap membawa berkah.
Keyakinan itu menjauhkan mereka dari ragam keburukan. Mereka jadi terhindar dari perilaku menyeleweng – korupsi dan sebagainya. Perilaku buruk sama artinya mereka membawa nama pribadi, keluarga, hingga suku terkena imbas keburukan. Apalagi, mereka yang merantau.
“Sejatinya masyarakat Bugis selalu merujuk pada konteks di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Sehingga, akan terasa mapakasiri (tahu malu) jika dalam kehidupan ia menyimpang. Begitu juga dalam dunia kerja, pikirku nilai siri selaras dengan etos kerja orang Bugis,” tambah Feby Triadi.
Sikap tahu malu itu tak jarang membimbing mereka dalam kesuksesan. Beda dengan mereka yang sudah masa bodoh dengan rasa malu. Kondisi itu dianggap sebagai tindakan yang sudah melunturkan sirinya sendiri. Alias, mempermalukan diri sendiri.
Pekerjaan jadi tak amanah dan berakntakan. Mereka yang jadi pejabat publik bisa mengambil harta yang bukan haknya. Mereka melakukan kegiatan yang dilarang negara. Bahkan, mereka yang mempermalukan diri sendiri dengan skandal asusila.
Recommended Article
Lifestyle Update
Rescheduled! Super Diva Concert to Light Up January 17, 2024
Originally planned for November 2, 2024, the event has been rescheduled to January 17, 2025, with Erwin Gutawa as the music director and Jay Subyakto as the art director.
BABYMONSTER Announces Their First World Tour, HELLO MONSTERS Star...
BABYMONSTER's world tour will kick off in January 2025 in Seoul, South Korea. This opening concert will be the starting point of their grand journey to greet their fans.
National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...
To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.
The 2nd SEA Today Golf Day Returns On November 9, 2024 With A Fre...
By bringing the "green" back to the golf course, the 2nd SEA TODAY Golf Day promises to offer a tournament with a unique and valuable experience.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.