Hidup Lurus Jenderal Hoegeng: Kala Polisi Jujur Lepas Liar Orang Utan Kesayangannya
SEAToday.com, Jakarta - Kasus pria asal Bali, Sukena ditangkap polisi lantaran memelihara Landak Jawa (Hystrix Javanica) cukup menghebohkan. Sukena sendiri tak mengetahui bahwa binatang yang diperliharanya adalah hewan yang dilindungi.
Kehadiran kasus itu jadi bukti bahwa informasi hewan dilindungi belum sepenuhnya diketahui masyarakat. Dulu kala aturannya malah belum ada. Sosok sekelas Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso sampai memiliki hewan peliharaan eksotis: orang utan. Bukan satu, tapi empat. Begini kisahnya.
Tiada yang menyangkal imej Hoegeng Iman Santoso sebagai polisi jujur. Imej itu didapatkan Hoegeng seiring kerja kerasnya untuk tetap jadi sosok yang lurus. Ia tak dapat setir, apalagi disuap. Barang siapa yang berani melakukan, hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
Jadilah Hoegeng dianggap banyak orang sebagai orang yang serius karena ketegasannya. Namun, realita justru berkata lain. Hoegeng sedari dulu malah dikenal sebagai seseorang yang mudah berteman. Kapolri era 1968-1971 itu tahu caranya bersenang-senang.
Ia suka melukis. Ia suka pula bermusik. Hobi itu terus dijalaninya hingga Hoegeng jadi orang besar. Kegemaran Hoegeng yang lainnya pun adalah memelihara binatang. Rumahnya bak kebon binatang. Koleksi binantangnya banyak sekali: burung hingga buaya.
Belakangan Hoegeng justru menyukai kehadiran orang utan. Saking sukanya, banyak di antara karikatur yang sering dibuat Hoegeng adalah monyet dan orang utan.
“Jika Hoegeng (kala itu jadi Menteri Iuran Negara era 1965-1966) tengah mengikuti sidang kabinet yang dipimpin Bung Karno, Hoegeng suka membuat karikatur salah seorang menteri sehingga membuat rapat berhenti sesaat karena mendadak terdengar suara orang tertawa. Presiden Soekarno bukan marah, tapi malah ikut tertawa. Salah satu kariktur yang sering dibuatnya adalah wajah monyet: orang utan,” ungkap anak Hoegeng, Aditya Hoegeng kepada Suhartono dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan (2013).
Hadiah Orang Utan
Kesenangan Hoegeng memilihara binatang telah diketahui oleh teman-temannya. Satu demi satu binatang peliharaannya bertambah. Hoegeng tak saja mencari sendiri calon hewan peliharaannya. Beberapa di antaranya justru merupakan hadiah dari sehabatnya.
Hoegeng kala itu sampai memiliki empat orang utan. Orang utan itu salah satunya dihadiahkan oleh Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), Soedomo. Lekas saja Hoegeng langgengkan tradisi memberikan nama binatang peliharaan sesuai nama pemberinya: Soedomo.
Pemberian nama itu bukan bermaksud kurang ajar. Hoegeng memang senang memberikan nama sesuai pemberinya untuk mengenang kebaikkan teman-temannya. Paling tidak, kala Hoegeng lagi menikmati waktu bersama hewan peliharaan ia lekas mengingat teman-temannya.
“Yang diberi oleh Pak Domo, ia namakan Soedomo dan satunya lagi dinamakan Sri Utaningsih. Keempat orang utan itu bertahun-tahun mesra, sering memeluk dan manja ke Hoegeng. Waktu pemilu ia membuat baju dengan tulisan Golmon (golongan monyet),” tegas Aris Santoso dan kawan-kawan dalam buku Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2009).
Pria berjuluk The Singing General pun menganggap orang utan peliharaannya seperti anak sendiri. Hoegeng selalu menyempatkan bermain bersama mereka. Kadang juga menggendong mereka. Namun, bukan berarti orang utan yang dipeliharanya tak pernah buat ulah atau nurut melulu.
Orang utan peliharaan Hoegeng pernah lepas dan masuk pekarangan rumah orang. Penjaga rumah Hoegeng sampai mengejarnya dan tiada hasil. Pawangnya pun coba diberi tahu: Hoegeng. Hoegeng panik bukan main. Ia segera menyusulnya.
Hoegeng pun izin kepada yang punya rumah untuk naik ke atas genteng. Hoegeng memanggilkan berkali-kali dan orang utan tak mau turun.
Untung Hoegeng tak kehilangan akal. Hoegeng mengikuti suara orang utan. Istimewanya orang utan yang mendengar langsung mendekat dan memeluk Hoegeng seraya teman. Hoegeng dan orang utan kesayangannya pun pulang ke rumah.
Lepaskan Orang Utan ke Alam
Pemerintah belakangan baru menggodok aturan terkait kepemilikan hewan langka. Barang siapa yang memiliki hewan langka segera diimbau untuk menyerahkan langsung ke pemerintah atau penangkaran untuk dilepas liarkan.
Rata-rata pejabat belum mau menyerahkan hewan-hewan langka koleksinya. Mereka berpandangan aturan baru rangkum. Penerapannya boleh jadi butuh waktu. Namun, Hoegeng berbeda. Ia yang kerap bersikap lurus segera mengamini imbauan.
Ia merasa upayanya memelihara hewan yaitu sejauh dibenarkan oleh Undang-Undang. Kala undang-undang melarang, maka Hoegeng senantiasa harus menaatinya.Sikap itu ditunjukkan Hoegeng dengan menyerahkan empat orang utannya kepada ahli primatologi, Birute Galdikas.
Hoegeng mempercayainya sebagai orang yang tepat. Ia merasa orang utan kesayangannya akan berkembangan karena Birute telah terbiasa meneliti dan menyanyangi orang utan. Oleh sebab itu, Hoegeng tak perlu khawatir dengan proses lepas liar yang akan dilakukan.
“Binatang tertentu dewasa ini sudah sedemikian langka sehingga perlu dikembalikan ke alam bebas. Dengan kesadaran demikian maka saya akhirnya mengurangi jumlah koleksi binatang saya. Koleksi orang utan saya akhirnya empat ekor saya serahkan kepada Birute untuk dikembalikan ke alam bebas di hutan Kalimantan,” ujar Hoegeng ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan (1993).
Hoegeng begitu sedih dengan kepergian orang utannya. Konon, kesedihannya dianggap lebih besar dibanding melepaskan jabatan Kapolri.
Satu waktu, kesedihan Hoegeng makin menjadi-jadi kala melihat orang utan milik menteri pemerintah di bandara. Ia berang karena dan sakit hati dengan ketidaktaatan pejabat negara. Padahal, mereka sendiri yang membuat aturan, tapi mereka yang meruntuhkan maruah aturan itu sendiri.
Pada akhirnya Hoegeng memberikan contoh bahwa perilaku lurus tak bisa dikompromi. Kejujuran harus di atas segalanya. Suatu sikap yang akan membawa seseorang ke hidup lebih tenang dan bijaksana. Bonusnya perilaku itu jadi contoh bahwa ada mantan pejabat Indonesia yang kehidupannya tak mencla-mencle.
Recommended Article
Lifestyle Update
Rescheduled! Super Diva Concert to Light Up January 17, 2024
Originally planned for November 2, 2024, the event has been rescheduled to January 17, 2025, with Erwin Gutawa as the music director and Jay Subyakto as the art director.
BABYMONSTER Announces Their First World Tour, HELLO MONSTERS Star...
BABYMONSTER's world tour will kick off in January 2025 in Seoul, South Korea. This opening concert will be the starting point of their grand journey to greet their fans.
National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...
To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.
The 2nd SEA Today Golf Day Returns On November 9, 2024 With A Fre...
By bringing the "green" back to the golf course, the 2nd SEA TODAY Golf Day promises to offer a tournament with a unique and valuable experience.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.