SEAToday.com, Jakarta - Kebaya menjadi salah satu busana yang digunakan untuk menghadiri acara formal atau pernikahan oleh perempuan Indonesia.
Dulunya, perempuan Indonesia menjadikan kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Bahkan, kebaya digunakan oleh para pahlawan perempuan Indonesia ketika berperang melawan penjajah saat itu.
Meski demikian, kebaya masih terus eksis di kalangan perempuan dan masih menjadi busana andalan untuk mengekspresikan kelembutan, keanggunan, serta identitas asli perempuan Indonesia.
Lantas, dari mana asal-usul kebaya itu sendiri? Simak penjelasannya berikut.
Asal-usul kebaya
Pengaruh peradaban Islam
Sebelum adanya kebaya, para perempuan menggunakan kemben untuk menutupi bagian dada. Kemben tersebut dipasangkan dengan lilitan kain. Para perempuan pun beraktivitas sehari-harinya hanya dengan menggunakan pakaian tersebut.
Namun, akhirnya busana perempuan mengalami transformasi menjadi lebih tertutup seiring masuknya peradaban Islam ke Indonesia.
Para perempuan tidak lagi hanya menggunakan kemben, tetapi mereka melapisi kemben tersebut dan menutup bagian tubuh lainnya dengan selendang.
Tetapi, selendang tersebut kemudian dikreasikan dan dimodifikasi hingga menjadi busana yaitu kebaya.
Campur tangan budaya Tionghoa dan Belanda
Kebaya pun terus digunakan oleh para perempuan dari abad ke abad. Bentuknya juga turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun, perkembangan kebaya ini tidak lepas kaitannya dengan budaya peranakan yang berkembang di Indonesia.
Mereka melihat para perempuan asli Indonesia, dulu disebutnya pribumi, menggunakan kebaya setiap harinya. Hal ini membuat kebaya menjadi tren dan ingin juga diikuti oleh para perempuan keturunan Tionghoa.
Inilah yang melatarbelakangi munculnya Kebaya Encim yang populer hingga saat ini. Kata ‘Encim’ sendiri berasal dari bahasa orang peranakan yang artinya Tante.
Dulunya para tante atau orang dewasalah yang mulai terpikat menggunakan kebaya dengan ciri khasnya sendiri. Perempuan Tionghoa pun menyukai warna-warna kain yang cerah dengan hiasan bordir yang ramai. Oleh karena itu, dua hal tersebut menjadi begitu identik dengan Kebaya Encim.
Sementara itu, para noni keturunan Belanda juga tertarik untuk menggunakan kebaya. Meski begitu, mereka tidak ingin menggunakan kain dan hiasan kebaya yang sama dengan orang pribumi.
Hal ini karena, kala itu penerapan kasta antara para pribumi dan orang-orang keturunan Belanda masih sangat kuat. Mereka pun akhirnya memilih menggunakan kebaya berwarna putih dengan hiasan renda yang menempel di sekeliling kebaya. Kebaya tersebut dikenal dengan istilah Kebaya Noni.
Busana para noni Belanda memang identik dengan renda-renda yang cantik nan mewah. Mereka gemar mengekspresikan kekayaannya melalui busana-busana yang mereka kenakan setiap harinya.
Masih tren hingga sekarang
Beberapa jenis kebaya seperti Kebaya Encim, Kebaya Noni, Kebaya Kutubaru, hingga Kebaya Kartini, kini masih terus eksis dan menjadi tren dari generasi ke generasi.
Modelnya pun terus berkembang hingga muncul kebaya modifikasi yang menggabungkan antara jenis kebaya yang satu dengan jenis kebaya lainnya. Bahkan bahan dan potongan dari kebaya tersebut pun juga ikut berubah.
Selain itu, saat ini kebaya mulai menjadi tren fesyen para perempuan muda yang digunakan untuk pergi ngampus, ke mal, hingga sekadar nongkrong.
Hal ini kemudian seolah-olah menjadi tanda perputaran fungsi dan tren dari kebaya yang awalnya digunakan untuk sehari-hari, kemudian hanya dianggap untuk acara-acara formal dan kenegaraan, hingga saat ini kembali digunakan untuk menjadi busana sehari-hari.
Akan tetapi, upaya untuk melestarikan kebaya sebagai bentuk identitas bangsa melalui busana tetap harus dilakukan, khususnya bagi para generasi muda.
Recommended Article
Explore Nusantara
How to Get to Ragunan Zoo Using KRL, Transjakarta, and LRT
Ragunan Zoo is one of the most visited tourist destinations in Jakarta.
Exploring the Harmonious Culture of the Mentawai Tribe: The Oldes...
Known for its rich culture and unique traditions, one of the most interesting things about the Mentawai tribe is their traditional tattoo art, called TikTik.
Mount Semeru Shuts Down for Climbers Until January 16
The Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS) decided to temporarily close the Mount Semeru climbing route on January 2-16, 2025.
KAI Wisata Introduces Panoramic Train on Mutiara Timur Route
Starting December 24, 2024, PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) launches the Panoramic Train as part of the Mutiara Timur service.
Trending Topic
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.
Wonderful Indonesia
Get Ready for the Fun! Rawa Belong Milkfish (Bandeng) Festival Re...
Visitors can expect a feast for the senses, featuring a variety of traditional Betawi performances such as the fascinating milkfish deboning demo, energetic Betawi dances, and lively gambang kromong and palang pintu musi...
Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025
The Mount Rinjani National Park Authority (TNGR) in Lombok, West Nusa Tenggara, will implement a "zero waste".
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...
Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.