• Sunday, 23 February 2025

Punahnya Si Kapal Raksasa Jung Jawa: Pukulan Berat bagi Warisan Maritim Indonesia

Punahnya Si Kapal Raksasa Jung Jawa: Pukulan Berat bagi Warisan Maritim Indonesia
Sebuah Jung Jawa (kapal raksasa Nusantara) dengan empat tiang sedang dikejar oleh kapal Portugis. Gambar itu hadir dalam peta Nuño García de Toreno tahun 1522 | Nuno Garcia de Toreno

SEAToday.com, Jakarta - Dulu kala nenek moyang bangsa Indonesia tak bisa dianggap remeh dalam dunia maritim. Mereka punya pelaut andal. Artinya mereka pembuat kapal yang andal dan galangan kapal mempuni. Pandangan itu dibuktikan dengan kehadiran mahakarya kapal ‘raksasa’ yang dikagumi dunia: Jung Jawa.

Kapal itu dapat mengangkut sumber daya alam dan pasukan super banyak. Namun, penjajahan membawa kaum bumiputra rugi besar. Keterampilan pembuat kapal ala kaum bumiputra tak diwariskan ke anak-cucu. Jung Jawa pun bak punah ditelan bumi Begini kisahnya.

Hidup di negeri kepulauan bukan jadi alasan untuk tak berkembang. Nenek moyang bangsa Indonesia sudah punya pikiran untuk dapat mengakses dunia luar dengan pelayaran. Teknologi perkapalan  jadi andalan. Teknologi itu dikembangkan dari waktu ke waktu.

Keuntungannya besar. kaum bumiputra jadi dapat bertukar sumber daya alam dan budaya. Jadinya, hampir segala macam rempah-rempah yang ada di Asia, ada di Nusantara. Semua itu takkan mungkin terjadi jika Indonesia tak memiliki pelaut andal dan seniman pembuat kapal yang mempuni.

Tradisi pembuat kapal mengakar dengan kuat kala itu. Mereka tak mau membuat kapal seadanya. Kapal-kapal yang lalu lalang dalam proses perdagangan dipelajarinya. Mereka mengaku kagum dengan perkembangan kapal di laut China Selatan.

Kekaguman itu lalu diadaptasi jadi mahakarya besar: Jung Jawa. Kapal itu digambarkan memiliki tiang layar empat buah. Lapisan badan kapal terus diperkuat dengan kayu jati hingga empat lapis. Konon, ada yang sampai tujuh lapis.  

Tiap lapisannya diberi bahan yang dicampur aspal, kapur, dan minyak. Pembangunan itu membuat badan Jung Jawa tak mampu ditembus oleh sebuah tembakan meriam. Tak salah jika Jung Jawa jadi kapal kebanggaan. Suatu kebanggan yang jadi puncak penciptaan orang jawa di masanya, abad ke 14-17.

“Keunggulan jung besar orang Jawa untuk perdagangan segera diketahui oleh Portugis. Dengan asumsi bahwa perbandingan antara panjang dan lebar dan kedalaman tetap, jung sepanjang 30 meter akan memiliki kapasitas sekitar 150 ton, sedangkan jung dengan kapasitas 1.000 ton akan memiliki panjang kira-kira 55 meter,” ungkap Philip Bowring dalam buku Nusantaria: Sejarah Asia Tenggara Maritim (2022).

Kemajuan Jung Jawa

Mereka membuat kapal yang mampu menampung hingga ribuan orang. Kapal itu mampu mengangkut sumber daya alam dalam jumlah yang cukup besar. Jung Jawa digadang-gadang bak investasi yang menguntungkan. Jung Jawa bisa digunakan untuk perdagangan dan perang.

Ada yang menyebutnya kapal raksasa. Ada juga yang sering mengungkap kapal itu sebagai benteng di atas lautan. Kehadiran Jung jawa menambah hebat kekuatan maritim yang dimiliki bumi Nusantara. Kehadirannya juga menandakan banyak kemajuan.

Ahli-ahli navisi Nusantara yang tumbuh dan teknologi perkapalan yang juga maju. Kehadiran Jung Jawa dan juga peciptanya tak jarang membuat iri banyak bangsa. Penakluk Malaka, Afonso de Albuquerque secara terang-terangan mengungkap kekagumannya.

Ia sampai membawa 60 tukang kapal Nusantara yang cakap saat meninggalkan Malaka pada tahun 1512. Keinginan Afonso pun dianggap wajar. Orang-orang yang memiliki keterampilan mempuni dalam teknologi perkapalan amat langka.

“Kapal Jung sangat dikenal luas karena setiap bagiannya memuat informasi mengenai teknologi tradisional masyarakat. Kapal Jung Jawa juga dianggap sebagai kunci kekuatan maritim di Nusantara, khususnya Jawa pada periode penyatuan awal Nusantara semasa Kerajaan Majapahit hingga Mataram Islam,” tegas Bukhori Masruri dalam buku Benatara: Bentang Alam dalam Gelombang Sejarah Nusantara (2021).

Mereka – para pembuat Jung Jawa sudah pasti terampil. Buktinya Jung Jawa mampu menunjang perdagangan berkunjung ke seantero Asia hingga Timur Tengah. Bawaannya yang jumbo membuat kapal ini selalu menarik perhatian banyak orang – Di China, Jung Jawa bahkan tak dibiarkan menyandar ke dermaga saking besarnya.

Akhir dari Jung Jawa

Belakangan masalah Jung Jawa mulai terlihat. Kapal itu memang ampuh untuk menampung orang dan bahan makanan dalam jumlah banyak. Masalahnya, laju kapal jadi sedemikian berat lambat dan tak efektif.

Kapal Jung Jawa tak dapat melakukan manuver-manuver yang menunjang ketika perang terjadi. Kondisi itu hanya membuat Jung Jawa jadi sasaran perang belaka, ketimbang aktif menyerang. Kondisi itu kian diperparah dengan gagalnya regenerasi pembuat kapal andal era Mataram Islam.

Akhir dari nasib Jung Jawa juga ditandai dengan menancapkan kekuasaan kongsi dagang Belanda, VOC. Nusantara yang katanya memiliki nenek moyang seorang pelaut dibuat malu oleh Kompeni. Kompeni justru bertindak sebagai penguasa lautan dengan armada dengan persenjataan lengkap di Nusantara.

Barang siapa yang melawan kuasa VOC, akan dihabisi. Kemenangan VOC lalu diiringi oleh siasat Devide et Impira (politik adu domba). Siasat itu membuat VOC mampu menguasai banyak wilayah di Nusantara. Penguasaan itu mencabut hak Jung Jawa eksis di Nusantara. Jung Jawa pun punah seiring VOC melarang kehadiran kapal berbobot besar.

Penjelajah Belanda pun mulai merasakan kehilangan Jung Jawa di pertengahan abad ke-17. Ia menyebut kapal-kapal Asia seraya mengecil. Tak ada lagi kapal-kapal yang memiliki kapasitas jumbo macam Jung Jawa – sampai 1.000 ton. Sisanya mereka hanya melihat kapal-kapal berbobot 20-200 ton saja.

“Pada pertengahan abad ke-17 perahu bumiputra sama sekali tidak dapat lagi disebut jung. Yang terbesar adalah milik penguasa, dalam bentuk kapal perang atau kapal pengangkut barang dengan desain Eropa atau China yang berada di tangan raja-raja Banten, Arakan, dan Ayutthaya. Kata jung hanya dipakai untuk kapal milik orang China yang berbobot 200-800 ton. Sekalipun kapal-kapal itu masih menggunakan ciri-ciri Asia Tenggara sampai dua abad kemudian,” ungkap sejarawan Anthony Reid dalam buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid 2 (2011).

Ketiadaan Jung Jawa jadi kehilangan terbesar kaum bumiputra. Tanpa kehadiran Jung Jawa arti dari kehadiran ungkapan nenek moyangku seorang pelaut andal bisa saja tak lagi bermakna besar. Akhirnya, kebanggaan sebagai negeri maritim hanya dapat didongengkan dari waktu ke waktu saja.  

Share
Explore Nusantara
Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

How to Get to Ragunan Zoo Using KRL, Transjakarta, and LRT

Ragunan Zoo is one of the most visited tourist destinations in Jakarta.

Exploring the Harmonious Culture of the Mentawai Tribe: The Oldes...

Known for its rich culture and unique traditions, one of the most interesting things about the Mentawai tribe is their traditional tattoo art, called TikTik.

Mount Semeru Shuts Down for Climbers Until January 16

The Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS) decided to temporarily close the Mount Semeru climbing route on January 2-16, 2025.

KAI Wisata Introduces Panoramic Train on Mutiara Timur Route

Starting December 24, 2024, PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) launches the Panoramic Train as part of the Mutiara Timur service.

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.

Wonderful Indonesia
Ijen Crater Nature Park Implements Cashless Ticket Payments

Ijen Crater Nature Park Implements Cashless Ticket Payments

Get Ready for the Fun! Rawa Belong Milkfish (Bandeng) Festival Re...

Visitors can expect a feast for the senses, featuring a variety of traditional Betawi performances such as the fascinating milkfish deboning demo, energetic Betawi dances, and lively gambang kromong and palang pintu musi...

Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

The Mount Rinjani National Park Authority (TNGR) in Lombok, West Nusa Tenggara, will implement a "zero waste".

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...

Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.