Tradisi Pohon Besar Diikat Kain: Bentuk Rasa Syukur Orang Bali ke Sang Pencipta dan Alam
SEAToday.com, Denpasar - Kelakuan manusia dalam memperlakukan lingkungan hidup kadang buat miris. Pembukaan lahan skala besar, penebangan liar, hingga manajemen sampah buruk tak jarang bawa petaka. Banjir bandang dan longsor adalah hal yang paling dekat.
Kini bencana-bencana alam semacam itu kian sering terjadi. Orang-orang sering mengaitkan dengan pemanasan global. Padahal, ada yang salah dengan perlakuan kita terhadap lingkungan. Andai falsafah hidup orang Bali menghargai alam bisa diadopsi di seantero Nusantara, niscaya kehidupan selangkah lebih baik. Pohon saja mereka ikat dengan kain. Kenapa begitu?
Kekaguman terhadap cara nenek moyang bangsa Indonesia menjaga lingungan hidup tak pernah surut. Kearifan lokal masa lampau dianggap lebih menjanjikan harmoni antara kehidupan manusia dan alam. Keduanya jadi tak terpisahkan.
Alam selalu menjamin ketersediaan kebutuhan manusia. Manusia pun memiliki tanggung jawab menjaganya. Pandangan itu hadir pula dalam cara orang Bali memperoleh kebahagiaan dalam hidup. Mereka menganggap penting hubungan kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan harmonisasi terhadap alam.
Kondisi itu membuat merusak lingkungan hidup sebagai suatu hal yang bertentangan dengan nurani. Belakangan falsafah itu dikelompok menjadi Tri Hita Karana. Sebuah falsafah yang diadopsi dari cara hidup orang bali zaman dulu.
“Harmoni dan toleransi masyarakat Bali, yang mencapai puncaknya dalam semboyan Sanskerta Tri Hita Karana (Tiga Sumber Kebahagiaan) hubungan manusia yang harmonis dengan Tuhan (parahyangan), dengan sesama mereka (pawongan), dan dengan alam (palemahan),” ungkap Michael Picard dalam buku Kebalian: Konstruksi Dialogis Identitas Bali (2020).
Sila palemahan menganggap manusia hendaknya menjaga dan memelihara kelestarian alam. Merusak alam berarti mencari murka semesta. Kehidupan manusia bisa binasa karena abai terhadap alam. Waktu pun telah membuktikan dengan hadirnya petaka: Banjir, longsor, hingga wabah.
Pohon Diikat Kain
Wujud paling sederhana orang Bali menjaga lingkungan hidup muncul di kehidupan sehari-hari. Langkah itu bisa dilihat dari tradisi orang Bali mengikat kain ke pohon. Pemandangan itu terlihat di mana-mana di Bali. Di mana ada pohon besar, di situ sebuah pohon diikat kain.
Pemberian kain bukan berarti pohon ada penunggu. Buang jauh-jauh pikiran itu. Orang Bali mengistimewakan pohon sebagai bentuk perwujudan dari Tri Hita Karana. Tindakan melingkari pohon dengan kain dianggap simbol pelestarian dan penghormatan terhadap alam.
Tak jarang disamping kain juga ada bahan lain seperti payung dan dekorasi benda lainnya. Budayawan Bali Mangku Alit Sidhi Mantra angkat bicara. Pohon diikat kain dikatakannya sebagai bentuk kearifan yang telah diwariskan nenek moyang orang Bali sejak dulu kala.
Pohon jadi elemen penting bagi orang Bali. Pohon banyak membantu kehidupan bahkan kelangsungan hidup orang bali. Kehadiran pohon dapat membuat cadangan oksigen terjaga. Kehadiran pohon juga dianggap jadi salah satu faktor melimpahnya cadangan air.
“Sebenarnya itu adalah sebuah filosofi bagaimana orang Bali sangat arif terhadap semesta lingkungan. Jadi, untuk menjaga hal tersebut, pohon-pohon yang memiliki kualitas besar, dalam artian memiliki kandungan candangan oksigen yang berlimpah, memiliki kandungan air yang berlimpah, juga sebagai dasar untuk menjaga situasi dari abrasi atau lainnya, jadi sebuah pohon itu dilingkari kain,” ujar Mangku Alit kepada SEAtoday.com, 29 Juli 2024.
Orang Bali melingkari pohon dengan kain sebagai bentuk penghargaan. Bahkan, kain untuk melingkarinya tak harus kain poleng (kain hitam putih). Bisa saja kain putih atau kain kuning. Artinya sama saja dan tetap menyatu sebagai penegas orang Bali menjaga alamnya supaya tak dirusak.
Hasilnya orang Bali akan berpikir panjang untuk sekedar memotong pohon. Sebab, memotong pohon dianggap sama saja dengan mengundang malapetaka muncul. Bukan dalam artian penunggunya marah. Murni karena manfaat pohon yang hilang.
Pohon Pelindung Orang Bali
Hubungan orang Bali dalam melestarikan lingkungan hidup sudah berlangsung sejak lama. Kehidupan itu tertuang dalam banyak ritus hidup orang Bali yang kerap membutuhkan banyak elemen dari alam. Mangku Alit mencoba memberikan gambaran dalam sudut pandang lebih luas.
Dulu kala kehidupan orang Bali tak melulu berfokus di laut. Kondisi itu karena orang Bali memiliki konsep Gunung (hulu) dan laut (hilir). Gunung dianggap sebagai otak karena gunung yang tinggi dianggap dekat kepada Sang Pencipta.
Padangan itu membawa orang Bali banyak hidup di dekat sumber mata air di dekat pegunungan. Mereka bertahun-tahun mengamati sendiri bagaimana alam –utamanya pohon menyediakan segala macam sesuatu untuk keberlangsungan hidup orang Bali.
Pengamatan itu memberikan gambaran bahwa pohon tak hanya menjadi penyedia air dan oksigen belaka. Kehadiran pohon besar kerap berlaku bak pelindung orang Bali dalam menghalau malapetaka. Drama bencana alam seperti banjir ataupun longsor takkan memakan korban banyak kalau pohon tetap terjaga.
“Pohon yang notabene ada di wilayah mereka yang benar-benar memiliki sejarah. Pohon memiliki pertalian kuat dengan keberlangsungan desa orang Bali. Pohon itu ternyata ampuh membendung seisi desa dari bala bencana. Nah, akhirnya pohon dijadikan sebuah medium penting di zaman dulu. Sebagai tempat kepada mereka berterima kasih terhadap alam dan Sang Pencipta,” terang Mangku Alit.
Orang Bali pun memilih cara mengikat pohon dengan kain. Pohon dianggap bagian dari tatanan keselamatan hidup orang Bali. Gambaran itu membuat pohon sebagai sebuah medium yang disucikan dan jaga terus.
"Pengikatan pohon dengan kain sebagai bentuk bagaimana mereka benar-benar berusaha memuji Sang Pencipta. Bukan dalam artian wujud pohon adalah tuhan mereka. Tidak. Tetapi mereka yakin pohon yang mereka berikan upacara penyucian, pembersihan, dan lainnya sebagai medium memuji kebesaran tuhan dan segala ciptaannya. Itulah yang menjadi acuan di tanah Bali,” tambah Mangku Alit.
Pelajaran berharga dari pohon pun terus dilestarikan dari generasi dan generasi. Pohon-pohon besar di kampung hingga kota banyak dikenakan kain di Bali. Artinya, kearifan leluhur dan rasa terima kasih yang besar terhadap ciptaan Tuhan dapat menyelamat lingkungan hidup. Paling tidak dari bencana alam dan ancaman kepunahan flora dan fauna.
Recommended Article
Lifestyle Update
Five Places to Hunt for Authentic Indonesian Souvenirs
Check out these recommended places to hunt for authentic souvenirs in Indonesia, as quoted from the Ministry of Tourism and Creative Economy website!
The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...
The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...
Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...
Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Trending Topic
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.
Wonderful Indonesia
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...
Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.
Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...
The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.
National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...
To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.