• Saturday, 11 January 2025

Bung Karno dan Malaria: Fakta Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Segelitir Orang Tahu

Bung Karno dan Malaria: Fakta Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Segelitir Orang Tahu
Soekarno kala membaca teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di halaman rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56 pada 17 Agustus 1945| Perpustakaan Nasional/Frank Mendoer

SEAToday.com, Jakarta - Tiada yang meragukan peran Soekarno dan Mohammad Hatta dalam penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Keduanya memiliki kapasitas besar dalam mengumandangkan kemerdekaan Indonesia di jalan Pegangsaan Timur 56 pada 17 Agustus 1945.

Peristiwa itu jadi peristiwa terpenting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Namun, siapa sangka Bung Karno yang biasanya energik tidak dalam kondisi terbaiknya. Ia seraya menahan rasa lelah dan sakit dari penyakit malaria. Begini ceritanya.  

Informasi penjajah Jepang menyerah kepada sekutu bawa harapan baru pada 14 Agustus 1945. Peristiwa itu bawa aroma kemerdekaan Indonesia selangkah lagi menuju kenyataan. Masalahnya pejuang kemerdekaan tak lantas satu suara. Tujuannya memang merdeka, tapi caranya beda-beda.

Pejuang kemerdekaan golongan muda – Wikana, Sukarni, BM Diah, hingga Sayuti Melik merasa Indonesia sudah pantas merdeka. Jepang saja sudah keok. Armadanya perangnya sudah tentu kalang-kabut. Mereka merasa sudah waktunya bumiputra ambil alih kekuasaan.

Golongan tua yang didominasi Soekarno, Hatta, hingga Achmad Soebardjo sebaliknya. Mereka lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Mereka tak ingin kemerdekaan digelorakan secara terburu-buru.

Mereka ingin pejuang kemerdekaan membaca dulu situasi yang ada. Golongan tua berpandangan berperang dengan penjajah Jepang bukan solusi. Pejuang kemerdekaan kekurangan segalanya, apalagi senjata. Pandangan impulsif ala golongan muda dan kehati-hatian ala golongan tua dianggap wajar.

“Kalau saya katakan orang tua, adalah dalam pengertian usia hidup sebagai manusia. Dalam masa revolusioner, mereka seharusnya lebih revolusioner dari pemuda. Beda usia angkatan muda dan angkatan Bung Karno-Hatta-Soebardjo di waktu itu hanya antara 16-20 tahun. Kalau Sukarni, Chairul, dan saya berusia kira-kira 28 tahun (waktu itu), Bung Karno-Hatta, Soebardjo berusia antara 44 dan 48 tahun. Masih seharusnya tua revolusioner,” ungkap pejuang golongan muda, BM Diah dalam buku Catatan BM Diah (2018).

Hari-Hari Melelahkan

Perbedaan pendapat tak lantas selesai. Golongan muda menganggap golongan tua terlalu membuang-buang waktu. Golongan muda memilih cara kerasnya sendiri. Mereka berencana menculik dwitunggal, Soekarno-Hatta untuk berdiskusi serius terkait kemerdekaan.

Upaya penculikan dilakukan pada dini hari 16 Agustus 1945. Golongan muda menculik Hatta lebih dulu. Baru setelahnya mereka munculik Soekarno. Namun, Bung Karno memilih untuk mengajak istrinya, Fatmawati dan Guntur. Istrinya menggambarkan suasana dini hari sehabis sahur (kondisinya saat bulan Ramadan) begitu mencekam.

“Terdengar suara sayup-sayup mendesir dari balik semak-semak dan serombongan pemuda berpakaian seram masuk dengan diam-diam. Dengan menyandang pistol dan sebilah pisau panjang. Dengan gaya jagoan dia mencabut pisaunya dengan mata membelalak berseru: berpakaianlah Bung sudah tiba saatnya,” ujar Fatmawati dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016).

Keduanya kemudian dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Lokasi itu dianggap aman untuk berunding. Telingga Kempetai (intelejen Jepang) takkan sampai. Perundingan antara golongan muda dan tua tersaji. Sikap impulsif golongan muda, berjumpa dengan sikap keras kepala golongan tua.

Bung Karno tak mau proklamasi kemerdekaan berlangsung dengan terburu. Namun, perundingan itu mencapai puncak saat Soebardjo dari golongan tua datang. Kedatangan Soebardjo pun membuat kedua golongan bersepakat Proklamasi Kemerdekaan esok hari.

Golongan tua dan muda tanpa banyak istirahat buru-buru menuju Jakarta. Mereka langsung menggelar pertemuan untuk merumuskan naskah Proklamasi di rumah orang Jepang pro Indonesia, Laksamana Maeda.

Urusan penyusunan proklamasi tak mudah. Kondisi Soekarno-Hatta yang tak fit kembali digunakan untuk berpikir merumuskan naskah Proklamasi. Soekarno dan Hatta berbagi peran. Hatta yang mendikte isinya. Bung Karno yang menulis.

Naskah Proklamasi pun rangkum. Naskah itu dipresentasikan ke hadirin yang datang. Hatta meyebut mereka yang datang mencapai 40-50 orang. Perdebatan pun selesai pada dini hari pada 17 Agustus 1945.

Pejuang kemerdekaan pun menutup kebersamaan di rumah Maeda dengan sahur bersama. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Bung Karno pun begitu. Namun, kondisi kesehatannya sedang tidak baik-baik saja. Ia lelah bukan main karena dua hari tak tidur. Ia kena penyakit malaria pula.

“Aku bukan hanya tidak tidur selama dua hari, melainkan juga sedang mengalami serangan malaria. Badanku menggigil dari kepala sampai ke kaki. Suhu tubuhku naik sampai 40 derajat. Meski sakitku sangat parah, aku tak dapat pergi tidur begitu sampai rumah. aku langsung ke meja tlisku dan duduk di sana selama berjam-jam,” tegas Bung Karno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung lIdah Rakyat Indonesia (2014).

Segera Diobati

Bung Karno tak lantas tertidur. Ia memilih untuk menyibuk diri dengan menulis petunjuk-petunjuk, dari urusan pertahanan hingga cara mengambil alih kekuasaan tingkat desa. Namun, apa daya, tubuh Bung Karno tak mampu menanggung semangat tingginya. Bung Karno lantas terlelap pada pukul 06:00.

Kondisi Bung Karno pun segera diperiksa oleh sahabat sekaligus dokter pribadinya, R. Soeharto. Ia masuk ke kamar Bung Karno yang sedang tertidur dan menanyakan keluhan pada pukul 08:00. R. Soeharto mengetahui Bung Karno mengidap malaria. Ia langsung memberikan penanganan.

“Segera saya memeriksa Bung Karno. Meskipun saya tidak menemukan gejala-gejala lain, tetapi atas persetujuannya saya suntikan chinine-urethan intramusculair, selanjutnya mempersilakan minum broom chinine,” ungkap R. Soeharto dalam buku Saksi Sejarah (1984).

Bung Karno lalu bangun pada 09:30. Panas badannya sudah mendingan dan segera berberes. Ia lalu mengenakan busana serba putih: celena lena putih dan kemeja putih. kala itu busana seperti itu dianggap busana pemimpin.

Suntikan itu bak energi baru. Bung Karno segera melangkah ke halaman rumahnya untuk mengumandangkan Indonesia merdeka. Ia lalu membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Nama Bung Karno dan Bung Hatta lalu disebut sebagai perwakilan rakyat Indonesia dalam prosesi sakral itu.

Rakyat Indonesia bersorak gembira. Bendera Sang Saka Merah Putih dikibarkan tanpa takut. Berita proklamasi pun mulai disebar lewat berbagai medium. Radio, Koran, dan teks proklamasi. Berkat Dokter R. Soeharto pun Bung Karno dikenal lantang mengucapkan pekikan Indonesia merdeka.

 

Share
Explore Nusantara
Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

How to Get to Ragunan Zoo Using KRL, Transjakarta, and LRT

Ragunan Zoo is one of the most visited tourist destinations in Jakarta.

Exploring the Harmonious Culture of the Mentawai Tribe: The Oldes...

Known for its rich culture and unique traditions, one of the most interesting things about the Mentawai tribe is their traditional tattoo art, called TikTik.

Mount Semeru Shuts Down for Climbers Until January 16

The Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS) decided to temporarily close the Mount Semeru climbing route on January 2-16, 2025.

KAI Wisata Introduces Panoramic Train on Mutiara Timur Route

Starting December 24, 2024, PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) launches the Panoramic Train as part of the Mutiara Timur service.

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.

Wonderful Indonesia
Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...

Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.

Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...

The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.

National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...

To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.