SEAToday.com, Jakarta - DPR RI telah merestui rencana Kementerian Keuangan menaikkan tarif cukai rokok. Restu itu berbuah kepastian kenaikan cukai rokok akan berlangsung pada 1 Januari 2025. Imbasnya harga rokok di pasaran akan ikut naik.
Langkah itu jadi bukti industri rokok mampu mendatangkan pemasukan lebih bagi negeri, khususnya rokok kretek. Dulu kala di era pemerintahan kolonial Hindia Belanda tak jauh beda. Malahan bisnis rokok kretek mampu mengangkat derajat hidup seorang bumiputra, Nitisemito. Ia jadi bumiputra terkaya pada zamannya. Orang-orang mengukuhkannya sebagai Raja Kretek. Begini kisahnya.
Kegemaran menghisap rokok punya sejarah panjang di Nusantara. Kehadiran rokok sudah hadir sejak fase awal penjajahan Belanda di Nusantara. Mereka yang menikmati nikmat rokok muncul dari orang Belanda dan petinggi kaum bumiputra. Konon, Sultan Agung termasuk sebagai perokok berat.
Bedanya rokok yang dinikmati dominan berisi tembakau. Kala itu belum ada pengembangan rokok dengan tambahan rajangan cengkeh, dan saus. Tradisi lisan menyebutkan kaum bumiputra mulai mengenal rokok khas Nusantara dari seseorang bernama Haji Djamhari asal Kudus.
Djamhari saat itu punya penyakit Asma. Ia mulai melakukan eksperimen untuk menemukan ‘obat’ dari penyakitnya. Ia mencoba minyak cengkeh sebagai alternatif. Hasilnya membaik. ia memiliki pikiran akan kesembuhan bisa didapat dari cengkeh.
Ia langsung memulai mencampur tembakau dan rajangan cengkeh ke dalam lintangan rokoknya. Tiada yang menyangka prosesi itu menghasilkan sebuah mahakarya: Rokok kretek. Penemuan itu ditafsirkan terjadi di antara tahun 1870-1880. Suara cengkeh yang terbakar punya suara khas: kretek, kretek, kretek..
“Sebutan rokok kretek kini menjadi sebutan khas bagi rokok asli Indonesia berbahan campuran tembakau-cengkeh serta tambahan bahan-bahan lain seperti penyedap rasa dan pengharum aroma asap,” ungkap Rudi Badil dalam buku Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya (2011).
Berjuang Jadi Pengusaha
Sosok Djamhari memang didengungkan sebagai penemu rokok kretek. Namun, Nitisemito yang menjadi tonggak industri kretek di Nusantara. Dulu kala, Nitisemito termasuk ke dalam orang beruntung. Ayahnya seorang priayi desa dengan jabatan kepala desa di Kudus.
Bedanya pria yang memiliki nama asli Rusdi itu tak mau meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai kepala desa. Jiwanya menolak. Ia bersikukuh jadi pengusaha. Pilihan yang diambilnya cukup berat karena tak banyak kaum bumiputra yang mengambil jalan bisnis di era penjajahan Belanda.
Nitisemito mengikuti kata hatinya merantau ke Malang. Gagal bukan masalah baginya yang masih berusia 17 tahun. pekerjaan apa saja dicobanya. Ia pernah jadi buruh jahit. Ia pernah pula membuka konveksi dan gagal.
Pilihan pulang kampung diambil. Ia mulai karier baru sebagai penjual minyak kelapa. Bisnisnya gagal. Ia lalu beralih ke bisnis jual beli kerbau dan kembali gagal.
“Usaha-usaha lain yang pernah dijalankan sebelum mendirikan perusahaan rokok misalnya adalah, jagal kerbau, jual beli tembakau, persewaan dokar, dan masil banyak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini. Tapi semua kegagalan tersebut tidak menjadikan putus asa malahan merupakan cambuk untiuk lebih giat bekerja,” ungkap Alex S. Nitisemito dalam buku Raja Kretek Nitisemito (1980).
Nitisemito tabah saja. Saban hari pun ia menikmati perenungannya dengan menghisap rokok buatan sendiri – tingwe (ngelinting dhewe) di warung kopinya. Rokok hasil lintingannya yang masih menggunakan klobot pun tak jarang diberikan kepada tamu dan kerabat yang datang ke warungnya.
Sang Raja
Dewa fortuna hadir dalam hidup Nitisemito. Sosok genius itu seraya menyempurnakan apa yang dibuat oleh Djamhari sebagai penemu kretek. Rokok kretek lintangannya digemari banyak orang. Ia mulai mendapatkan masukan positif.
“Nitisemito wiraswasta pribumi kelahiran Kudus ini memulai usahanya sebagai pemilik warung kopi. Sambil melayani langganannya, sebagai selingan Pak Niti juga melinting rokok klobot. Ternyata banyak langganannya yang kecanduan rokok lintingan pemilik warung kopi itu. Kemudian nasibnya dicoba lewat rokok klobot. Warung kopi ditinggalkannya. Maju lagi setapak, Pak Niti mengusahakan rokok kretek,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Wangsit di Bungkus Rokok, 6 September 1980.
Tetangga dan kerabatnya menyarankan Nitisemito membuat rokok kretek lebih banyak dan menjualnya. Ia menjalankan saran dengan senang hati. Usaha rokoknya kian berkembang. Nitisemito mulai berpikirkan memberikan jenama atau cap yang tepat sebagai identitas rokok buatannya.
Mulanya nama yang dipih cap Kodok Mangan Ulo (katak makan ular). Nama itu dianggap aneh dan jadi bahan tertawaan di antara penikmat rokok kreteknya. Nitisemito disarankan untuk membuat nama yang gagah nan simpel tapi mudah diingat orang-orang.
Ia mencoba menggunakan cap dengan gambar bulatan tiga sambil menempatkan namanya M. Nitisemito. Gambar bulatan tiga mendapat respons positif. Kadang ada yang menyebut Cap Bunder Tiga. Ada juga yang menyebut Cap Roda Tiga. Namun, yang paling banyak orang mengenalnya sebagai Bal Tiga.
Merk Bal Tiga pun resmi digunakan pada 1924-1925. Ia mulai membangun sebuah pabrik besar untuk memprokduksi rokok kretek skala besar. Perkembangannya begitu cepat. Ambil contoh pada 1930-1034 produksi rokok mencapai 2-3 juta batang per hari.
Jumlah itu melonjak tajam pada 1930. Produksinya mencapai 10 juta batang per hari dengan buruh sekitar 10 ribu orang. Ia bahkan jadi kaum bumiputra satu-satunya yang memperkerjakan akutan berkebangsaan Belanda, H.J. Voren dan Poolman.
Prestasi itu membuat nama Nitisemiito kian diperhitungkan. Boleh saja Nitisemito dikenal sebagai sosok yang butuh huruf. Namun, urusan bisnis otaknya cemerlang. Nitisimito sering kali melakukan kegiatan promosi skala besar untuk rokoknya, Bal Tiga.
Promosi-promosi yang dilakukan kadang jauh melampaui jaman. Ia jadi pelopor pemberian hadiah piring cantik. Ia juga pionir dalam promisi menggunakan bus memamerkan hadiah –arloji hingga sepeda-- yang dapat ditukar dengan bungkus rokok Bal Tiga dalam jumlah tertentu.
Ia juga gemar mensponsori kegiatan seni dan olahraga. Nitisemito dan Bal Tiga sampai membuat radio dan bioskop sendiri.
“Nitisemito dikenal sebagai Raja Kretek yang kaya raya, sekaligus sebagai pengusaha kretek yang mempelopori diterapkannya manajemen secar modern. Sistem administrasi dan pembukuan dilakukan menurut teori barat, diserta kegiatan promosi dan diversifikasi usaha,” ungkap J.A. Noertjahyo dalam buku 100 Tahun Nusantara (2000).
Nitisemito dan Bal Tiga selalu mampu menarik perhatian publik. Ia pernah menyewa pesawat terbang jenis Fokker seharga 150-200 gulden untuk mempromosikan rokok Bal tiga ke kota Bandung dan Jakarta. Konon, kertas promosi rokok yang jatuh dari langit jadi bahan pembicaraan orang-orang selama satu tahun.
Kehebatan itu membuatnya terkenal sebagai raja kretek dan kaya raya. Tiada barang mewah yang tak mampu dibelinya. Koleksinya mobilnya bejibun. Rumah dan vilanya terhitung mewah pula. Sekalinya Nitisemito menggelar pesta, acaranya bisa berlangsung tujuh hari tujuh malam.
Orang-orang sezaman dengannya sulit tak mengenal Nitisemito. Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Soekarno saja sampai menyebut nama Nitisemito pada pidatonya, Lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945.
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua. Bulan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia semua buat semua,” pekik Bung Karno.
Setidaknya Rakyat Indonesia tahu bahwa dunia usaha tak hanya monopoli penjajah. Kaum bumiputra bisa sukses dan kaya raya. Nitisemito pun telah membuktikan semuanya, sekalipun usaha rokok kretek Bal Tiga mencapai senjakala di masa penjajah Jepang. Bal Tiga pun tak dapat bangkit lagi dan jadi kenangan.
Recommended Article
Lifestyle Update
Five Places to Hunt for Authentic Indonesian Souvenirs
Check out these recommended places to hunt for authentic souvenirs in Indonesia, as quoted from the Ministry of Tourism and Creative Economy website!
The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...
The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...
Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...
Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Trending Topic
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.
Wonderful Indonesia
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...
Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.
Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...
The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.
National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...
To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.