Kedatangan Sri Paus ke Indonesia 1989: Jakarta Menyambut, Timor Timur Membara
SEAToday.com, Jakarta - Kunjungan Paus Fransisksus mendapatkan sambutan meriah dari segenap rakyat Indonesia. Pemimpin besar umat Katolik dunia itu menjalankan segala macam kegiatan pastoral dengan lancar. Ia berjumpa dengan tokoh lintas agama.
Sri Paus juga menggelar misa agung dengan tingkat keamanan mempuni di Stadiun Utama Gelora Bung Karno (GBK). Dulu kala kondisi yang sama juga terjadi kala Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Jakarta pada 1989. Acara di Jakarta berjalan lancar. Namun, tidak dengan bagian Indonesia lainnya, Timor Timur. Begini ceritanya.
Keinginan Portugal menghapus jejak kolonialisme sudah final. Perihal itu tertuang dalam Revolusi Anyelir pada 1974. Suatu revolusi yang membuat Portugal menarik diri segala macam agenda kolonialisme. Portugal melepas negeri koloninya, terutama Timor Lorosae.
Urusan pelepasan nyatanya tak mudah. Rakyat Timor Lorosae tak satu suara saat ditinggalkan Portugal. Kondisi itu membuat rakyat Timor Lorosae terbagi dalam tiga kelompok. Ada yang ingin tetap bersama Portugal. Ada yang ingin merdeka. Bahkan, ada yang ingin bersama Indonesia.
“Ada partai yang menghendaki kemerdekaan penuh, yakni Fretilin. Partai lain, Uniao Democratica Timorense (UDT), ingin tetap jadi koloni Portugal. Sedangkan partai Associacao Popular Democratica de Timor, Pardito Trabalhista, dan Klibur Oan Timor Aswain ingin bergabung dengan Indonesia,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Seroja, Flamengo, hingga Kopi Timur, 6 Oktober 2014.
Kemerdekaan pun digelorakan Fretilin. Namun, pemerintah Indonesia yang didukung warga setempat ambil bagian. Operasi Seroja digelorakan pada 1975. Militer Indonesia dilibatkan dalam jumlah besar. Pemerintah Indonesia tak ingin konflik Timor Lorosae mengganggu kawasan sekitarnya.
Indonesia juga tak ingin Komunisme bertumbuh di Timor Lorosai.Operasi itu menjadi awal Timor Lorosae bergabung dengan Indonesia sebagai provinsi ke-27 bernama Timor Timur pada 1976. Kabar itu mengejutkan dunia Internasional.
Indonesia dituduh bak penjajah. Indonesia digambar dunia seraya penjahat. Pemerintah Indonesia dianggap tak punya nurani karena gampang saja menggerakan popor senjata ke kelompok pejuang kemerdekaan Timor Timur.
Paus Datang, Isu Muncul
Isu Indonesia mencaplok Timor Timur jadi berita hangat di dunia. Berita itu kian hangat lagi karana figur anti kolonialisme dan imperialisme Paus Yohannes Paulus II berencana datang ke Indonesia. Kedatangan pemimpin besar umat Katolik dunia itu sempat dikecam banyak pihak.
Orang-orang menganggap Sri Paus mulai masuk dunia politik. Paus dianggap pro Indonesia yang berdaulat atas Timor Timur. Deru protes itu coba disuarakan langsung kepada Sri Paus. Gambaran keganasan Indonesia yang terus menggempur orang Timor Timur terus diberitakan.
Indonesia diyakini sebagai dalang utama jatuhnya 200 ribu korban Jiwa gara-gara Operasi Seroja di Timor Timur. Keinginan supaya Sri Paus membatalkan kunjungan digulirkan. Namun, Sri Paus punya jawaban lain. Ia menganggap kunjungan ke Indonesia bukan urusan politik, tapi murni urusan pastoral.
"Saya tidak akan berkunjung untuk entitas politik, tetapi mengunjungi dengan maksud tujuan keagamaan," kata Paus Yohanes Paulus II dikutip Clyde Haberman dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul Pope, on Delicate Ground, Visits Indonesia, 10 Oktober 1989.
Hari yang ditunggu pun tiba. Paus Yohannes Paulus datang ke Indonesia lewat Bandara Halim Perdanasusuma pada 9 Oktober 1989. Sri Paus menumpang maskapai komersial, Korean Airlines. Ia lalu memulai tradisi mencium tanah tempat yang dia kunjungi.
Banyak yang menyiratkan arti dari cium tanah itu, sebagai pro Indonesia. Sesuatu yang tak disukai warga Timor Timur pro kemerdekaan. Acara penyambutannya sederhana, tapi disambut dengan gegap gempita.
Ratusan ribu umat katolik sampai memadati Stadion Utama GBK. Mereka tak hanya datang dari Jabodetabek. Beberapa ada yang berasal dari luar daerah.Umat Katolik dari Indonesia Timur tak kelupaan, Maumere, Kupang, hingga Jayapura.
Paus pun mengaresiasi pemerintah Indonesia dan Pancasilanya. Falsafah hidup itu membuat rakyat Indonesia mampu merangkul berbagai macam agama untuk hidup berdampingan.Kunjungan itu berlangsung sukses.
Kericuhan di Dili
Pegawalan Paus ke wilayah Indonesia lainnya tetap menjadi tanggung jawab penuh aparat keamanan Indonesia. Kesuksesan hajatan Sri Paus di Jakarta juga diikuti oleh daerah lainnya, Yogyakarta hingga Maumere. Artinya petugas keamanan telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Kesuksesan itu nyatanya tak berlaku di Dili, Timor Timur yang notabene baru menjadi bagian Indonesia. Mulanya Paus sangat gembira bisa sampai di Dili pada 12 Oktober 1989. Kegembiraan itu karena Dili memiliki mayoritas penduduk Katolik yang tinggi.
Namun, kunjungan Sri Paus tak diartikan sebagai agenda keagamaan belaka. Sri Paus justru dianggap sebagai juru selamat. Sri Paus jadi satu-satu harapan yang bisa membawa kemerdekaan penuh bagi rakyat Bumi Timor Lorosae.
Antusiasme Warga Dili terhadap kedatangan Sri Paus tinggi sekali. Sri Paus dijadwalkan untuk hadir dalam misa agung di Rasi Tolu. Pemerintah Indonesia tak mau kecolongan. Empunya kuasa turut meningkatkan keamanan.
Misa Agung pun digelar. Warga Dili dan sekitarnya berbondong-bondong mendatangi hajatan Sri Paus. Mereka yang datang mencapai ratusan ribu. Sri Paus pun turut mendoakan sekitar 200 ribu nyawa yang hilang karena konflik perebutan kekuasaan dan disambut dengan antusias.
Acara Misa pun berjalan lancar dengan tiada gangguan yang berarti. Masalah baru muncul ketika sehabis misa agung berakhir. Lusinan demonstran memaksa menembus altar tempat Sri Paus khotbah. Mereka membentangkan spanduk dan menyuarakan pesan berisi anti integrasi. Kericuhan pun pecah.
“Protes minggu lalu dimulai ketika sekitar 20 pemuda mendekati altar Paus dan mulai meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan kemerdekaan Timor Timur. Hal ini berubah menjadi perkelahian antara demonstran dan polisi, dan para saksi mata mengatakan mereka melihat beberapa pemuda dibawa pergi,” terang Clyde Haberman dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul Fears Expressed for 40 East Timor Protesters, 19 Oktober 1989.
Paus yang sedang menuju ke arah mobilnya dari panggung sempat menyaksikan, tapi ia langsung buru-buru pergi. Kerucuhan itu membuat mereka yang bukan berasal dari demonstran ikut kena getah. Beberapa kaum wanita diinjak-injak peserta misa karena kericuhan pecah.
Peserta yang kena pukulan dari aparat keamanan tak sedikit. Peristiwa itu diwartakan ke seluruh dunia. Amnesty Internasional bahkan menyebut ada sekitar 40 orang ditahan aparat keamanan terkait peristiwa itu.
Kericuhan acara misa agung di Dili jadi salah satu peristiwa yang tak dapat dilupakan dalam ingatan sejarah. Namun, kini Timor Timur sudah merdeka dan mengubah namanya jadi Timor Leste. Tiada lagi pertentangan dan yang ada hanya persahabatan antara Indonesia-Timor Leste.
Recommended Article
Lifestyle Update
The 2nd SEA Today Golf Day Returns On November 9, 2024 With A Fre...
By bringing the "green" back to the golf course, the 2nd SEA TODAY Golf Day promises to offer a tournament with a unique and valuable experience.
G-DRAGON Receives Global Acclaim for Collaborating with Palestini...
G-DRAGON has released his first single in seven years, titled POWER, on October 31. His return after a hiatus has been met with enthusiasm from fans.
Justin Bieber Unveils Heartwarming First Family Photo with Baby
Justin Bieber and Hailey Bieber joyfully celebrated their first Halloween with their son, Jack Blues!
Jumanji 3 to be Released in December 2026
Jumanji 3 is scheduled to be released on December 11, 2026.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.