Mengenal Lupus Nefritis dan Bahayanya pada Ginjal

Mengenal Lupus Nefritis dan Bahayanya pada Ginjal

Seatoday.com, Jakarta Penyakit Lupus Nefritis belakangan tengah ramai dibicarakan di kalangan publik, menyusul kabar meninggalnya salah satu solois jebolan ajang pencarian bakat ternama di Tanah Air, Shena Malsiana.

 

Lupus sendiri merupakan penyakit autoimun yang punya dampak serius ke beberapa bagian tubuh, mulai dari kulit hingga organ-organ lainnya. Dan Lupus Nefritis adalah komplikasi yang dapat mengganggu jaringan ginjal.

 

Mengutip pernyataan Siloam Hospitals, setidaknya 60% pasien lupus punya risiko untuk mengalami lupus nefritis. Komplikasi ini berisiko merusak pembuluh darah kecil di dalam ginjal atau glomerulus, yang fungsinya adalah menyaring darah. Lambat laun, apabila tidak diobati, bisa menyebabkan gagal ginjal.

 

Gejala Lupus Nefritis

 

Tahap awal dari gejalanya bisa berupa peradangan akibat inflamasi ginjal, yang membuat ginjal tidak dapat melakukan penyaringan secara sempurna, sehingga protein ikut keluar bersama urine. Akibatnya, tubuh jadi berisiko kekurangan protein, yang ditandai beberapa gejala seperti bengkak di tungkai atau wajah.

 

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab terjadinya komplikasi ini. Namun beberapa faktor seperti genetik, obesitas, hingga paparan zat kimia dikabarkan bisa jadi pemicu. Selain itu, Lupus nefritis rata-rata menimpa orang dengan usia 20 hingga 40 tahun. di mana pria memiliki risiko yang lebih tinggi, terutama etnis Afrika-Amerika, Asia, serta Latin.

 

Adapun gejala umumnya, bisa dibilang hampir mirip dengan gangguan ginjal, yakni perubahan pada urine, pembengkakan di bagian tubuh tertentu, tekanan darah tinggi, mual atau muntah, nyeri di area ginjal, lelah berlebih, serta kerapuhan pada kulit dan rambut.

 

Terkait hal ini, diagnosa akan dilakukan lewat evaluasi gejala, pemeriksaan fisik, penelusuran riwayat medis, serta beberapa tes seperti tes urine, darah, hingga biopsi ginjal dan USG.

 

Pengobatan

Metode pengobatan lupus nefritis mencakup perubahan pola makan dan pemberian obat sebagai penanggulangan gejala, pencegahan kerusakan pada fungsi ginjal, serta pencegahan terjadinya kekambuhan. Namun, semua itu tetap bergantung dari tingkat keparahan pasien.

 

Terkait perubahan pola makan, pasien biasanya akan diminta membatasi protein dan garam. Hal ini dilakukan sebagai upaya peningkatan fungsi ginjal. Pasien juga akan diberikan obat tekanan darah untuk mencegah bocornya protein ke urine, serta menghindari cairan menumpuk. (HIL)