LIFESTYLE
Penuh Makna, Ini 7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia

SEAToday.com, Jakarta - Tepat hari ini yaitu 25 Desember seluruh umat Kristiani merayakan Natal. Momen perayaan Natal menjadi yang ditunggu-tunggu oleh banyak keluarga di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Ternyata, terdapat berbagai tradisi perayaan Natal yang unik di sejumlah daerah Indonesia, bukan hanya sekadar menghias pohon Natal dengan berbagai ornamen.
Tradisi perayaan Natal di berbagai daerah di Indonesia menjadi simbol kebersamaan yang telah dilakukan secara turun-temurun secara zaman nenek moyang.
Bahkan, setiap tradisi perayaan Natal tersebut kental dengan budaya asli, sekaligus menyimpan banyak makna mendalam.
Berikut 7 tradisi Natal di Indonesia yang unik dan penuh makna:
1. Rabo-Rabo (Jakarta)
Jakarta memiliki tradisi Natal yang terkenal unik dan masih dilestarikan sampai sekarang, yakni Rabo-Rabo. Tradisi Rabo-Rabo bisa ditemukan di Kampung Tugu, Kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Kawasan ini disinggahi sekelompok pemeluk agama Kristen keturunan Portugis.
Dilakukan setiap menjelang Hari Natal, Rabo-Rabo diartikan sebagai “Ekor-Mengekor”, atau dalam bahasa Kreol Portugis adalah dilakukan dengan berkeliling area kampung dan mengunjungi rumah-rumah kerabat, sambil menyanyikan lagu keroncong.
Satu rombongan warga akan memulai Rabo-Rabo dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah.
Setelah itu, mereka langsung mengunjungi rumah-rumah warga sekitar. Salah satu anggota keluarga dari setiap rumah-rumah yang dikunjungi tersebut nantinya harus ikut dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang.
Di puncak perayaan Rabo-Rabo akan dilakukan tradisi mandi-mandi, yaitu menggambar wajah satu sama lain dengan bedak putih. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut menyimbolkan penebusan dosa dan pengampunan, serta untuk memulai dan menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih.
2. Wayang Wahyu (Yogyakarta)
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga memiliki tradisi Natal yang tidak kalah unik dan menarik diikuti.
Berbeda dengan sebelumnya, tradisi Natal di Yogyakarta dimeriahkan dengan pentas kesenian Wayang Wahyu, yaitu pertunjukan wayang kulit yang diangkat dari cerita-cerita di Alkitab.
Pertama kali muncul pada tahun 1960an, pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan antar sesama.
Wayang Wahyu tidak hanya pentas kesenian wayang “biasa”, tapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan wahyu atau firman Tuhan.
Menariknya lagi, tradisi Wayang Wahyu pun menjadi sarana untuk menunjukkan akulturasi budaya dan simbol toleransi keberagaman.
3. Ngejot dan Penjor (Bali)
Bali juga memiliki tradisi Natal unik yang dikenal dengan tradisi Ngejot dan Penjor. Kedua tradisi yang identik dengan umat Hindu ini juga seringkali dilakukan oleh umat Kristen serta Muslim.
Ngejot adalah tradisi Natal yang dilakukan dengan saling berbagi makanan. Uniknya, makanan yang disajikan disesuaikan dengan agama masing-masing setiap orang.
Sementara itu, Penjor adalah tradisi memasang bambu-bambu tinggi melengkung di bagian rumah yang merupakan bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.
4. Marbinda dan Marhobas (Sumatera Utara)
Masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara juga punya tradisi perayaan Natal yang tidak kalah menarik, yaitu Marbinda dan Marhobas.
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan menjelang Hari Raya Natal. Sedangkan, Marhobas adalah tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para pria.
Hewan yang disembelih di Marbinda biasanya adalah hewan yang berkaki empat, seperti sapi, kerbau, atau babi. Hewan-hewan tersebut didapatkan dari hasil tabungan warga yang telah dikumpulkan selama berbulan-bulan.
Daging-daging hasil sembelih hewan-hewan ini kemudian dimasak lewat tradisi Marhobas, lalu dibagikan kepada warga. Uniknya, orang yang dipercaya untuk membagikan daging biasanya akan terpilih menjadi kepala desa di periode selanjutnya.
Makna dari tradisi Natal Marhobas dan Marbinda tidak sekadar simbol kebersamaan dan pengingat persaudaraan antara masyarakat saja, tetapi sebagai wujud dari rasa syukur kepada Tuhan.
5. Meriam Bambu (Flores)
Terdapat tradisi Natal yang dilakukan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu Meriam Bambu. Tradisi Meriam Bambu merupakan salah satu tradisi Natal di Indonesia yang sangat meriah, dan sudah dilakukan sejak 1980-an.
Dulunya, suara menggelegar dari meriam bambu dilakukan untuk memberikan kabar duka. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi Natal satu ini digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus.
6. Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Tradisi Natal di Indonesia yang tidak kalah unik adalah Kunci Taon. Tradisi Natal yang banyak dijumpai di Kota Manado, Sulawesi Utara ini secara harfiah diartikan dengan “mengunci tahun”.
Tradisi Natal di Manado ini resmi dimulai sejak memasuki bulan Desember yang dimulai dengan serangkaian ibadah di gereja dan dilanjutkan dengan kegiatan ziarah ke makam kerabat.
Uniknya, kebanyakan masyarakat Manado akan meletakkan lampu hias di atas makam saat berziarah.
Namun, puncak perayaan Natal baru akan berlangsung pada Minggu pertama di bulan Januari. Tradisi Kunci Taon ditutup dengan pawai keliling menggunakan kostum-kostum unik.
7. Bakar Batu (Papua)
Tradisi perayaan hari Natal yang terakhir ini biasa dilakukan oleh umat Kristen di Papua. Tradisi yang dikenal sebagai Bakar Batu ini merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar.
Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Kemudian dilapisi lagi dengan daun pisang.
Setelah itu, daging babi dimasukkan ke dalamnya, lalu disusul oleh lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi. Setelah itu, susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian.
Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar. Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal dan biasanya akan memakan waktu sekitar setengah hari.
Bakar Batu dilakukan sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.