LIFESTYLE
7 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia

SEAToday.com, Jakarta - Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim memiliki banyak tradisi dalam menyambut bulan Ramadan.
Bulan Ramadan menjadi bulan yang paling dinanti bagi umat Muslim untuk merayakannya dengan penuh suka cita.
Tradisi-tradisi menyambut Ramadan tersebut dilakukan secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat.
Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam tradisi dalam menyambut Ramadan. Apa saja tradisi tersebut? simak selengkapnya berikut.
1. Meugang (Aceh)
Aceh memiliki tradisi dalam menyambut bulan Ramadan yaitu Tradisi Meugang. Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam atau sekitar 14 abad lalu.
Tradisi ini dilakukan dengan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau sehari sebelum bulan Ramadan untuk disantap bersama keluarga dan anak yatim.
Meugang biasanya dilaksanakan selama tiga kali dalam setahun yaitu dua hari sebelum datangnya bulan ramadhan, dua hari menjelang hari raya Idul Fitri dan dua hari menjelang Idul Adha.
2. Malamang (Sumatera Barat)
Malamang adalah tradisi masyarakat Minangkabau dalam menyambut Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan membuat lamang.
Lamanya merupakan makanan yang terbuat dari ketan (puluik) yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam wadah bambu, kemudian dimasak dengan perapian atau unggun yang sengaja dibuat untuk memasaknya.
Tradisi Malamang ini juga sebagai simbol mempererat kebersamaan antarwarga.
3. Nyorong (Jakarta)
Nyorong merupakan sebuah tradisi yang ada di Jakarta dalam menyambut bulan Ramadan.
Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dengan mengirimkan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua atau tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan yang mendalam.
Tidak hanya sekadar mengirimkan makanan, tradisi ini merupakan jembatan mempererat hubungan antar keluarga dan tetangga.
4. Dandangan (Kudus)
Di Kudus, Jawa Tengah terdapat juga tradisi menyambut Ramadan yaitu Tradisi Dandangan. Tradisi ini dilakukan sekitar 10 hari sebelum Ramadan.
Dandangan merupakan tradisi peninggalan dari Sunan Kudus yang bernama Syech Jafar Shodiq, pemimpin tertinggi soal agama di wilayah Kudus pada abad 16
Kata Dandangan diambil dari suara bedug Masjid Menara Kudus yang berbunyi nyaring “Dhang! “Dhang, sehingga bunyi bedug sebagai awal penanda datangnya bulan puasa disebut Dandangan.
Tradisi ini terdiri dari pembukaan pasar dandangan, yaitu pasar yang menjual kebutuhan rumah tangga selama 10 hari. Kemudian pembukaan pasar kaget pada malam terakhir pasar dandangan.
Lalu, puncaknya adalah acara Kirab Dandangan sehari sebelum puasa. Acara ini biasanya menampilkan kesenian tradisional dan atraksi budaya, seperti tarian Lentog Tanjung dan tarian kolosal.
5. Megibung (Bali)
Umat Muslim di Bali juga memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan yaitu Megibung. Tradisi ini merupakan tradisi makan bersama dalam satu lingkaran dengan sajian nasi dan lauk dalam wadah besar, terutama di daerah Karangasem dan Klungkung.
Tradisi Megibung dikenalkan oleh Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi.
Megibung dimulai dari masak masakan khas tradisional Bali secara bersama-sama, baik naik maupun lauknya. Setelah selesai memasak, warga kemudian menyiapkan makanan tersebut untuk disantap.
Nasi putih diletakkan dalam satu wadah yang disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayur disajikan di sebuah alas karangan.
Menurut kepercayaan, tradisi Megibung merupakan bentuk mempererat persaudaraan dan kebersamaan.
6. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)
Mattunu Solong, sebuah tradisi menyambut Ramadan yang dilakukan masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan dengan menyalakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu. Pelita tersebut ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur.
Menurut kepercayaan, tradisi Mattunu Solong bertujuan mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Selain itu, tradisi ini juga dilakukan sebagai permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa dengan lancar.
7. Padusan (Yogyakarta)
Masyarakat Yogyakarta juga memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan yang masih dilakukan hingga sekarang, yaitu Padusan atau dalam bahasa Jawa diartikan dengan padus (mandi).
Padusan dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan.
Jika ditelaah lebih dalam, Padusan juga bisa diartikan sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah diperbuat, sehingga umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin.