Tradisi Unik Khas Indonesia yang Jadi Daya Tarik Wisatawan

Tradisi Unik Khas Indonesia yang Jadi Daya Tarik Wisatawan
Tradisi Fahombo, khas Sumatera Utara. (dok: Instagram/@kemenparekraf.ri)

SEAToday.com, Jakarta - Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa memiliki ciri khas hingga tradisi di setiap daerahnya.

Tradisi-tradisi ini pun memiliki maknanya tersendiri. Tak jarang, tradisi ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan terutama mancanegara, karena dinilai unik.

Berikut tradisi unik khas Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan, dilansir dari akun Instagram Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), @kemenparekraf.ri.

1. Fahombo, Sumatera Utara

Fahombo dikenal juga dengan tradisi "Lompat Batu" yang menjadi tradisi khas Nias Selatan. Tradisi ini mengharuskan seseorang melompati susunan batu setinggi 2 meter sebagai ujian keberanian, kedewasaan, dan kemampuan fisik.

Awalnya, tradisi ini dilakukan untuk melatih ketangkasan saat perang. Namun, saat ini tradisi Fahombo menjadi simbol kedewasaan dan keberanian.

Selain itu, tradisi ini juga sempat menjadi gambar mata uang Rp1.000 keluaran tahun 1992.

2. Ma'nene, Sulawesi Selatan

Ma'nene merupakan sebuah tradisi unik khas Toraja, Sulawesi Selatan. Tradisi ini merupakan sebuah kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal puluhan hingga ratusan tahun yang lalu.

Jasad ini dibersihkan dan diganti pakaiannya setiap tiga tahun sekali dalam ritual Ma'nene. Ritual ini sendiri sudah jarang dilakukan, tetapi terdapat beberapa desa yang masih melakukannya seperti Desa Pangala dan Baruppu.

Tradisi ini dilakukan setiap bulan Agustus karena diartikan sebagai penguasa kekerabatan di antara mereka. Ma'nene ini pun menjadi simbol bakti dan penghormatan terhadap keluarga yang telah tiada.

3. Tabuik, Sumatera Barat

Upacara kolosal yang berlangsung selama 10 hari di Pariaman ini digelar untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husain bin Ali.

Selain ritual keagamaannya, kebudayaan ini juga menjadi ajang pertemuan beragam seni, musik, dan pertunjukan khas Minangkabau.

4. Dugderan, Jawa Tengah

Dugderan adalah tradisi khas Semarang untuk menyambut bulan Suci Ramadan. Tradisi ini sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Semarang sejak lama, dan biasanya diadakan beberapa hari sebelum bulan puasa dimulai.

Istilah Dugderan sendiri berasal dari bunyi "dug" yang merupakan suara bedug dan "der" yang diambil dari suara meriam, sebagai tanda datangnya bulan Ramadan.

Masyarakat pun akan berkumpul di alun-alun untuk merayakan dengan kirab makhluk mitologi bernama Warak Ngendok. Tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan dan sukacita menyambut bulan penuh berkah.

5. Bau Nyale, Nusa Tenggara Barat

Tradisi ini sukses menarik perhatian ribuan wisatawan setiap tahunnya ke Lombok Tengah. Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah tradisi berburu nyale atau cacing laut yang dianggap sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Menurut legenda, Putri Mandalika mengorbankan dirinya demi kebaikan rakyat. Semakin banyak Nyale yang ditangkap, maka semakin baik pertanda untuk kemakmuran.