SEAToday.com, Jakarta- Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) didenda petugas bea cukai Taiwan sebesar NT$200.000 atau sekitar Rp100,1 juta karena membawa kotak makan siang yang berisi daging babi ke negara tersebut.

Dilansir dar ABC News, Badan Inspeksi Kesehatan Hewan dan Tumbuhan Taiwan mengungkapkan bahwa saat WNI tersebut tiba dari Hong Kong pada 30 April 2024, seekor anjing karantina mengendus adanya "ayam panggang dan daging babi." Ia dilaporkan tidak dapat membayar denda dan dideportasi.

Taiwan memberlakukan denda sebesar NT$200.000 untuk membawa produk daging babi ke pulau itu dari negara-negara yang terdampak demam babi Afrika (ASF) setelah wabah di China pada 2018. Denda meningkat menjadi NT$1 juta untuk pelanggaran karantina berikutnya.

Penyakit yang sangat menular ini menyerang babi peliharaan dan babi liar dan memiliki tingkat kematian sekitar 80 persen. Taiwan adalah salah satu dari sedikit negara Asia yang belum terkena penyakit ini.

Menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), ASF bertanggung jawab atas kerugian besar pada populasi babi dan konsekuensi ekonomi yang drastis. "Penyakit ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi memiliki dampak yang sangat buruk terhadap populasi babi dan ekonomi peternakan," kata WOAH.

Pihaknya melanjutkan, "Virus ini sangat resisten di lingkungan, yang berarti dapat bertahan hidup di pakaian, sepatu bot, roda, dan bahan lainnya. Virus ini juga dapat bertahan hidup di berbagai produk daging babi, seperti ham, sosis, atau daging asap."