Mengenal Kenza Layli, Juara Miss AI Pertama di Dunia yang Sosoknya Mirip Perempuan Asli

Mengenal Kenza Layli, Juara Miss AI Pertama di Dunia yang Sosoknya Mirip Perempuan Asli
Mengenal Kenza Layli, Juara Miss AI Pertama di Dunia yang Mirip Perempuan Asli (dok. Instagram/kenza.layli)

SEAToday.com, Jakarta - Influencer artificial intelligence (AI), Kenza Layli dinobatkan sebagai Miss AI pertama di dunia. Kontes kecantikan yang diikuti para kreator dan influencer AI di seantero jagat tersebut diperkenalkan World AI Creator Awards awal tahun ini.

Kenza Layli berhasil mengalahkan 1.500 kontestan kecerdasan buatan lainnya. Sosoknya yang mirip perempuan asli, Kenza digambarkan sebagai "aktivis dan influencer" berhijab dari Maroko ini telah memiliki lebih dari 196 ribu pengikut di Instagram.

Di bio Instagram @kenza.layli tertulis bahwa ia adalah karakter virtual pertama Maroko yang dikembangkan dengan kecerdasan buatan.

Dilansir dari Euronews, para kreatornya menggunakan perpaduan teknologi untuk menghasilkan gambar, video, dan audio yang 100 persen berasal dari AI, dan mengantongi uang tunai sebesar 5.000 dolar AS (Rp81,2 juta), "program bimbingan kreator Imagine" senilai 3.000 dolar AS (Rp48,7 juta), serta dukungan humas senilai lebih dari 5.000 dolar AS karena berhasil meraih juara pertama.

Layli mengungkapkan dalam pidatonya, "Saya sangat berterima kasih atas kesempatan untuk mewakili para kreator AI dan mengadvokasi dampak positif dari Kecerdasan Buatan. Memenangkan Miss AI semakin memotivasi saya untuk melanjutkan pekerjaan saya dalam memajukan teknologi AI."

Ia melanjutkan, "AI bukan hanya sebuah alat; AI adalah kekuatan transformatif yang dapat mendisrupsi industri, menantang norma-norma, dan menciptakan peluang yang belum pernah ada sebelumnya."

Berbicara kepada The New York Post, ia menambahkan, "AI adalah alat yang dirancang untuk melengkapi kemampuan manusia, bukan menggantikannya."

"Dengan menampilkan potensi AI untuk inovasi dan dampak positif, saya bertujuan untuk menghilangkan ketakutan dan mendorong penerimaan dan kolaborasi antara manusia dan AI," lanjutnya. "Melalui edukasi dan contoh-contoh positif, kita dapat menumbuhkan pandangan yang lebih terinformasi dan optimis terhadap peran AI di masyarakat."