Apa Itu Helicopter Parenting? Begini Dampaknya bagi Anak

SEAToday.com, Jakarta - Ada begitu banyak tantangan bila berbicara mengenai pengasuhan anak, salah satunya terkait helicopter parenting. Istilah ini mengacu pada keterlibatan orangtua yang berlebihan dalam kehidupan anak.
Dilansir dari Healthline, setiap orangtua ingin anak-anak mereka bahagia dan melakukan yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Ini adalah perilaku naluriah, namun beberapa orangtua "bersikap suportif" ke tingkat yang lebih tinggi dan melayang-layang di atas anak mereka seperti helikopter, itulah asal muasal istilah helicopter parenting.
Helicopter parenting kebalikan dari pola asuh bebas, di mana didorongnya kemandirian dan berpikir untuk diri sendiri. Walau sudah banyak dibahas, helicopter parenting bukanlah istilah baru. Metafora ini sebenarnya pertama kali digunakan dalam sebuah buku pada 1969 berjudul "Between Parent and Teenager" yang ditulis Haim Ginott.
Seperti Apa Helicopter Parenting?
Berikut ini adalah bentuk-bentuk helicopter parenting pada berbagai tahap kehidupan.
Balita
- Berusaha mencegah setiap jatuh kecil atau menghindari risiko yang sesuai dengan usianya
- Tidak pernah membiarkan anak bermain sendirian
- Terus-menerus meminta laporan kemajuan kepada guru prasekolah
- Tidak mendorong kemandirian yang sesuai dengan perkembangannya
Sekolah dasar
- Berbicara dengan pihak sekolah untuk memastikan anak memiliki guru tertentu karena mereka dianggap sebagai yang terbaik
- Memilihkan teman anak untuk mereka
- Mendaftarkan mereka dalam kegiatan tanpa masukan dari anak
- Menyelesaikan pekerjaan rumah dan proyek sekolah untuk anak
- Menolak untuk membiarkan anak menyelesaikan masalah sendiri
Tahun-tahun remaja dan seterusnya
- Tidak mengizinkan anak Anda membuat pilihan yang sesuai dengan usianya
- Menjadi terlalu terlibat dalam pekerjaan akademis dan kegiatan ekstrakurikuler mereka untuk melindungi mereka dari kegagalan atau kekecewaan
- Menghubungi pihaj perguruan tinggi mereka tentang nilai yang buruk
- Campur tangan dalam perselisihan dengan teman hingga rekan kerja
Dampak Helicopter Parenting pada Anak
Dilansir dari WebMD, para peneliti yang mengikuti anak-anak dengan orangtua yang terlalu terlibat menemukan bahwa terlalu banyak perhatian tidak selalu baik untuk mereka. Helicopter parents dapat merusak perkembangan emosional anak-anak mereka, yang mengarah ke:
- Perkembangan sosial dan akademik yang lebih lambat
Sebuah penelitian mengikuti sekelompok anak dari usia 2 hingga 10 tahun. Mereka yang orangtuanya lebih banyak mengontrol kurang mampu mengelola emosi dan perilaku mereka. Keterampilan sosial mereka pun menurun sebagai akibatnya. Pada saat mereka berusia 10 tahun, anak-anak dengan helicopter parents tidak berprestasi sebaik anak-anak dengan orangtua yang tidak terlalu mengontrol.
- Masalah kesehatan mental
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa helicopter parenting meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Orangtua yang melakukan terlalu banyak hal untuk anak-anak mereka dapat merusak harga diri mereka. Anak mungkin akan tumbuh dengan perasaan bahwa orang tua mereka tidak percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu sendiri. Mahasiswa dengan orangtua yang terlalu terlibat cenderung memiliki gejala depresi dan kecemasan.
- Kelelahan
Anak-anak yang lebih tua dari helicopter parents lebih rentan mengalami kelelahan akademis daripada teman sebayanya. Hal ini dikarenakan mereka khawatir orangtua mereka akan kecewa jika mereka gagal.
- Kurangnya kendali diri
Masalah lainnya adalah bahwa para siswa ini belum belajar keterampilan pengendalian diri. Jika mereka mengandalkan orang tua untuk mengatur kehidupan mereka, stres karena hidup sendiri bisa menjadi kejutan yang tidak menyenangkan. Jika mereka tidak pernah mempelajari strategi mengatasi emosi yang efektif, mereka dapat dengan mudah menemukan kehidupan kampus dan masa dewasa yang luar biasa.
Artikel Rekomendasi
Rasa Nusantara
5 Makanan Khas Lebaran dari Berbagai Daerah di Indonesia
Berikut makanan khas Lebaran dari berbagai daerah di Indonesia.
Rekomendasi Jajanan Kuliner Terbaik di Indonesia
Berikut rekomendasi jajanan kuliner terbaik Indonesia.
Soda Gembira Masuk Daftar 10 Besar Minuman Asia Tenggara versi Ta...
Dua minuman Indonesia berhasil masuk daftar 10 besar minuman Asia Tenggara (Top 68 Southeast Asian Beverages) versi TasteAtlas.
Fakta Unik Bika Ambon: Kue Khas Medan yang Namanya Bikin Bingung
Bika Ambon adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang namanya sering membuat orang penasaran. Akhir-akhir ini, kue Bika Ambon ramai dibahas di media sosial dan menjadi trend yang bikin penasaran.
Trending Topik
Berita Terpopuler
Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...
Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...
popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.
Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia
Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.