• Jumat, 20 September 2024

Awal Mula Film Warkop DKI Identik dengan Hari Lebaran

Awal Mula Film Warkop DKI Identik dengan Hari Lebaran
Potret Warkop Prambors dalam film komedi pertamanya yang berjudul “Mana Tahan” tahun 1979 | Perpusnas

SEAToday, Jakarta-Momen libur hari raya Idulfitri kerap diyakini sebagai waktu terbaik merilis film-film. Sineas Indonesia memandangnya sebagai salah satu strategi yang ampuh untuk melariskan filmnya. Siasat itu telah dilakukan oleh banyak sutradara ternama, misalnya Riri Reza dengan Laskar Pelangi (2008) dan Awi Suryadi dengan KKN Desa Penari (2022).

Film mereka laris manis hingga mencapai jutaan penonton. Namun, siasat rilis film di hari libur Lebaran sebenarnya bukan barang baru. Siasat itu sudah digunakan sejak tahun 1980-an. Nah, siapa pionirnya?

Fenomena Warkop DKI

Pasar film komedi tak pernah kekurangan penggemarnya. Kondisi itu dibuktikan dengan hadirnya grup lawak, Warkop Prambors pada 1970-an. Grup lawak itu mulanya beranggotakan Dono, Kasino, Indro, Nanu, dan Rudi Badil.

Mereka mampu mengocok perut pendengar radio Prambors lewat program Obrolan Santai di Warung Kopi. Eksistensi Warkop Prambors terus melejit denganhumor yang khas. Semuanya berkat kemampuan masing-masing personil membungkus kritik kebijakan rezim Orde Baru (Orba) dengan humor cerdas.

Warkop Prambors bak mewakili keresahan masyarakat terkait kebijakan-kebijakan yang tak tepat sasaran. Saban hari siaran Warkop Prambors selalu ditunggu-tunggu penggemarnya.

Mereka pun mulai mendapatkan tawaran mentas di sana-sini. Dunia perfilman ikut dijajal. Siapa sangka upaya coba-coba itu membawa mereka eksis di panggung hiburan lebih lama. Film pertama Warkop Prambors tanpa sosok Rudi Badil adalah Mana Tahan (1979). Film itu sukses besar.

Sineas kenamaan Indonesia, Garin Nugroho memandang kesuksesaan itu layaknya jembatan yang membawa Warkop DKI ke puncak kesuksesan. Filmnya laris manis. Penggemarnya pun bejibun. Formula itu jadi bekal penting Warkop Prambors merajai film komedi di Indonesia.

“Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors, kemudian berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick. Film pertama yang mereka bintangi adalah Mana Tahan (1979) berformasi Dono, Kasino, Indro, dan Nanu. Film mereka langsung menjadi salah satu film terlaris tahun itu. selanjutnya di film Gengsi Dong (1980) mereka tinggal bertiga dan belakangan kemudian berganti menjadi warkop DKI,” puji Garin Nugroho dan Dyna Herlina S. dalam buku Krisis dan Paradoks Film Indonesia (2015).

Ketiadaan Nanu dalam film-film Warkop berikutnya tak jadi masalah besar. Pesona Dono, Kasino, Indro tetap mampu memukau penonton. Sekalipun nama Warkop tak lagi menggunakan embel-embel Prambors dan menggantinya jadi Warkop Dono Kasino Indro (DKI).

Film-film berikutnya dari Warkop DKI terus digemari dan jadi Box Office. Kadang kala film Warkop mampu mengalahkan jumlah penonton film yang telah memenangkan penghargaan Festival Film Indonesia (FFI). Ambil contoh kala Maju Kena Mundur Kena (1983) mulai diputar di seantero negeri.

Film itu mencapai jumlah penonton yang fantastis pada zamannya: 700 ribu penonton. Film Di Balik Kelambu (1983) yang menang sampai enam Piala Citra saja hanya mendapat 250 ribu penonton.

“Film-film Warkop umumnya masuk box office--dalam arti ditonton oleh lebih dari 100 ribu orang. Chips (1982), misalnya, menyedot hampir 500.000 penonton. Sedang Pintar-Pintar Bodoh (1981), film terlaris tahun 1981, menggaet 475 ribu orang. Tak heran bila Dono, Kasino, Indro kini makin diincar produser. Sampai tahun 1984 mereka sudah teken kontrak untuk beberapa film,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Menggelitik Duit Penonton, 13 Agustus 1983.

Resep Laris Manis: Tayang Lebaran

Dono, Kasino, Indro punya siasat tersendiri dalam mempopulerkan film-filmnya. Siasat itu ada dua macam. Pertama, penghematan popularitas. Kedua, mengusulkan waktu tayang film di waktu liburan menjelang dan setelah hari raya Idulfitri.

Siasat penghematan popularitas sendiri digunakan Warkop DKI dengan membatasi kemunculan mereka di panggung maupun layar kaca. Pola itu kemudian membentuk suatu kerinduan. Siasat itu ditambah lagi dengan mengusulkan penayangan film Warkop di hari libur Lebaran.

“Menurut Indro soal pemasaran film memang bukan tanggung jawab Warkop secara langsung, tetapi mengamati fakta yang terjadi, kelompok ini mengusulkan agar timing pemasaran saat hari raya dijadikan semacam pola. Nyatanya, kiat ini berhasil. boleh dikata selama belasan tahun kemudian puluhan film Warkop tak pernah Jeblok,” kata Eddy Suhardy dalam buku Warkop: Main-Main Jadi Bukan Main (2010).

Siasat itu diambil Warkop karena melihat fenomena film Pintar-Pintar Bodoh (1981) yang dilepas pada masa libur Lebaran. Hasilnya bawa kegembiraan. Usul di libur Lebaran itu mirip-mirip dengan pemutaran film di luar negeri yang menunggu hadirnya musim panas atau musim gugur, karena masa libur.

Penayangan film di masa Lebaran mendatangkan kesuksesan yang luar biasa. Saban film Warkop DKI hadir, niscaya akan laris manis. Bioskop belum buka saja, halaman gedungnya selalu penuh dengan antrian penonton yang mengular.

Sebaliknya, jika film Warkop DKI tak lagi hadir menyapa penggemarnya di hari libur Lebaran. Pengusaha bioskop akan merasa sedih karena pemasukannya berkurang. Kejadian itu pernah terjadi pada lebaran tahun 1996. Warkop DKI sama sekali tak mengeluarkan film pada tahun 1996.

Pengusaha pun kelabakan dan merugi. Meraka menyakini selama Lebaran pendapatan bioskop banyak ditopang dari hadirnya film Warkop DKI. Sedang pada 1996 pengusaha bioskop merasa tak ada film nasional yang mampu mendongkrak pendapatan menjelang Lebaran.

“Absennya film komedi khas Warkop DKI yang dibintangi Dono, Kasino, dan Indro pada lebaran tahun 1996 ini membuat pengusaha bioskop di beberapa daerah merasa prihatin,” tertulis dalam buku Kronik Sinema 1996 (1997).

Kondisi itu berlangsung dalam waktu yang lama. Film-film Warkop DKI terdahulu pun juga mulai dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi. Semenjak itu Warkop DKI yang disebut ‘jagoan’ Lebaran tak hanya mejeng di layar bioskop, tapi di layar televisi.

Kemudian, tiada yang aneh jika dalam tiap sanubari banyak orang, film Warkop identik dekat dengan opor ayam. Eh, maksudnya hari raya Idulfitri.

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.