• Sabtu, 21 September 2024

Alasan Orang Betawi Ogah Merantau

Alasan Orang Betawi Ogah Merantau
Potret keluarga besar Betawi kala merayakan hari raya Idulfitri pada tahun 1951 | ANRI

SEAToday.com, Jakarta-Tradisi merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik bukan barang baru. Ragam suku di Nusantara telah melakukannya. Orang Padang, Makassar, hingga Madura dikenal memiliki budaya merantau yang kuat di Indonesia.

Beda hal dengan etnis Betawi. Merantau dianggap bukan hal esensial. Merantau tak ubahnya alternatif pilihan paling akhir. Kadang pula merantau kerap diyakini bak kemunduran. Pemahaman itu telah diyakini secara turun-temurun. Lalu apa alasan di baliknya?

Kecintaan orang Betawi terhadap tanah leluhur tak dapat dianggap remeh. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi. Bahkan, mereka rela hidup dan beranak-pinak tak mau berjauhan. Orang Betawi satu dan lainnya saling berdekatan. Silaturahmi jadi kian terjaga.

Realita itu kerap dipertontonkan dalam ragam medium, seperti sinetron. Ambil contoh kehadiran sinetron Si Doel Anak Sekolahan pada 1994. Sinetron Si Doel bukan hanya mengedepankan fungsi hiburan belaka, tapi juga fungsi edukasi.

Nilai-nilai Kebetawian yang dikembangkan dari sastrawan, Aman Datuk Madjoindo (penulis novel Si Doel) hingga Rano Karno (sutradara sekaligus pemain) terus berkembang banyak. Film itu berkisah tentang cara orang Betawi terus mempertahankan nilai-nilai tradisional di tengah kemajuan zaman.

Kisah kecintaan tanah leluhur terus hadir dalam salah satu fragmen dalam kisah Si Doel. Fragmen itu bercerita tentang Si Doel (Rano Karno) yang telah diterima kerja. Ia mencoba berbagi kebahagiaan kepada Babe Sabeni (Benyamin Sueb) dan Nyak Lela (Aminah Cendrakasih).

Si Doel mulanya bahagia menyampaikan bakal surat pengangkatannya sebagai teknisi perusahaan minyak di Natuna, Riau. Kabar itu nyatanya tak membuat bahagia Sabeni. Baginya, merantau bukan budaya orang Betawi. Bukan di Natuna, apalagi di tengah lautan.

Sabeni aneh bukan main dengan pilihan anaknya. Orang di luar Jakarta justru berbondong ke Jakarta. Si Doel justru mau pergi dari Jakarta. Restu pun tak kunjung diberikan.

Kagak bisa. Buat apa lu cari rezeki jauh-jauh ke tengah lautan. Apa di Jakarta sudah habis rezeki? Kagak bisa. Gue kagak bakal izinin lu kesana. Kagak. Pokoknya kagak. Orang dari mana-mana datang ke Jakarta cari rezeki, malah lu mau cari rezeki ke tengah lautan. Kagak pakai sabar-sabar. Eh, Doel gue kasih tahu sama lu. Lu kan orang Betawi, anak Betawi, mustinya lu bangun ini kota Betawi, lu jaga ini kota Betawi. Orang-orang mau datang ke sini buat sumpek ini Jakarta. Lu mau lari ke tengah lautan,” terang Sabeni di dalam sinetron SI Doel.

Dialog yang dimainkan Benyamin Sueb adalah potret dari bentuk keterbukaan, kejujuran, dan kecintaaan prang Betawi akan tanah leluhur. Tradisi merantau bukan bagian penting dari Betawi. Satu-satunya jalan orang Betawi merantau boleh jadi karena jadi korban penggusuran.

Pindahnya pun tak jauh-jauh dari Jakarta. Antara Depok, Bekasi, Kerawang, Tangerang, serta Serang.  Budayawan Betawi, Abdul Chaer membenarkan penyataan itu. Ia merasa tak aneh dengan hasil sensus penduduk tahun 2000.

Sebuah hasil yang menegaskan bahwa orang Betawi paling banyak tersebar ke Jawa Barat dan Banten.  Sisanya, penyebaran orang Betawi di Nusantara hanya mencapai satu persen. Suatu persentasi yang relatif kecil, jika dibanding dengan etnis lainnya yang merantau di Nusantara.

“Yang terbanyak adalah di Provinsi Jawa Barat, yaitu 1.901.930 orang atau 5.71 persen dari seluruh penduduk Jawa Barat yang berjumlah 35.668.374 orang dan yang kedua adalah di Provinsi Banten, yaitu 777.403 orang atau 10,1 persen dari seluruh penduduk Banten yang berjumlah 8.079.938 orang. Di Provinsi lainnya, jumlah orang Betawi tidak ada yang mencapai lebih dari satu persen,” terang Budawayan Betawi, Abdul Chaer dalam buku Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi (2015).

Merantau Tak Esensial

Merantau jelas bukan hal esensial bagi orang Betawi. Budayawan Betawi, Masykur Isnan membenarkannya. Ia mengungkap fenomena itu dapat ditelusuri secara segi historis. Posisi Jakarta (dulu: Batavia) sedari dulu telah dipandang strategis.

Jakarta telah menjelma sebagai pusat ekonomi era kolonial. Kemudian, berlanjut hingga kini. Kondisi itu membuat orang-orang dari berbagai wilayah Nusantara kepincut datang merantau ke Jakarta. Mimpi untuk hidup mapan, kaya raya, hingga mengubah nasib jadi alasan utama.

Sebaliknya, orang Betawi yang terbuka dengan berbagai macam etnis bangsa justru sudah merasa nyaman hidup di Jakarta. Segalanya ada di kampung halaman, keluarga dan pekerjaan. Pindah jelas bukan opsi penting. Sebab, kehidupan di luar Jakarta bisa saja lebih sulit.

“Jakarta secara historis dulu sampai sekarang merupakan pusat ekonomi. Kondisi itu jadi bagian penting bagi orang Betawi untuk dapat menjalankan kehidupan. Orang Betawi seraya meyakini hidup di tempat lain bisa jadi lebih sulit dan bukan suatu yang esensial. Artinya merantau bisa juga menjadi sebuah kemunduran,” ucap Masykur Isnan saat dihubungi SEAToday.com, 11 April 2024.

Faktor historis itu bawa pengaruh besar bagi sistem kekerabatan dan persaudaraan orang Betawi. Keinginan merantau yang minim buat persaudaraan mereka semakin lekat. Jauh dari saudara jadi sikap yang paling dihindari. Mereka hidup beranak-pinak di Kawasan yang sama dari kakek sampai cicit.

Kedekatan itu dapat dilihat Ketika menjelang hari raya Idulfitri tiba. Atau kala keluarga orang Betawi berkumpul silaturahim. Jumlah mereka yang berkumpul berjibun. Keluarga besar Betawi bisa jadi berasal dari satu kampung, atau satu kompleks.

Orang Betawi memang pada dasarnya tak ingin merantau. Namun, kala kondisi kian terdesak dengan pembangunan berupa penggusuran, orang Betawi terpaksa pindah. Bedanya perpindahan itu akan diusahakan ke lokasi yang tak jauh dari Jakarta. Mereka tak ingin jauh dari keluarga.   

“Meski orang Betawi harus pindah, mereka tetap mengusahakan ke daerah terdekat Jakarta, yakni Depok, Tangerang, dan sekitarnya. Lokasi itu diusahakan supaya nanti ada hajatan besar keluarga Betawi seperti Lebaran, mereka dapat berkumpul Kembali di Jakarta. Mudiknya jadi dekat-dekat saja, tak seperti etnis lainnya yang kudu pakai banyak moda transportasi,” tambah Masykur Isnan.  

Sikap tak ingin jauh-jauh dari saudara terus dilestarikan. Bahkan, hal itu menjelma jadi salah satu karakteris orang Betawi. Suatu karakter yang kerap membuat Betawi diartikan sebagai ‘betah wilayah’ alias tak mau pergi jauh dari Jakarta.  

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.