Alasan Orang Bali Tak Mengenal Istilah Janda

SEAToday.com, Jakarta-Hidup wanita seraya petaka karena hadirnya label janda. Label itu tak hanya mengungkap bahwa seorang wanita sudah tak bersuami lagi – bercerai atau ditinggal mati. Kata janda justru berselimut stigma negatif seperti dipandang bandel.
Stigma itu terus hidup di masyarakat hingga si wanita kembali lagi mendapatkan pasangan dan berumah tangga kembali. stigma itu turut muncul diberbagai wilayah, terkecuali Bali. Orang Bali tak mengenal status janda. Benarkah begitu?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) isitilah janda diartikan sebagai wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya. Sepintas istilah itu tak membawa masalah. Pengertian janda tak membawa aroma atau bernada negatif.
Masalahnya budaya partiarki di Indonesia merusak istilah janda. Kaum wanita berstatus janda seraya memiliki stigma negatif. Beda dengan kaum laki-laki berstatus duda. Kaum wanita dipandang bandel – biang perbuatan asusila, butuh laki-laki, hingga sosok yang berharap santunan.
Kondisi itu terlihat dari hadirnya lagu duet penyanyi dangdut Elvy Sukaesih dan Mansyur S berjudul Gadis atau Janda. Lagu itu pernah diprotes dan dicekal. Lagu yang hadir dalam album Duet Legendaris Elvy Sukaesih –Mansyur S (1991) itu dianggap memunculkan kesan vulgar, porno.
“Kemalangan dan keberuntungan menyatu dalam diri Elvy Sukaesih, pekan-pekan lalu. Lagunya, Gadis atau Janda, dicekal di TVRI dengan alasan syairnya porno. Elvy mengatakan: Saya tak tahu di bagian mana letak pornonya,” tertulis dalam laporan majalah tempo berjudul Gadis atau Janda, 12 Februari 1991.
Stigma negatif jadi bukti bahwa status janda mati atau janda cerai tak menguntungkan wanita sama sekali. Status janda itu serupa memfitnah seorang janda sebagai orang tak bermoral. Stigma itu tak jarang membuat harga diri seorang wanita jatuh.
Masyarakat seperti memaksa pandnagan bahwa wanita harus serba sempurna. Wanita harus terikat dengan laki-laki lewat jalur pernikahan, melahirkan anak, setia, dan berbakti. Keluar dari koridor itu niscaya akan dianggap menyimpang.
“Perempuan yang menyimpang dari jalur ini – baik karena pilihan, kebetulan, atau keadaan – akan mengalami stigmatisasi. Janda berdiri sendiri: dia berpengalaman secara seksual dan secara teoritis merupakan perempuan yang tidak terikat . Status 'tidak terlindungi' ini, menurut logika budaya Indonesia, berarti dia tersedia secara seksual dan rentan pelecehan,” ungkap Lyn Parker dan Helen Creese dalam jurnal Indonesia and the Malay World berjudul The Stigmatisation of Widows and Divorcees (Janda) in Indonesian Society (2016).
Bali Muliakan Wanita
Istilah janda terkenal di seantero nusantara. Orang-orang bak memelihara stereotipe buruk janda. Namun, ada satu suku bangsa di Indonesia yang tak mengenal dan tak mau menggunakan terminologi janda. Mereka adalah orang Bali.
Wanita dalam budaya dan adat bali dianggap sosok yang spesial. Wanita boleh saja dibilang kurang efesien dalam pekerjaan kasar. Namun, untuk hal lainnya wanita dapat melakukan segala hal. Mereka mampu mengerjakan segala tugas dasar produksi dan keberlangsungan hidup secara mandiri.
Budayawan Bali, Mangku Alit Sidhi Mantra menganggap kondisi itu terjadi dalam hidup wanita Bali. Orang Bali dikenal kuat dalam memuliakan wanita. Wujud itu bisa dilihat dari bagaimana orang Bali menyanjung tinggi Putri Mahendradatta .
Mahendradatta dalam prasastinya digambarkan setara, bahkan melampaui kaum laki-laki. Mahendradatta digambarkan memiliki 10 tangan. Suatu wujud simbolis bahwa wanita dapat melakukan segalanya.
Mahaendradatta pun spesial karena melahirkan tiga raja besar. Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.
“Contoh bagaimana Putri Mahendradatta di Bali sangat dimuliakan sampai sekarang. Di sana juga dicirikan bagaimana beliau digambarkan sebagai wanita yang memiliki superpower dengan 10 tangan. Itu terlihat dari arca Mahendradatta yang menjadi sebuah situs. Mahendradatta itulah jadi perwujudan semangat wanita Bali.Mereka mengerjakan segalanya dengan penuh keiklhlasan,” ucap Mangku Alit dihubungi SEAToday, 2 Juni 2024.
Semangat Mahendradatta terlihat dari Keikhlasan dan keberanian wanita Bali. Ambil contoh gelaran prosesi mepamit –tradisi memohon pamit kepada keluarga untuk membina pernikahan kepada laki-laki yang dicintai.
Wanita Bali tak takut meninggalkan keluarga, orang tua, bahkan, --dalam beberapa kasus—tuhan mereka. Koridor budaya itu membuat wanita dipandang tinggi.
Tak Mengenal Istilah Janda
Proses mepamit juga dilakukan kaum wanita ketika mereka memiliki masalah di rumah tangga dan memutuskan bercerai. Wanita Bali diharuskan melakukan mepamit cerai kepada keluarga laki-laki sebagai bentuk pamitan.
Mangku Alit mengungkap prosesi mepapit dalam cerai sebagai mulih bajang (kembali gadis). Kehadiran istilah mulih bajang diyakini sebagai penegasan bahwa orang Bali tak mengenal istilah janda. Keluarga wanita akan menerima lagi anaknya seraya dalam kondisi gadis.
“Wajib hukumnya mereka kembali untuk mulih bajang dengan sebuah prosesi mepamit. Mereka pamitan secara administrasi dan spiritual di tempat mereka, mereka lalu kembali lagi ke tempat orang tua mereka dan diperlakukan seraya gadis kembali. Tujuannya supaya anak mereka tak memiliki ikatan di luar,” tambah Mangku Ali.
Pulangnya seorang wanita ke rumah orang tuanya diyakini dengan statusnya sebagai gadis kembali, bukan janda. Mereka akan diperlakukan seraya seorang gadis. Kondisi itu berlangsung sampai ada orang yang meminang mereka kembali.
Orang tua akan senantiasa membimbing anak-anak sebagai suatu semangat baru. Mereka tak lagi melihat status pernikahan sang anak terdahulu. Konsep mulih bajang pun dianggap sebagai bentuk keagungan dalam memuliakan wanita.
Suatu kemuliaan yang membuat wanita tak boleh dipandang rendah hanya karena gagal berumah tangga. Mereka tetap spesial, setidaknya di dalam masyarakat Bali. Mereka tak harus merasakan sedihnya dihina sebagai janda.
Artikel Rekomendasi
Rasa Nusantara
5 Makanan Khas Lebaran dari Berbagai Daerah di Indonesia
Berikut makanan khas Lebaran dari berbagai daerah di Indonesia.
Rekomendasi Jajanan Kuliner Terbaik di Indonesia
Berikut rekomendasi jajanan kuliner terbaik Indonesia.
Soda Gembira Masuk Daftar 10 Besar Minuman Asia Tenggara versi Ta...
Dua minuman Indonesia berhasil masuk daftar 10 besar minuman Asia Tenggara (Top 68 Southeast Asian Beverages) versi TasteAtlas.
Fakta Unik Bika Ambon: Kue Khas Medan yang Namanya Bikin Bingung
Bika Ambon adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang namanya sering membuat orang penasaran. Akhir-akhir ini, kue Bika Ambon ramai dibahas di media sosial dan menjadi trend yang bikin penasaran.
Trending Topik
Berita Terpopuler
Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...
Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...
popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.
Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia
Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.