• Senin, 23 September 2024

Alasan Orang Bali Tak Mengenal Istilah Janda

Alasan Orang Bali Tak Mengenal Istilah Janda
momentum Wanita Bali melakukan prosesi adat. Mereka tak mengenal istilah janda | Wereldmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta-Hidup wanita seraya petaka karena hadirnya label janda. Label itu tak hanya mengungkap bahwa seorang wanita sudah tak bersuami lagi – bercerai atau ditinggal mati. Kata janda justru berselimut stigma negatif seperti dipandang bandel.

Stigma itu terus hidup di masyarakat hingga si wanita kembali lagi mendapatkan pasangan dan berumah tangga kembali. stigma itu turut muncul diberbagai wilayah, terkecuali Bali. Orang Bali tak mengenal status janda. Benarkah begitu?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) isitilah janda diartikan sebagai  wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya. Sepintas istilah itu tak membawa masalah. Pengertian janda tak membawa aroma atau bernada negatif.  

Masalahnya budaya partiarki di Indonesia merusak istilah janda. Kaum wanita berstatus janda seraya memiliki stigma negatif. Beda dengan kaum laki-laki berstatus duda. Kaum wanita dipandang bandel – biang perbuatan asusila, butuh laki-laki, hingga sosok yang berharap santunan.

 Kondisi itu terlihat dari hadirnya lagu duet penyanyi dangdut  Elvy Sukaesih dan Mansyur S berjudul Gadis atau Janda. Lagu itu pernah diprotes dan dicekal. Lagu yang hadir dalam album Duet Legendaris Elvy Sukaesih –Mansyur S (1991) itu dianggap memunculkan kesan vulgar, porno.   

“Kemalangan dan keberuntungan menyatu dalam diri Elvy Sukaesih, pekan-pekan lalu. Lagunya, Gadis atau Janda, dicekal di TVRI dengan alasan syairnya porno. Elvy mengatakan: Saya tak tahu di bagian mana letak pornonya,” tertulis dalam laporan majalah tempo berjudul Gadis atau Janda, 12 Februari 1991.

Stigma negatif jadi bukti bahwa status janda mati atau janda cerai tak menguntungkan wanita sama sekali. Status janda itu serupa memfitnah seorang janda sebagai orang tak bermoral. Stigma itu tak jarang membuat harga diri seorang wanita jatuh.

Masyarakat seperti memaksa pandnagan bahwa wanita harus  serba sempurna. Wanita harus terikat dengan laki-laki lewat jalur pernikahan, melahirkan anak, setia, dan berbakti. Keluar dari koridor itu niscaya akan dianggap menyimpang.   

“Perempuan yang menyimpang dari jalur ini – baik karena pilihan, kebetulan, atau keadaan – akan mengalami stigmatisasi. Janda berdiri sendiri: dia berpengalaman secara seksual dan secara teoritis merupakan perempuan yang tidak terikat . Status 'tidak terlindungi' ini, menurut logika budaya Indonesia, berarti dia tersedia secara seksual dan rentan pelecehan,”  ungkap Lyn Parker dan Helen Creese dalam jurnal Indonesia and the Malay World berjudul The Stigmatisation of Widows and Divorcees (Janda) in Indonesian Society (2016).

Bali Muliakan Wanita

Istilah janda terkenal di seantero nusantara. Orang-orang bak memelihara stereotipe buruk janda. Namun, ada satu suku bangsa di Indonesia yang tak mengenal dan tak mau menggunakan terminologi janda. Mereka adalah orang Bali.

Wanita dalam budaya dan adat bali dianggap sosok yang spesial. Wanita boleh saja dibilang kurang efesien dalam pekerjaan kasar. Namun, untuk hal lainnya wanita dapat melakukan segala hal. Mereka mampu mengerjakan segala tugas dasar produksi dan keberlangsungan hidup secara mandiri.

Budayawan Bali, Mangku Alit Sidhi Mantra menganggap kondisi itu terjadi dalam hidup wanita Bali. Orang Bali dikenal kuat dalam memuliakan wanita. Wujud itu bisa dilihat dari bagaimana orang Bali menyanjung tinggi  Putri Mahendradatta .

Mahendradatta dalam prasastinya digambarkan setara, bahkan melampaui kaum laki-laki. Mahendradatta digambarkan memiliki 10 tangan. Suatu wujud simbolis bahwa wanita  dapat melakukan segalanya.

Mahaendradatta pun spesial karena melahirkan tiga raja besar. Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.

“Contoh bagaimana Putri Mahendradatta di Bali sangat dimuliakan sampai sekarang. Di sana juga dicirikan bagaimana beliau digambarkan sebagai wanita yang memiliki superpower dengan 10 tangan. Itu terlihat dari arca Mahendradatta yang menjadi sebuah situs. Mahendradatta itulah jadi perwujudan semangat wanita Bali.Mereka mengerjakan segalanya dengan penuh keiklhlasan,” ucap Mangku Alit dihubungi SEAToday, 2  Juni 2024.

Semangat Mahendradatta terlihat dari Keikhlasan dan keberanian wanita Bali. Ambil contoh gelaran prosesi mepamit –tradisi memohon pamit kepada keluarga untuk membina pernikahan kepada laki-laki yang dicintai.

Wanita Bali tak takut meninggalkan keluarga, orang tua, bahkan, --dalam beberapa kasus—tuhan mereka. Koridor budaya itu membuat wanita dipandang tinggi.

Tak Mengenal Istilah Janda

Proses mepamit juga dilakukan kaum wanita ketika mereka memiliki masalah di rumah tangga dan memutuskan bercerai. Wanita Bali diharuskan melakukan mepamit cerai kepada keluarga laki-laki sebagai bentuk pamitan.

Mangku Alit mengungkap prosesi mepapit dalam cerai sebagai mulih bajang (kembali gadis). Kehadiran istilah mulih bajang diyakini sebagai penegasan bahwa orang Bali tak mengenal istilah janda. Keluarga wanita akan menerima lagi anaknya seraya dalam kondisi gadis.

“Wajib hukumnya mereka kembali untuk mulih bajang dengan sebuah prosesi mepamit. Mereka pamitan secara administrasi dan spiritual di tempat mereka, mereka lalu kembali lagi ke tempat orang tua mereka dan diperlakukan seraya gadis kembali. Tujuannya supaya anak mereka tak memiliki ikatan di luar,” tambah Mangku Ali.

Pulangnya seorang wanita ke rumah orang tuanya diyakini dengan statusnya sebagai gadis kembali, bukan janda. Mereka akan diperlakukan seraya seorang gadis. Kondisi itu berlangsung sampai ada orang yang meminang mereka kembali.

Orang tua akan senantiasa membimbing anak-anak sebagai suatu semangat baru. Mereka tak lagi melihat status pernikahan sang anak terdahulu. Konsep mulih bajang pun dianggap sebagai bentuk keagungan dalam memuliakan wanita.

Suatu kemuliaan yang membuat wanita tak boleh dipandang rendah hanya karena gagal berumah tangga. Mereka tetap spesial, setidaknya di dalam masyarakat Bali. Mereka tak harus merasakan sedihnya dihina sebagai janda.

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.