• Minggu, 22 September 2024

Baju Bodo dan Identitas Wanita Bugis: Simbol Keanggunan yang Tak Lekang oleh Waktu

Baju Bodo dan Identitas Wanita Bugis: Simbol Keanggunan yang Tak Lekang oleh Waktu
Wanita Bugis dan Makassar yang mengenakan baju bodo dalam suatu acara adat | Wereldmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta - Pemerintah Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan bangga menggelar Festival Sulsel Menari pada 12 Juni 2024. Festival itu diikuti oleh 24.913 pelajar di 24 kabupaten-kota menarikan Tari Paddupa (tari selamat datang) dengan menggunakan baju bodo.

Hajatan itu pecahkan rekor MURI untuk penggunaan baju bodo terbanyak. Prestasi itu membuktikan bahwa baju bodo sangat istimewa bagi orang Bugis dan Makassar. Baju bodo bukan cuma melambangkan penghormatan akan nilai-nilai luhur, tapi juga keanggunan wanita Bugis. Begini ceritanya.

Adat dan budaya diyakini sebagai hasil dari rasa, cipta, dan karsa leluhur bangsa Indonesia. Penciptaan budaya pun dipikirkan matang-matang. Mereka menempatkan nilai-nilai luhur. Bukan simsalabim asal jadi.

Proses itu membuat adat dan budaya kebanyakan memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Suatu produk budaya dapat menyesuaikan diri dengan selera zaman. Wujud itu hadir pula dalam bentuk baju khas orang Bugis dan Makassar, Wajju Tokko atau baju bodo.

Mulanya baju bodo dikenal luas sebagai pakaian yang menunjukkan identitas seorang wanita Bugis. Baju bodo digunakan oleh semua golongan masyarakat. Barang siapa yang menggunakan baju bodo, niscaya akan memancarkan aura anggun seorang wanita.

Pancaran keanggunan itulah yang membuat Ibu Negara Indonesia Pertama, Fatmawati Soekarno suka mengenakan baju bodo. Pakaian tradisional itu jadi andalan ibu dari Megawati Soekarnoputri dalam segala macam hajatan kenegaraan. Baju bodo pun dianggap sebagai perekat keindonesiaan.

“Di samping memang cocok menurut penilaian ibu, pakaian daerah –utamanya baju bodo-- yang sering ibu kenakan itu terkait dengan misi ibu untuk lebih merekatkan persatuan Indonesia dan lebih menyebarluaskan kekayaan negeri kita yang beraneka ragam sejak dulu,” ungkap Kadjat Adra’i dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno (2008).

Kandungan Nilai Baju Bodo

Dulu kala penggunaan baju bodo memiliki arti penting dalam ritus hidup orang Bugis dan Makassar. Baju bodo bahkan sudah dianggap hadir sejak abad ke-9. Kondisi itu tertuang dalam ragam catatan sejarah maupun artefak.

Tiada wanita Bugis yang tak menggunakan baju bodo kala ada hajatan adat dan budaya. Bahkan, penggunaan baju bodo jadi syarat utama bagi wanita untuk mengikuti upacara adat tertentu. Kehadiran Baju bodo seakan simbol penghormatan wanita Bugis terhadap pelantikan kepala adat hingga ritual lainnya.

Penggambaran itu memberikan narasi baju bodo sudah jadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan orang Bugis. Baju bodo seraya menjadi identitas penting bagi orang Bugis. Budayawan Bugis, Feby Triadi tak menyangkal penggambaran itu. Feby pun menyebut baju bodo bak memuliakan posisi wanita dalam adat dan budaya Bugis.

“Baju bodo dianggap istimewa karena bagi masyarakat Suku Bugis dan Makassar, baju bodo melambangkan kecantikan dan keanggunan seorang wanita. Saat menggunakan baju bodo dan sarung sutra, setiap wanita Bugis dianggap memiliki aura anggun yang lebih tinggi,” ungkap Feby Triadi dihubungi SEAToday.com, 30 Juni 2024.

Mudah saja membedakan baju bodo dengan pakaian tradisional lainnya. Feby menggambarkan baju bodo identik berbentuk segi empat, potongannya longgar, besar, dan lenggannya pendek. Baju itu biasanya sering dipadukan dengan lipa sabbe (sarung sutera) cure' lebba yang terselip nilai penting.

“Baju bodo berbentuk segi empat merupakan simbol empat arah mata angin, utara, timur, selatan, dan barat. Sarung sutera cure’ lebba yang bermotif kotak-kotak sebagai simbol sulapa eppa, tanah, air, udara, dan angin. Sarung sutera cure’ lebba bermotif kotak besar sebagai simbol ‘tepu’ atau ‘sokku’ yang mengandung arti bahwa masyakat Bugis punya wawasan luas dan bisa beradaptasi dimana saja,” tambahnya.

Beda Dulu, Beda Sekarang

Baju bodo memang erat digunakan dalam ritus hidup orang Bugis. Namun, bukan berarti baju bodo tak mengikuti selera zaman. Orang Bugis justru terbuka dalam hal beradaptasi. Dulu boleh saja baju bodo menggunakan bahan yang tipis, tanpa menggunakan kutang pula.

Kondisi itu kemudian berubah seiring meluasnya pengaruh Islam. Baju bodo lalu dimodifikasi dan menggunakan bahan sedikit tebal. Kondisi itu jadi bukti bahwa budaya dan tradisi orang bugis tidak beku atau tertutup. Wujud itu membuktikan orang Bugis berlaku fleksibel dan terbuka.  

Contoh paling nyata dari adaptasi terlihat dalam peruntukan baju bodo dalam hajatan orang Bugis. Baju Bodo tak hanya diperuntukan untuk upacara adat dan budaya saja. Baju bodo juga sudah diperuntukan untuk berbagai macam acara. Penyambutan tamu kehormatan, pagar ayu, dan pendamping mempelai dalam pernikahan.

Namun, baju bodo tak dapat sembarang digunakan. Mereka yang menggunakan harus memahami aturan dasar. Baju bodo yang digunakan anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua tak sama. Anak 10 tahun memakai baju bodo yang berwarna kuning gading.

Baju itu sering pula disebut dengan waju pella-pella (kupu-kupu) yang mencirikan keriangan. Mereka berumur 10-14 tahun menggunakan baju berwarna jingga atau merah muda yang berarti setengah matang. Wanita umur 14-17 tahun juga menggunakan baju berwarna jingga.

Bedanya baju itu dibuat berlapis dan bersusun dua yang menandakan mereka mulai beranjak dewasa. Mereka yang berumur 17-25 tahun juga tak kalah istimewa. Mereka mengenakan baju yang berwarna merah darah, berlapis, dan bersusun.

Umumnya baju itu digunakan oleh wanita yang sudah menikah dan memiliki anak. Mereka yang umur 25-40 tahun pun tak mau kalah. Baju bodo yang digunakan adalah berwarna merah.

“Adanya perbedaan dalam strata kebangsawanan menjadikan adanya aturan pemakaian baju bodo tersebut. Maka dikenallah Wari (sistem protokoler kerajaan) dan Adeq (adat istiadat) yang mengatur cara penggunaan,” ungkap Feby Triadi.

Perbedaan aturan pakai tak lantas menghilangkan nilai-nilai penting dari baju bodo. Baju bodo tetap mengandung filosofi kesederhanaan, kesopanan, dan keanggunan. Segala kelebihan itu merupakan serapan dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi orang Bugis dan Makassar sedari dulu.

Kesopanan tercermin dari potongan baju yang menutupi aurat pemakainya dengan baik. Sementara keanggunan terlihat dari cara baju bodo dikenakan yang menampilkan sosok pemakainya secara anggun dan berwibawa.

  

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.