• Jumat, 20 September 2024

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak Muda Jakarta

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak Muda Jakarta
Gubernur DKI Jaya Ali Sadikin meresmikan perbaikan lingkungan pertokoan dan sistem parkir baru di Blok M Kebayoran Baru, 20 Mei 1977 | Perpustakaan Nasional/IPPHOS

SEAToday.com, Jakarta - Kawasan Blok M tak pernah sepi. Kawasan bisnis dan perbelanjaan yang terletak di Kebayoran baru, Jakarta Selatan itu jadi tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Blok M bak menyediakan semuanya. Akses transportasi memadai, pusat perbelajaan, kuliner, seni, hingga hiburan.

Gambaran itu telah hadir secara turun-temurun. Namun, popularitas Blok M sebagai tempat tongkrongan tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya. Begini ceritanya.

Perkembangan Batavia (sekarang: Jakarta) sebagai pusat kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda begitu pesat. Batavia jadi pusat segalanya, uang dan pekerjaan. Gairah itu membuat orang-orang –dalam dan luar negeri-- berdatangan ke Batavia untuk mengadu nasib.

Pemerintah pun mulai meramal kepadatan penduduk akan hadir di Batavia. Mereka tak tinggal diam. Ide membangun kota satelit dicetuskan pada 1937. Konsepnya dibuat. Luas lahan yang akan digunakan kira-kira 730 hektar.

Kelak proyek itu dikenal sebagai Kebayoran Baru. Pembangunan Kebayoran Baru bermasalah karena alih kuasa. Namun, baru dilanjutkan kembali saat Indonesia merdeka pada 1948. Daerah Kebayoran Baru dibagi berdasarkan abjad: Blok A, Blok S, Blok P, hingga Blok M.

Kawasan Blok M kala itu tak langsung diserbu anak muda pada era 1950-1960-an. Akses transportasi umum masih belum memadai. Demikian juga dengan sarana dan prasarana lainnya.

“Kompleks pertokoan Blok M masih barisan toko biasa bertingkat dua belum seramai dan sepadat seperti sesudah 1970-an dan 1980-an. Begitu juga pasar tradisional yang terletak di tengahnya, biasa saja belum begitu ramai dan padat seperti sesudah 1970-an. Stasiun bus Blok M juga belum seperti sekarang, masih jalan biasa dan belum ramai,” ujar Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).

Gebrakan Ali Sadikin

Popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda sulit hadir tanpa Ali Sadikin. Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 itu bak otak dari upaya mempercantik Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Ali itu mulai merangkum segala bentuk permasalahan Jakarta.

Ali menganggap Jakarta butuh banyak dana. Pemerintah pusat jelas tak bisa diandalkan. Ia mulai mencari dana dari kantong-kantong lain macam perjudian. Hasilnya Jakarta banyak membangun. Kawasan Blok M pun kecipratan manfaat.

Ali mulai menatap Blok M sebagai kawasan komersial di masa yang akan datang. Blok M dianggapnya penting walau luasnya hanya tiga kilometer persegi. Kawasan itu dibatasi langsung sebelah utara Jalan Trunojoyo, sebelah timur Jalan Iskandarsyah Raya, sebelah selatan Jalan Melawai Raya, dan sebelah barat jalan Sisingamangaraja.

Pria yang dijuluki Kennedy dari Timur mulai melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung citra Blok M sebagai kawasan komersial. Ia mulai memikirkan membenahi sistem transportasinya dahulunya. Terminal Blok M pun digagasnya. Ali tak lupa menghadirkan pula Pasar Melawai Blok M.

Kedua fasilitas itu sudah dapat digunakan pada 1968. Geliat pembangunan tambah pesat pada era 1970-an. Ali menata dengan serius Blok M. Ia ingin Blok M dapat jadi sentra kesenian, kuliner, olahraga, Hiburan, dan bisnis.

Ali Sadikin sampai menutup jalan. Jejaknya pun dibuat dalam sebuah prasasti jejak kaki Ali Sadikin pada 1977 – sekarang prasasti itu dekat Blok M Square.

“Awalnya Jalan Hasanuddin yang berdampingan dengan Taman Christina Marta Tiahahu merupakan jalan raya, terbuka untuk arus lalu lintas. Namun di akhir tahun 70an, ketika kawasan pusat perbelanjaan Blok M mulai berkembang, jalan raya ini ditutup. Dibangunlah beberapa tempat jualan makanan, minuman yang permanen. Bangunannya berbentuk bulat, terbuka,” ungkap Johnny TG dalam tulisannya di Harian Kompas berjudul Blok M: Komplet Sejak Dulu, 24 Februari 2019.

Jejak yang paling penting adalah kehadiran dari Gelanggang Remaja (GR) Bulungan (dikenal: GOR Bulungan) pada 1972. GOR Bulungan memiliki fasilitas lengkap di zaman, gedung olahraga yang sekaligus bisa jadi ruang untuk pertunjukkan seni.

Kehadiran GOR Bulungan seraya jadi salah satunya tempat rendezvous anak-anak muda. Seniman-seniman Jakarta pun tak mau kalah meramaikannya.

“Untuk menampung beragam kegiatan dan membuatnya dilirik sebagai tempat gaul, gelanggang ini dibekali gedung olahraga dan ruang pertunjukan. Ada satu masa gelanggang ini menjadi magnet seniman muda, seperti Noorca M. Massardi, Renny Djajusman, Yudhistira A.N.M. Massardi, Radhar Panca Dahana, dan Anto Baret,” tutup Isma Savitri dalam tulisan di Majalah Tempo berjudul Kaki-Kaki TIM yang Terlupakan, 14 April 2020.

Saban hari mereka mulai menjadikan Blok M sebagai tempat nongkrong. Gairah itu kemudian menarik banyak orang beramai-ramai nongkrong di Blok M. Pusat perbelajaan kian bertumbuh. Bioskop-bioskop ikut meramaikan seperti Kebayoran Theatre, New Garden Hall Theatre, dan Benyamin Theatre.

Tongkrongan Anak Muda

Blok M menjelma sebagai jantungnya gaya hidup anak muda Ibu Kota di Kebayoran Baru. Restoran banyak bertumbuh dengan konsep luar negeri, seperti Jepang . Bisnis waralaba ayam goreng dari Negeri Paman Sam pun ikut menjamur.

Blok M kian lengkap dengan Segala macam produk impor banyak tersedia di barisan toko-toko di Blok M. Kehadiran Aldiron Plaza kian melengkapi. Aldiron Plaza melengkapi gairah anak muda mejeng di Blok M.

Anak muda tak cuma mejeng di Aldiron Plaza. Mereka juga biasa bermain sepatu roda di dekat Aldiron Plaza. Permainan sepatu roda sambil diiringi lagu-lagu disko dan lampu warna-warni.

Hasilnya, banyak orang yang melihat Blok M memiliki potensi jadi ajang promosi apa saja yang targetnya anak muda. Bahkan, ada parpol kepincut untuk kampanye di Blok M. mereka berharap dapat menjaring pemilih muda.

“Bahkan, puluhan anak muda bersepatu roda di sekitar Blok M. Mereka sempat mencuri perhatian masyarakat di pinggir jalan, karena pakaian mereka serba merah (baca: warna identik Partai Demokrasi Indonesia) lengkap dengan jubah mengenakan sombrero merah. Sekali-sekali anak muda ini berhenti mempertontonkan kemahiran berdisko diiringi lagu-lagu panas yang keluar dari mini bis Suzuki Carry yang sengaja mengiri mereka,” tertulis dalam laporan Harian Kompas berjudul PDI Kampanye dengan Warna Merah Meriah, 18 April 1987.

Iklim musik tak kalah mentereng di Blok M. Banyak toko-toko kaset jadi buruan anak muda. Mereka tak saja mencari kaset dari penyanyi atau band yang sedang hits, tapi juga lagu-lagu dari mancanegara yang belum sama sekali mereka dengar.

Produser musik kenamaan Indonesia, Jan Djuhana jadikan Blok M sebagai pusat riset selera musik anak muda. Produser yang pernah mengorbit Sheila on 7 hingga Dewa 19 itu meyakini selera pembeli di Blok M bisa menjadi bahan pertimbangan dirinya mengorbit penyanyi atau grup band.

Kini perkembangan Blok M kian pesat. Akses transportasi bukan cuma naik bus. Ada TransJakarta, ada juga MRT. Gairah itu semakin menjaga imej Blok M sebagai pusat tongkrongan anak muda Ibu Kota. Perbedaannya hanya terletak kepada minat dan hiburan anak muda era kekinian saja yang berbeda. Tidak lebih.

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.