• Jumat, 18 Oktober 2024

Anak Muda dan Thrifting: Alasan di Balik Pakaian Bekas Begitu Digemari

Anak Muda dan Thrifting: Alasan di Balik Pakaian Bekas Begitu Digemari
Suasana pusat perbelanjaan pakaian bekas atau thrifting di Pasar Senen | ANTARANEWS

SEAToday.com, Jakarta - Boleh jadi dulu membeli pakaian baru adalah sebuah kebanggaan. Namun, belakangan tren itu telah bergeser di antara anak muda. Mereka kian gandrung membeli pakaian bekas. Tren itu berlangsung di berbagai negara di dunia. Indonesia pun tak mau ketinggalan.

Tren Thrifting (cari pakaian bekas) jadi primadona memenuhi kebutuhan primer. Mereka rata-rata mencari jenama terkenal dengan harga miring. Selain itu, Kira-kira apa alasan yang mendasari mereka suka beli pakaian bekas?

Kapitalisme di segala lini telah menjangkiti warga dunia. Segala macam produk yang digunakan sehari-hari coba dikapitalisasi – pakaian jadi yang utama. Jenama-jenama besar mulai mengeluarkan produk mode cepat (fast fashion) terbaiknya – 40 sampai 50 jenis produk tiap tahun.

Produksi barang fast fashion jadi melimpah ruah -- baju, celana, dan lainnya. Barang-barang itu lagu dikirim hingga dijual. Harga yang mahal sudah tentu. Namun, anak muda tak langsung tergiur dengan ragam gimik jualan. Generasi Z cenderung tak mau sembarang dalam membelanjakan uangnya.

Mereka lebih baik mencari pakaian bekas ketimbang pakaian baru. Aktivitas thrifting itu membuat pakaian yang dulunya terlalu mahal jadi dapat dibeli. Kondisi itu berlangsung di Indonesia. Pusat-pusat penjualan pakaian bekas macam daerah Senen jadi buruan anak muda.

Aktivitas trifting juga memancing bisnis baru: pasar pakaian bekas. Bisnis itu tumbuh pesat mengikuti selera anak muda. Urusan asal pakaian bekas tak jadi soal. Paling-paling pemerintah yang jadi pusing. Anak muda tidak.

“Para penghobi thrifting boleh saja senang karena mendapatkan barang asli nan murah. Namun tren ini membikin pemerintah pusing. Sebab, impor baju bekas yang membludak merugikan industri pakaian dalam negeri. Selain itu, pemerintah khawatir terjadi penyebaran penyakit lewat baju atau celana bekas yang diimpor dari berbagai negara,” ujar Aminuddin A.S. dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Gamang Membendung Baju Bekas, 6 November 2022.

Pakaian Bekas Jadi Primadona

Pasar pakaian bekas kian bertumbuh. Peminatnya pun mengkuti. Fenomena sosial itu jadi banyak yang meneliti. Orang-orang menuturkan dua hal ketika berbicara minat anak muda ke pakaian bekas: urusan ekonomi dan lingkungan.

Urusan ekonomi muncul karena anak muda cenderung skeptis dengan urusan uang. pandangan itu muncul dalam banyak jejak pendapat. Alasannya karena pekerja muda kerap mendapat upah rendah dan inflasi tinggi. Kombinasi itu membuat mereka tak sembarang dalam mengeluarkan uang.

Hasrat mengikuti tren memang ada. Namun, mereka mencoba meredam. Opsi yang paling masuk akal tak lain dengan mencari pakaian bekas. Mereka bisa dapat barang dari jenama ternama dengan harga terjangkau. Urusan bekas pakai orang dari negeri antah-berantah tak jadi soal.

Ada pun yang menganggap urusan menggunakan pakaian bekas karena kepekaan generasi muda kepada lingkungan hidup terlampau tinggi. Budaya fast fashion dianggap biang keladi dari munculnya segala macam permasalahan lingkungan.

Budaya fast fashion membuat banyak penggundulan hutan karena kebutuhan kapas yang tinggi. Pembelian pakaian terus menerus pun jelas berkontribusi terkait tingginya kerusakan. Lemari pakaian jadi menumpuk. Ajaibnya, tak semua isi lemari digunakan, sehingga sisanya banyak dibuang.

“Sistem mode cepat saat ini menggunakan sumber daya tak terbarukan dalam jumlah besar, termasuk minyak bumi, yang diekstraksi untuk memproduksi pakaian yang sering kali hanya digunakan dalam waktu singkat, setelah itu bahan-bahan tersebut sebagian besar hilang di tempat pembuangan sampah atau pembakaran,” kata peneliti dari Universitas Loughborough, Inggris, Chetna Prajapati dikutip laman BBC dalam tulisan berjudul Why Clothes are so Hard to Recycle, 13 Juli 2020.

Pola-pola seperti itu membuat orang-orang mulai sadar. Mereka tak bisa terus-terusan mengikuti mode cepat jenama populer dunia. Tren bisnis pakaian bekas pun muncul di mana-mana.

Tak Melulu Urusan Ekonomi dan Lingkungan

Anak muda Indonesia gandrung berburu pakaian bekas. Kondisi ekonomi Indonesia yang tak baik-baik saja pasca Pandemi Covid-19 jadi masalahnya. Mereka memilih pakaian bekas sebagai siasat untuk menghemat uang.

Pandangan itu dianggap masuk akal. Namun, faktor anak muda senang berburu pakaian bekas dapat ditinjau dari berbagai faktor. Antropolog Universitas Negeri Makassar, Dimas Ario Sumilih punya banyak tinjauan. Baginya, aktivitas thrifting bak berburu harta karun. Suatu sensasi yang tak ada di toko besar.

“Dengan demikian terdapat kesan tersendiri, menyentuh aspek psikologis. Demikian pula menyentuh aspek historis, di mana pakaian-pakaian vintage dari era tertentu membangkitkan kenangan akan masa lalu atau gaya hidup,” ungkap Dimas kala dihubungi SEAToday.com, 30 September 2024.

Dimas melihat pula fenomena sosial anak muda membeli pakaian bekas salah satunya sebagai bagian dari perlawanan. Perlawanan yang dimaksud adalah melawan budaya mode cepat. Anak muda mulai merasakan bau-bau ketidakadilan dalam mode cepat: eksploitasi, limbah, dan polusi udara.

Alasan yang menonjol lainnya dapat dilihat dari persefektif sosial dari fenomena trifting. Dimas mengungkap fenomena itu jadi sarana anak muda mengekpresikan identitas atau gaya berpakaiannya. Alias, mereka yang tak terwakilkan dengan pakaian dari jenama yang di pasarkan oleh toko-toko.

“Pakaian bekas sering kali unik dan jarang ditemukan di toko-toko besar, sehingga memungkinkan individu menonjolkan gaya pribadi yang tidak terikat pada tren mainstream. Anak muda dapat membedakan diri mereka dari kelompok lain yang mengikuti tren mode cepat atau fast fashion,” tambahnya.

Selain itu Thrifting jadi aktivitas menarik karena hobi itu membawa seseorang ke komunitas yang baru. Kelompok pencinta thrifting jadi bertumbuh. Kondisi itu memunculkan komunitas yang solid. Mereka berbagi segala macam informasi terkait aktivitas berburu pakaian bekas yang disukainya.

Alasan demi alasan itu membawakan pemahaman bahwa thrifting atau pencarian pakaian bekas adalah kegiatan yang penuh daya tarik. Ada yang menjadikannya perlawanan terhadap fast fashion. Ada juga yang jadikan ajang pencarian gaya personal.

Sadar atau tidak belakangan aktivitas thrifting mulai jadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Sensasinya sudah memunculkan candu seperti menemukan harta karun. Barang siapa yang mengetahui informasi ada penjual pakaian bekas niscaya akan diumumkan ke grup dan dagangan pakaian bekas akan diburu.

 

 

Share
Lifestyle
Jin BTS Siap Rilis Album Solo Perdana pada November 2024

Jin BTS Siap Rilis Album Solo Perdana pada November 2024

Pecinta Kopi yang Bermasalah di Lambung, Pilih Kopi Arabika!

Orang yang memiliki masalah lambung harus memilih kopi secara bijak karena beberapa dari jenis kopi dapat menimbulkan gejala asam lambung atau maag.

Henry Cavill akan Bintangi Film Adaptasi Anime Jepang Voltron

Serial anime jepang berjudul Voltron siap di adaptasi oleh Amazon Studios, dan aktor asal Inggris, Henry Cavill akan membintangi film tersebut.

Psy dan Gangnam Style: Lagu Pembuka Jalan K-Pop Menyapa Dunia

Rapper Korea Selatan (Korsel), Park Jae Sang (Psy) mengikuti jejak The Beatles taklukkan Amerika Serikat. Psy memikat AS dengan lagu Gangnam Style.

Video Game Sega Legendaris Shinobi akan Diadaptasi Film

Penggemar video game Sega, siap-siap! Shinobi, game yang dirilis pertama kali pada tahun 1987 tersebut akan digarap menjadi film layar lebar. Hal ini terungkap dalam siaran Variety pada Selasa (8/10).

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.