• Jumat, 18 Oktober 2024

The Beatles dan British Invasion: Gerbang Pembuka Dominasi Band Inggris di Amerika Serikat dan Dunia

The Beatles dan British Invasion: Gerbang Pembuka Dominasi Band Inggris di Amerika Serikat dan Dunia
Momentum The Beatles tiba di Bandara John F. Kennedy, New York, Amerika Serikat. Orang-orang menyebutnya sebagai British Invasion | Wikimedia Commons/ United Press International

SEAToday.com, Jakarta - Tiada yang pernah memimpikan musisi asal Korea Selatan (Korsel) dapat mengguncang panggung musik dunia. Namun, Park Jae Sang (Psy) datang dan mengubah segalanya. Lagunya Gangnam Style digemari oleh seantero dunia – termasuk benua Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Psy jadi pembuka jalan bagi bendera K-Pop Berjaya di dunia. Dulu kala upaya yang sama pernah dilakukan oleh The Beatles dengan menaklukkan dunia hiburan AS: British Invasion. Mereka jadi pembuka jalan penyanyi atau band asal Inggris mendunia. Begini ceritanya.

Imej Liverpool sebagai kota kelas pekerja memang kesohor. Kota itu pernah jadi salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Namun, popularitas itu perlahan-lahan redup di era 1960-an. Pelabuhan Liverpool tak lagi ramai.

Imbasnya kehidupan kelas pekerja jadi sulit – pengangguran di mana-mana. Anak muda asal Liverpool John Lennon (gitar pengiring, vokal), Paul McCartney ( bass, vokal), George Harrison (gitar, vokal),Ringgo Star (drum) tak lantas patah semangat.

Keempat anak muda itu terus mengasah kreativas. Mereka bergabung dalam band bernama The Beatles yang eksis pada 1960. Band itu kemudian disempurnakan dengan kehadiran anggota kelima, Brian Epstein.

Brian jadi pembuka jalan The Beatles meraih sukses. Ia memang bukan hadir sebagai pemain band, tapi sebagai manajer. Kehadiran Brian membawa andil yang besar bagi The Beattles.

Ia mampu memoles The Beatles hingga 'pasar' siap menerimanya. Epstein pun berani mengungkap bahwa suatu saat The Beatles dapat lebih besar daripada Elvis Presley.

“Epstein yang menemukan mereka, memoles aksi dan penampilan mereka, dan menanamkan disiplin, sambil mempertahankan semangat tinggi, humor, dan kreativitas musikal yang membuat The Beatles begitu menarik bagi penonton remaja. Tanpa pesona, kegigihan, dan pengabdiannya, The Beatles tidak akan pernah muncul populer di Liverpool, apalagi Inggris,” ujar Glenn Frankel dalam tulisannya di laman The Washington Post berjudul How One Man’s Advance Planning Brought Beatlemania to America, 4 Februari 2024.

Pandangan Epstein mendapat tentangan. Namun, ia masa bodoh. Ia bolak-balik label rekaman mempromosi kan The Beatles. Label rekaman Parlophone pun kepincut. The Beatles dapat kesempatan mengeluarkan album pertama, Please Please Me (1963). Album itu mengguncang Inggris dan Eropa, utamanya lewat hits Love Me Do.

Merajai Inggris

The Beatles jadi pembicaraan di seantero Inggris. Mereka dianggap menawarkan warna musik yang baru. Kesan itu diperdalam dengan tampilan mereka yang parlente dengan setelan jas. Jadwal manggung mereka pun membludak.

Epstein menikmati sejenak kesuksesan majikannya. Namun, visi Epstein memperkenalkan The Beatles tak cuma seluas Bratania Raya belaka. Ia ingin daya jangkau The Beatles dapat lebih luas. Bila perlu dan memang perlu The Beatles dikenal oleh dunia.

Perkara popularitas itu tak pernah mudah. The Beatles hanya perlu fokus untuk menembus pasar AS. Barang siapa yang berhasil menembus dunia hiburan AS, niscaya akan mampu menggenggam dunia. Namun, masalahnya belum pernah ada band Inggris yang mampu menembus AS.

Epstein merasa harus ada yang berani mendobrak. Semesta pun mendukung. Pemilik program televisi Ed Sulivan Show, Ed Sullivan kebetulan sedang berada di Inggris. Ia menyaksikan sendiri bagaimana girangnya orang Inggris menggilai di The Beatles menanti idolanya turun pesawat.  

Instingnya mengemas acara hiburan pun muncul. The Beatles pun segera diminta hadir dalam acaranya.

“Sullivan tahu hal yang baik ketika dia melihatnya. The Beatles telah memecahkan setiap rekor hiburan yang mungkin di Inggris. Mereka adalah anak laki-laki yang paling dipuja dan diidolakan di negara ini. Mereka memiliki gaya yang luar biasa, dan semangat yang luar biasa, yang mengomunikasikan dirinya dengan cara yang luar biasa,” tegas Thomas Whiteside dalam majalah The New Yorker berjudul The Man Behind the Beatles, 20 Desember 1963.

Epstein mewakili The Beatles berangkat ke New York, AS. Keberangkatan itu untuk berbicara kemungkinan The Beatles muncul di Ed Sullivan Show. Epstein mencoba melobi. Hasilnya menguntungkan di The Beatles. Mereka diberikan kesempatan tampil tiga kali.

Bayarannya memang tak seberapa. Epstein pun tak peduli. Ia tak pernah berorintasi dengan berapa uang yang dihasilkan.

Epstein kasarnya hanya butuh publikasi tinggi media massa AS. Kesepatan pun berhasil. Epstein tak kehilangan akal. Ia meminta The Beatles merilis lagu I Want to Hold Your Hand di AS dan berhasil.

Invasi Inggris di Negeri Paman Sam

Siasat Epstein membawakah hasil signifikan. Lagu I want to Hold Your Hand diterima oleh segenap rakyat AS. Rekaman lagu itu jadi buruan. Ratusan ribu plat musik terjual ludes. Lagunya itu menduduki peringkat satu dan diputar di seluruh radio AS.   

Puncaknya, berita The Beatles akan datang ke AS muncul di mana-mana. Kondisi yang sama seperti bagaimana Ed Sullivan melihat di The Beatles di Inggris. Namun, dengan versi yang lebih beringas. Kedatangan The Beatles disambut dengan meriah di Bandara John F. Kennedy, New York, pada 7 Februari 1964.

“Ada lebih dari 3 ribu remaja di bandara yang berkumpul dari negara-negara bagian yang jauh serta Kota New York membolos dan membawa plakat yang bertuliskan slogan-slogan asmara seperti: Aku mencintaimu. Sama seperti ada tangisan ketika mereka meninggalkan London, demikian pula ada tangisan ketika The Beatles tiba di sini. Namun, air mata itu karena kegembiraan,” ucap Hella Pick dalam tulisannya di surat kabar The Guardian berjudul Beatles hysteria hits US, 8 Februari 1964.

John Lennon (23 tahun), Paul McCartney (21 tahun), George Harrison (21 tahun), dan Ringgo Starr (23 tahun) pun merasa tersanjung. Mereka bak bintang generasi muda pada masanya. Banyak di antara penggemarnya mengikuti gaya rambut dan berpakaian para personel The Beatles.

Penggemar di The Beatles pun tak kehabisan akal. Mereka mengejar The Fab Four ke mana pun. Tenda bahkan didirikan dekat The Beatles menginap. Popularitas itu menguat dengan rencana The Beatles tampil pertama kali di Ed Sullivan.

Kapasitas ruangan studio hanya dapat menampung 700 orang. Namun, mereka yang mendaftar mencapai 50 ribu orang. Penampilan The Beatles pertama di Ed Sullivan Show berlangsung pada 9 Februari 1964.

The Beatles memukau puluhan juta yang menyaksikan tayangan dengan lima lagu andalan. Lagu itu meliputi  All My Loving, Till There Was You, She Loves You, I Saw Her Standing There, dan I Want to Hold Your Hand.

Penampilan itu membuat The Beatles menjelma sebagai idola baru di Negeri Paman Sam dan dunia. Penampilan The Beatles pun disaksikan oleh puluhan juta orang lewat layar kaca. Alihasil, segala hal terkait The Beatles jadi topik berita di mana-mana.

“The Beatles akan tampil di televisi untuk pertama kalinya di sini pada Minggu malam di Ed Sullivan Show. Pada hari Selasa, mereka ke Washington untuk konser di Coliseum. Pada hari Rabu, Ulang Tahun Lincoln, mereka akan mengadakan dua pertunjukan di Carnegie Hall. Minggu depan, The Beatles akan menemani Tn. Sullivan ke Pantai Miami untuk tampil di Hotel Deauville. Penampilan ketiga mereka di TV, yang akan direkam, akan direkam di sini akhir pekan ini,” ujar Paul Gardner dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul The Beatles Invade, Complete With Long Hair and Screaming Fans, 8 Februari 1964.

Tur ke AS jadi bukti kedigdayaan The Beatles jadi band besar di seantero dunia. Upaya mereka menaklukkan AS pun membukakan jalan bagi penyanyi hingga band asal Inggris, bahkan Britania Raya dapat bersaing dan mendominasi pasar AS. Tanpa The Beatles opsi menembus pasar AS dirasa akan berlangsung lama dan sulit.    

 

Share
Lifestyle
Jin BTS Siap Rilis Album Solo Perdana pada November 2024

Jin BTS Siap Rilis Album Solo Perdana pada November 2024

Pecinta Kopi yang Bermasalah di Lambung, Pilih Kopi Arabika!

Orang yang memiliki masalah lambung harus memilih kopi secara bijak karena beberapa dari jenis kopi dapat menimbulkan gejala asam lambung atau maag.

Henry Cavill akan Bintangi Film Adaptasi Anime Jepang Voltron

Serial anime jepang berjudul Voltron siap di adaptasi oleh Amazon Studios, dan aktor asal Inggris, Henry Cavill akan membintangi film tersebut.

Psy dan Gangnam Style: Lagu Pembuka Jalan K-Pop Menyapa Dunia

Rapper Korea Selatan (Korsel), Park Jae Sang (Psy) mengikuti jejak The Beatles taklukkan Amerika Serikat. Psy memikat AS dengan lagu Gangnam Style.

Video Game Sega Legendaris Shinobi akan Diadaptasi Film

Penggemar video game Sega, siap-siap! Shinobi, game yang dirilis pertama kali pada tahun 1987 tersebut akan digarap menjadi film layar lebar. Hal ini terungkap dalam siaran Variety pada Selasa (8/10).

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.