Sejarah Jackson 5: Perjuangan Boyband Legendaris Tembus Panggung Musik Dunia
SEAToday.com, Jakarta - Upaya menembus bisnis perjuntukkan di Amerika Serikat (AS) tak pernah mudah. Barang siapa yang mau menembusnya, niscaya harus berkerja keras dan disiplin. Tanpa ramuan itu kesuksesaan adalah angan-angan belaka. Itulah yang dialami oleh boyband asal Gary, Indiana, AS, Jackson 5.
Grup vokal keluarga yang beranggotakan Jackie, Tito, Jermaine, Marlon, dan Michael Jackson tahu sulitnya kesuksesaan. Mereka digembleng dengan keras oleh ayahnya, Joe Jackson dan berhasil. Begini ceritanya.
Keluarga Joe dan Katherine Jackson tak pernah mengganggap musik adalah hiburan belaka. Musik bagi keluarga mereka punya nilai penting. Musik sebagai perekat kebersamaan. Musik pula sebagai jalan mencari makan.
Kecintaan akan musik itu bukan bualan belaka. Joe sendiri pandai bermain gitar dan bernyanyi.Ia memainkan musik kala waktu senggang setelah bekerja di pabrik baja. Istrinya, Katherine tak kalah hebat dalam bermusik. Ketherine bisa bermain klarinet dan piano.
Joe pun punya bandnya R&B dengan rekan-rekannya. Band itu bernama Falcon. Lagu-lagu yang dimainkan meliputi musisi besar era rock and roll dan blues. Ada nama Chuck Berry, Little Richard, hingga Otis Redding.
Kehidupan itu tak membuat Joe berlimpah harta. Anak mereka saja mencapai Sembilan orang. Kehidupan tentu saja kian sulit. Mereka hanya hidup di rumah kecil dengan tiga kamar. Namun, keluarga itu tahu caranya bersuka cita. Mereka kerap bermain musik dan bernyanyi bersama-sama.
“Keluarga Jackson dibesarkan di sebuah rumah mungil dengan tiga kamar di 2300 Jackson Street di Gary, Indiana. Sebuah kota baja yang tidak menarik di selatan Chicago. Ada 10 anak: Maureen (Rebbie), Jackie, Tito, Jermaine, La Toya, Marlon, Michael, Randy, dan Janet. Saudara kembar Marlon, Brandon, meninggal saat lahir,” ujar Ian Sansom dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Great Dynasties of the World: The Jacksons, 3 September 2011.
Keluarga Jackson
Kesukaan Joe dan Katherine bermusik lalu menular ke anak-anaknya: Maureen, Jackie, Tito, Jermaine, LaToya, Marlon, Michael, Randy, dan Janet. Aktivitas bernyanyi bagi keluarga Jackson tak pernah dipandang sulit. Michael Jackson sendiri menggambarkan bahwa bernyanyi seperti bernapas saja: alami.
Belakangan Joe mulai melihat bakat anak-anaknya. Joe mencium potensi popularitas. Joe tak mau melihat anak-anaknya berakhir jadi buruh pabrik baja. Joe pun mulai menginvestasikan segala pendapatan dan waktunya untuk mengembangkan bakat mereka.
Ragam alat musik diborongnya, dari gitar, bass, hingga mik. Tujuannya sudah tentu untuk menunjang bakat. Joe seraya memahami bahwa bakat anak-anak dalam bermusik memang dari tuhan. Namun, ia memahami pula bahwa bakat itu takkan berarti apa-apa tanpa ada polesannya.
Saban hari Joe mendampingi anak-anaknya dalam bermusik dan bernyanyi. Michael Jackson yang kemudian jadi Raja Pop tak meragukannya kredibelitas ayahnya sama sekali. Ayahnya dianggap seorang pelatih yang hebat. Joe mampu melihat bagaimana industri musik bekerja.
Joe melatih anaknya supaya mengeluarkan potensi terbaiknya. Namun, cara yang diambil Joe bukan dengan lemah lembut, seraya guru vokal yang membimbing siswa musiknya. Joe menerapkan bumbu disiplin yang tinggi – kadang juga dengan kekerasan.
“Kami akan tampil untuknya (Joe) dan dia mengkritik kami. Jika kau mengacau, kau jadi sasaran pukulan, terkadang dengan ikat pinggang, terkadang dengan benda lain. Ayahku sangat tegas pada kami. Marlon yang selalu dapat masalah. Di sisi lain, aku akan dipukuli untuk hal-hal yang terjadi sebagian besar di luar latihan. Ayah akan membuat aku sangat marah dan sakit hati bahwa saya akan mencoba untuk mendapatkan kembali padanya dan dipukuli lagi,” ujar Michael Jackson dalam buku Moonwalk (1988).
Tekanan itu bak dua sisi koin. Satu sisi dapat mengantarkan anak-anaknya sukses. Sisi lainnya, ada anak yang tak menikmati kehidupan masa kecilnya. Kondisi itu karena sedari kecil mereka sudah diajarkan bekerja dan bekerja. Bukan lagi bermusik untuk senang-senang.
Jackson 5 Mendunia
Keteguhan itu membuat mereka keluarga Jackson andal dalam bermusik. Anak-anak itu mencoba unjuk gigi dalam kompetisi bermusik dan menang. Mereka membentuk grup vokal, Jackson 5. Mereka lalu mulai mencoba jadi grup vokal profesional (boyband) dengan manggung di sana-sini pada 1967.
Mereka melanglang buana ke klub malam hingga restoran. Itupun tempat-tempat yang membolehkan kaum kulit hitam tampil. Mereka mulai menghasilkan uang, sekalipun masih level anak-anak. Uang membuat keterampilan mereka bermusik jadi menyenangkan.
“Ia (Joe) melatih kami untuk menjadi kelompok profesional. Kami bermain di sirkuit hiburan , klub, teater, di mana-mana. Setiap pertunjukan bakat yang kami ikuti, kami menang. Saya tidak tahu berapa banyak kami dibayar untuk semua ini, tetapi penonton akan melempar uang ke lantai, jadi saya masuk sekolah dengan banyak uang di saku saya,” tegas Marlon Jackson dalam wawancaranya bersama Dave Simpson di laman The Guardian berjudul How We Made the Jackson 5's I Want You Back, 9 Oktober 2017.
Eksistensi Jackson 5 terus berlanjut. Joe mencoba membawa Jackson 5 ke label rekaman. Usaha itu panjang dan melelahkan. Ada penolakan pula. Puncaknya mereka ikut audisi label rekaman Motown. Audisi itu disaksikan oleh penyanyi kelas dunia sepetri Marvin Gaye dan Diana Ross.
Jackson 5 mampu tampil memukau. Kontrak rekaman pun diraihnya pada 1968. Album pertama mereka Diana Ross Presents The Jackson 5 lahir pada tahun yang sama. Lagu mereka I Want You Back langsung menghentak belantika musik AS.
Seketika Jackson 5 pun mendunia. Mereka eksis di semua lini media massa. Lagu-lagu mereka diputarkan di radio di seantero AS, kemudian dunia. Penggemar mereka awalnya memang kulit hitam. Namun, belakangan mulai merambah kulit putih.
Kepopuleran itu membuat Motown tak ingin melepaskan Jackson 5. Motown menganggap mereka sebagai fenomena sekaligus aset. Pernyataan itu tak salah. Motown sampai bekerja sama hingga keluar lebih banyak album dari Jackson 5: ABC (1970), Third Album (1970), Jackson 5 Christmas Album (1970), Maybe Tomorrow (1971), Lookin' Through the Windows (1972), Skywriter (1973), G.I.T.: Get It Together (1973), Dancing Machine (1974), dan Moving Violation (1975).
Kesuksesan itu diakui atau tidak berkat didikan Joe Jackson. Kedisiplinannya – lewat kekerasan mampu membentuk mental penampil andal kepada anak-anaknya. bahkan, mereka bisa tenar kala lepas dari Motown dan beralih ke label rekaman lain: CBS/Epic sekalipun harus mengganti nama jadi The Jackson. Kehadiran Jackson 5 lalu jadi patron inspirasi boyband era 1980-an, 1990-an, hingga 2020-an.
Artikel Rekomendasi
Lifestyle
Pilkada Jakarta 2024, Ancol Berikan Potongan Harga Masuk Rekreasi
Dalam memeriahkan Pilkada Jakarta 2024, Ancol Taman Impian memberikan potongan harga sebesar 40 persen untuk tiket di unit rekreasi.
Putri Ariani Rilis Album Perdana Evolve di Amerika
Penyanyi Putri Ariani resmi merilis album perdananya bertajuk “Evolve”pada Jumat (22/11/2024).
Cepat Habis, Ini Tips Dapat Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru
Simak tips yang bisa dilakukan agar bisa mendapat tiket kereta api saat musim libur Nataru.
Deretan Film Indonesia Terbaru Mulai Tayang hingga Akhir November...
Berikut deretan film Indonesia terbaru mulai tayang hingga Akhir November 2024.
Berita Terpopuler
Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...
Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...
popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.
Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia
Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.
Kisah Hidup Pesulap Pak Tarno: Pernah Sukses, Kini Stroke dan Jad...
Kisah hidup pesulap Pak Tarno yang menyedihkan, kini stroke dan jualan mainan anak.