• Thursday, 23 January 2025

Mengenal Adat dan Tradisi Kampung Cireundeu, Dua Adatnya Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Adat dan Tradisi Kampung Cireundeu, Dua Adatnya Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Kampung Adat Cireundeu. (dok: Disbudparpora Kota Cimahi)

SEAToday.com, Jakarta - Kampung Adat Cireundeu merupakan salah satu kampung wisata menarik yang ada di Cimahi.

Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan. Kampung adat ini memiliki luas 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha untuk pemukiman.

Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini. Kepercayaan ini mengajarkan untuk selalu melestarikan budaya dan adat istiadat.

Terdapat banyak sekali keunikan yang bisa ditelusuri di kampung ini. Di mana penduduknya masih mengagungkan kearifan lokal yang mungkin tidak dapat ditemui di kampung desa lainnya.

Asal Usul Kampung Adat Cirendeu

Dilansir dari laman resmi Pemda Kota Cimahi, Cireundeu berasal dari nama “pohon reundeu”, karena sebelumnya di kampung ini banyak sekali populasi pohon reundeu. 

Pohon reundeu itu sendiri ialah pohon untuk bahan obat herbal. Oleh karena itu, kampung ini di sebut Kampung Cireundeu. Kampung Cireundeu baru dikenal sebagai wilayah desa tradisional pada tahun 2007. 

Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaannya, kebudayaan serta adat istiadat mereka.

Mereka memiliki prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman”. Arti kata “Ngindung Ka Waktu” yaitu kita sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing. 

Sedangkan “Mibapa Ka Jaman” memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman akan tetapi mengikutinya seperti adanya teknologi, televisi, alat komunikasi handphone, dan penerangan. 

Konsep Kampung Adat Cirendeu

Masyarakat Cirendeu memiliki konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dulu, yaitu terdapat tiga bagian daerah, yaitu:

- Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena -bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya.

- Leuweung Tutupan (hutan reboisasi) yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Luasnya mencapai 2 hingga 3 hektar.

Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian.

Tradisi Tidak Mengonsumsi Beras

Tradisi nenek moyang yang sangat kental dan menjadi khas di kampung adat ini yaitu sering berpuasa tidak mengkonsumsi beras dalam waktu tertentu.

Tradisi Kampung Adat Cireundeu itu terkait dengan ungkapan leluhur Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat.

Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut diterjemahkan menjadi "Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat."

Tujuan puasa tersebut adalah mendapat kemerdekaan lahir batin. Ritual yang juga sekaligus menguji keimanan seseorang dan pengingat akan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai ganti konsumsi nasi, yaitu mengkonsumsi rasi atau beras singkong. Beralihnya makanan pokok masyarakat adat dari nasi beras menjadi nasi singkong dimulai kurang lebih tahun 1918.

Ini dipelopori oleh Ibu Omah Asnamah dan berkat kepeloporannya tersebut dia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Pangan pada tahun 1964.

Akhinya pada tahun 1924 masyarakat Cireundeu mulai mengkonsumsi ketela hingga saat ini. Singkong juga diolah menjadi berbagai camilan, seperti opak, simping, cireng, maupun berbagi makanan lainnya.

Dengan konsistensi masyarakat adat yang mengonsumsi rasi sebagai makanan pokok, membuat masyarakat adat tidak pernah mengonsumsi beras.

Hal ini bukan berarti masyarakat adat mengharamkan beras dari padi, namun melestarikan dan mengikuti pesan sesepuh. Rasa kenyang dari konsumsi ketela lebih lama dibandingkan dengan padi, sehingga masyarakat adat cukup makan dua kali sehari.

Dua Tradisi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)

Dua tradisi khas Kampung Adat Cireundeu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat

Predikat WBTB ditetapkan pada tradisi warga Adat Cireundeu yang mengonsumsi singkong sebagai sumber karbohidrat sejak ratusan tahun silam. Selain itu, predikat WBTB juga ditetapkan untuk tradisi peringatan satu sura atau tanggal 1 sura sesuai kalender Saka Sunda.

Dua tradisi yang selalu dijalankan warga Kampung Adat Cireundeu itu ditetapkan menjadi WBTB setelah melalui berbagai kajian oleh tiga akademisi yang jadi bagian dari tim WBTB tersebut.

 

Share
Explore Nusantara
Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

Sumba Crowned Asia’s Top Travel Destination for 2025 by Time Out

How to Get to Ragunan Zoo Using KRL, Transjakarta, and LRT

Ragunan Zoo is one of the most visited tourist destinations in Jakarta.

Exploring the Harmonious Culture of the Mentawai Tribe: The Oldes...

Known for its rich culture and unique traditions, one of the most interesting things about the Mentawai tribe is their traditional tattoo art, called TikTik.

Mount Semeru Shuts Down for Climbers Until January 16

The Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS) decided to temporarily close the Mount Semeru climbing route on January 2-16, 2025.

KAI Wisata Introduces Panoramic Train on Mutiara Timur Route

Starting December 24, 2024, PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) launches the Panoramic Train as part of the Mutiara Timur service.

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.

Wonderful Indonesia
Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...

Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.

Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...

The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.

National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...

To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.