Mengenal Adat dan Tradisi Kampung Cireundeu, Dua Adatnya Jadi Warisan Budaya Tak Benda
SEAToday.com, Jakarta - Kampung Adat Cireundeu merupakan salah satu kampung wisata menarik yang ada di Cimahi.
Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan. Kampung adat ini memiliki luas 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha untuk pemukiman.
Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini. Kepercayaan ini mengajarkan untuk selalu melestarikan budaya dan adat istiadat.
Terdapat banyak sekali keunikan yang bisa ditelusuri di kampung ini. Di mana penduduknya masih mengagungkan kearifan lokal yang mungkin tidak dapat ditemui di kampung desa lainnya.
Asal Usul Kampung Adat Cirendeu
Dilansir dari laman resmi Pemda Kota Cimahi, Cireundeu berasal dari nama “pohon reundeu”, karena sebelumnya di kampung ini banyak sekali populasi pohon reundeu.
Pohon reundeu itu sendiri ialah pohon untuk bahan obat herbal. Oleh karena itu, kampung ini di sebut Kampung Cireundeu. Kampung Cireundeu baru dikenal sebagai wilayah desa tradisional pada tahun 2007.
Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaannya, kebudayaan serta adat istiadat mereka.
Mereka memiliki prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman”. Arti kata “Ngindung Ka Waktu” yaitu kita sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing.
Sedangkan “Mibapa Ka Jaman” memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman akan tetapi mengikutinya seperti adanya teknologi, televisi, alat komunikasi handphone, dan penerangan.
Konsep Kampung Adat Cirendeu
Masyarakat Cirendeu memiliki konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dulu, yaitu terdapat tiga bagian daerah, yaitu:
- Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena -bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya.
- Leuweung Tutupan (hutan reboisasi) yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Luasnya mencapai 2 hingga 3 hektar.
Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian.
Tradisi Tidak Mengonsumsi Beras
Tradisi nenek moyang yang sangat kental dan menjadi khas di kampung adat ini yaitu sering berpuasa tidak mengkonsumsi beras dalam waktu tertentu.
Tradisi Kampung Adat Cireundeu itu terkait dengan ungkapan leluhur Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut diterjemahkan menjadi "Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat."
Tujuan puasa tersebut adalah mendapat kemerdekaan lahir batin. Ritual yang juga sekaligus menguji keimanan seseorang dan pengingat akan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai ganti konsumsi nasi, yaitu mengkonsumsi rasi atau beras singkong. Beralihnya makanan pokok masyarakat adat dari nasi beras menjadi nasi singkong dimulai kurang lebih tahun 1918.
Ini dipelopori oleh Ibu Omah Asnamah dan berkat kepeloporannya tersebut dia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Pangan pada tahun 1964.
Akhinya pada tahun 1924 masyarakat Cireundeu mulai mengkonsumsi ketela hingga saat ini. Singkong juga diolah menjadi berbagai camilan, seperti opak, simping, cireng, maupun berbagi makanan lainnya.
Dengan konsistensi masyarakat adat yang mengonsumsi rasi sebagai makanan pokok, membuat masyarakat adat tidak pernah mengonsumsi beras.
Hal ini bukan berarti masyarakat adat mengharamkan beras dari padi, namun melestarikan dan mengikuti pesan sesepuh. Rasa kenyang dari konsumsi ketela lebih lama dibandingkan dengan padi, sehingga masyarakat adat cukup makan dua kali sehari.
Dua Tradisi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)
Dua tradisi khas Kampung Adat Cireundeu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat
Predikat WBTB ditetapkan pada tradisi warga Adat Cireundeu yang mengonsumsi singkong sebagai sumber karbohidrat sejak ratusan tahun silam. Selain itu, predikat WBTB juga ditetapkan untuk tradisi peringatan satu sura atau tanggal 1 sura sesuai kalender Saka Sunda.
Dua tradisi yang selalu dijalankan warga Kampung Adat Cireundeu itu ditetapkan menjadi WBTB setelah melalui berbagai kajian oleh tiga akademisi yang jadi bagian dari tim WBTB tersebut.
Recommended Article
Lifestyle Update
The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...
The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...
Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...
Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.
Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...
Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.
Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...
Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.
Trending Topic
- # Coldplay Concert
- # Harry Potter
- # IFFI 2023
- # NewJeans
- # PLTS Cirata
Popular Post
NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023
South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.
Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...
The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.
PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...
PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.
NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...
NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.
NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...
K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.