• Saturday, 09 November 2024

Sejarah Baju Adat Ujung Serong: Dulunya Baju Demang Antek Belanda ke Pakaian Adat Betawi

Sejarah Baju Adat Ujung Serong: Dulunya Baju Demang Antek Belanda ke Pakaian Adat Betawi
Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka dalam balutan baju adat ujung serong Betawi (baju demang) setelah dilantik pada sidang paripurna MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 20 Oktober 2024 | ANTARA/Rivan Awal Lingga

SEAToday.com, Jakarta - Pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin Indonesia baru penuh cerita. Baju yang dikenakan Gibran yang notabene Wakil Presiden menarik perhatian banyak orang. Gibran tampak gagah dalam balutan baju adat Betawi: ujung serong.

Gibran bak memberikan penegasan bahwa ia akan memimpin Indonesia dari Jakarta selama lima tahun ke depan. Dulu kala baju ujung serong dikenal sebagai baju demang. Bedanya penggunaan baju ujung serong bukan digunakan pemimpin bangsa, tapi oleh demang – antek-antek penjajah Belanda. Begini ceritanya.

Dulu kala penjajah Belanda pernah menempatkan kaum bumiputra dalam posisi hina. Kaum bumiputra ditempatkan dalam posisi warga negara kelas tiga – disamakan dengan binatang. Orang Eropa sendiri menempatkan dirinya pada posisi kelas satu disusul orang China dan Arab sebagai kelas dua.

Hidup sebagai kaum bumiputra jadi berat bukan main. Mereka merasakan pilunya rasisme. Kehidupan mereka diremehkan. Kondisi itu buat kaum bumiputra berlomba-lomba ingin naik kelas. Paling tidak bisa terlihat seperti orang Eropa.

Mereka memilih mengadopsi pakaian ala barat. Ajian itu dianggap dapat menaikkan status sosial mereka. Antek-antek Belanda – bupati, kepala desa, hingga demang tak ketinggalan mencobanya. Mereka ogah terlihat sebagai bumiputra biasa.

Balutan pakaian yang berbeda membuat orang yang melihat dapat membedakan mana rakyat biasa dan mana antek Belanda. Beberapa di antara mereka sampai menciptakan pakaian khusus supaya punya ciri khas tersendiri di dalam masyarakat. Biasanya gabungan pakaian Eropa dan unsur lokal.

“Dengan demikian, kostum dipandang sebagai salah satu sarana untuk membedakan diri dengan pelayan. Orang-orang Indo pemakai pakaian Barat pada masa lalu seolah mengatakan: saya terlihat seperti orang Jawa, tapi saya menuntut penghormatan, hak-hak, dan keistimewaan seperti orang Belanda asli” ujar sejarawan, Jean Gelman Taylor dalam buku Outward Apperances (2005).

Demang di Batavia

Eksistensi pakaian Eropa mulai ramai diadopsi secara terbatas oleh kaum bumiputra, khususnya orang yang punya jabatan demang. Jabatan itu telah ada dalam struktur pemerintahan di Nusantara sudah lama. Ada sejak masa klasik Jawa.

Demang bekerja sebagai pembantu seorang raja. Ia bertugas jadi penyambung lidah raja kepada rakyat dan demikian sebaliknya. Namun, pada masa penjajahan Belanda. Posisi demang kian berubah jauh. Demang yang dulunya jadi bagian penting dari rakyat justru bak jadi musuh rakyat.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda, khususnya di Batavia menjadikan demang bak kaki tangan mereka bersentuhan dengan kaum bumiputra. Namun, bukan lagi sebagai penyambung lidah rakyat, tapi penjajah.

Mereka ditugaskan untuk menarik pajak kaum tani yang notabene bekerja di tanah milik tuan tanah Eropa. Demang biasanya menagih dengan centeng-centengnya. Barang siapa yang rajin membayar posisinya akan aman, mereka yang tak rajin nasibnya akan apes.

“Demang bertugas memungut pajak dan pungutan. Demang yang berhasil memungut pajak dan pungutan melampaui pagu (target) mendapatkan persenan. Tidak heran kalau banyak demang yang kaya. Godaan ini membuat oknum demang melakukan korupsi. Tapi ada juga demang yang bermental pejuang nasionalis,” ujar budawan Betawi, Ridwan Saidi dalam buku Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (2001).

Demang bisa melakukan kekerasan karena ketidakmampuan kaum tani membawa pajak. Mereka menyita rumah hingga teknaknya. Hal yang paling parah megambil hasil panennya. Kondisi itu membuat kebencian kepada demang terus dipupuk.

Demang disebut-sebut sebagai penghisap darah orang Betawi. Demang hanya tahu setia kepada penjajah, bukan bangsanya. jika majikannya merasa demang bekerja baik akan terus dipekerjakan. Jika tidak, mereka akan diganti dengan demang dapat menjanjikan kesetiaan.

Baju Demang

Imej demang yang memeras terekam dalam ingatan kolektif orang Betawi. Namun, ingatan itu tak melulu urusan aksi demang yang bikin gedek. Baju yang digunakan demang utamanya demang Meester Cornelis (sekarang: Jatinegara) populer.

Baju itu dianggap menunjukkan sebuah kebanggaan – status sosial tinggi. Baju demang lengkapnya terdiri dari baju putih, jas tertutup berwarga gelap, batik geometris, celana pentalon, dan tambahan lainnya.

Antopolog dari Universitas Negeri Makassar, Dimas Ario Sumilih mengungkap kehadiran baju demang pun diyakini dapat meningkatkan karisma. Orang-orang pun berlomba untuk dapat mencicipi posisi demang karena itu satu-satu akses –kala itu—menembus status sosial.

“Muncullah pakaian Demang sebagai busana yang dianggap berkelas bagi rakyat jelata (yang tidak memiliki hubungan kerabat dengan kaum bangsawan). Dugaan saya berdasar pemahaman ini, maka pada masa itu ketika mobilitas sosial tertutup, antara bangsawan dan nonbangsawan, busana ini menjadi celah mobilitas sosial bagi rakyat jelata untuk meningkatkan status dan juga peran sosialnya,” ujar Dimas saat dihubung SEAToday, 27 Oktober 2024.

Puncaknya, baju demang pun perlahan-lahan didorong jadi pakaian adat Betawi. Momentum itu muncul pada pemilihan Abang None pada 1968 dan eksis hingga kini.

Nama baju demang pun mulai dikenal sebagai baju adat ujung serong. Penggunaan baju demang pun tak luput dari pro kontra. Baju demang membuat orang Betawi terbagi dalam dua kubu.

Kubu yang mendukung baju demang jadi pakaian adat Betawi. Mereka menganggap baju demang produk budaya yang berkembang di Jakarta. Kubu yang menolak mendasarkan pada demang tak ubahnya seorang bajingan. Kondisi itu membuat mereka tak sudi baju demang jadi pakaian kebesaran orang Betawi.

Perdebatan baju demang memang hingga hari ini bergulir. Namun, orang-orang pun akan mengakui bahwa baju demang jadi salah satu pakaian adat Betawi yang punya nilai prestise. Pakaian itu selalu cocok digunakan untuk ragam hajatan – resmi maupun semi formal.

“Satu di antara properti itu yang paling nampak dan mudah dikenali melekat pada busana yang dikenakannya. Karena pula bernilai prestise, maka pola busana ini akhirnya dapat diadopsi dan diadaptasi oleh masyarakat setempat. Sekaligus memosisikan bahwa demikian pentingnya Batavia, dengan kelas ‘demang’-nya. Kelas yang berperan strategis,” tambah Dimas.

Akhirnya pro dan kontra boleh saja terjadi. Namun, pakaian adat Betawi itu dianggap punya kelasnya sendiri. Buktinya pakaian itu terus populer hingga kini.

Tokoh-tokoh nasional terus menggunakan baju demang dalam hajatan resmi pemerintahan. Mantan Presiden era 2014-2024, Joko Widodo (Jokowi) dan anaknya yang kini Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ikut mengenakannya. Sesuatu yang kemudian dianggap sebagai penerimaan terkait baju demang dalam masyarakat Betawi.

 

Share
Lifestyle Update
The 2nd SEA Today Golf Day Returns On November 9, 2024 With A Fresh Green Approach

The 2nd SEA Today Golf Day Returns On November 9, 2024 With A Fresh Green Approach

G-DRAGON Receives Global Acclaim for Collaborating with Palestini...

G-DRAGON has released his first single in seven years, titled POWER, on October 31. His return after a hiatus has been met with enthusiasm from fans.

Justin Bieber Unveils Heartwarming First Family Photo with Baby

Justin Bieber and Hailey Bieber joyfully celebrated their first Halloween with their son, Jack Blues!

Jumanji 3 to be Released in December 2026

Jumanji 3 is scheduled to be released on December 11, 2026.

Gayo Arabica Tops Best Asian Beans List from TasteAtlas

Aceh's Gayo Arabica coffee has secured the first spot of the top three Asian coffee beans according to TasteAtlas, Wednesday (10/16).

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.