SEAToday.com, Jakarta - Profesor epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health, Dr. I-Min Lee menjelaskan, tidak ada penelitian yang mengharuskan untuk mengambil 10.000 langkah atau sekitar lima mil dalam sehari demi kesehatan atau umur panjang.

Mengutip The New York Times, penghitungan 10.000 langkah untuk umur panjang tidak berakar pada sains melainkan dari sejarah yang melekat.

“Tujuan mengambil 10.000 langkah, yang banyak dari kita yakini berakar pada sains, pada kenyataannya bertumpu pada kebetulan dan sejarah yang melekat, bukan penelitian,” jelas Dr. Lee.

Target 10.000 langkah telah populer di Jepang pada tahun 1960an. Saat itu, seorang pembuat jam memproduksi massal pedometer dengan nama. Jika ini ditulis dalam karakter Jepang, terlihat seperti manusia berjalan dan berarti ‘10.000 langkah meter’.

Penelitian pada tahun 2019 menunjukkan, risiko kematian dini terus menurun di antara perempuan yang berjalan lebih dari 5.000 langkah sehari. 

Sedangkan pada penelitian lain menemukan, orang yang berjalan sekitar 8.000 langkah sehari memiliki kemungkinan meninggal dini akibat penyakit jantung.

Kesimpulannya, manfaat statistik dari banyak melangkah tidak terlalu besar. Tidak ada salahnya untuk melakukan lebih banyak langkah hingga angka 10,000. Namun, hal tersebut juga tidak menjamin perlindungan tambahan terhadap kematian muda.

Penulis: Halimatun Zakiah