LIFESTYLE
Apa Itu Monkeypox, Wabah Cacar Monyet yang Ditetapkan WHO Jadi Darurat Kesehatan Global?

SEAToday.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 14 Agustus 2024 menyatakan bahwa penyebaran cacar monyet atau monkeypox yang meningkat di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan global. Pihaknya memperingatkan bahwa virus ini pada akhirnya dapat menyebar melintasi batas-batas negara.
Dilansir dari AP, pengumuman oleh direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus itu disampaikan setelah pertemuan komite darurat badan kesehatan PBB tersebut. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyatakan cacar air sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat di benua itu pada Selasa, 13 Agustus 2024.
WHO mengatakan ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian di Afrika tahun ini. Jumlah tersebut telah melebihi angka tahun lalu.
Sejauh ini, lebih dari 96 persen dari semua kasus dan kematian terjadi di satu negara, yaitu Kongo. Para ilmuwan khawatir dengan penyebaran versi baru dari penyakit ini di sana yang mungkin lebih mudah ditularkan di antara manusia.
Lantas, apa itu monkeypox? Dilansir dari laman WHO, virus cacar monyet adalah virus orthopox yang menyebabkan cacar monyet (monkeypox), penyakit dengan gejala yang mirip dengan cacar, meskipun tidak terlalu parah. Meskipun cacar telah diberantas pada 1980, cacar monyet masih terus terjadi di negara-negara Afrika tengah dan barat.
Sejak Mei 2022, kasus-kasus juga telah dilaporkan dari negara-negara yang sebelumnya tidak pernah didokumentasikan penularan cacar monyet di luar wilayah Afrika. Dua klade yang berbeda dari virus cacar monyet telah diidentifikasi, yakni Clade I (sebelumnya dikenal sebagai clade Congo Basin (Afrika tengah) dan Clade II (bekas clade Afrika barat).
Cacar monyet adalah zoonosis, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, dengan kasus-kasus yang sering ditemukan di dekat hutan hujan tropis di mana terdapat hewan-hewan yang membawa virus tersebut. Bukti infeksi virus cacar monyet telah ditemukan pada hewan termasuk tupai, tikus Gambia, tikus tanah, berbagai jenis monyet dan lainnya.
Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh, lesi pada kulit atau pada permukaan mukosa internal, seperti di mulut atau tenggorokan, percikan pernapasan, dan benda-benda yang terkontaminasi.
Gejala monkeypox
Cacar monyet muncul dengan demam, ruam khas yang luas dan biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah bening. Penting untuk membedakan cacar monyet dengan penyakit lain seperti cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi yang berhubungan dengan obat.
Masa inkubasi cacar air dapat berkisar 5 hingga 21 hari. Tahap demam biasanya berlangsung selama 1 hingga 3 hari dengan gejala yang meliputi demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot), dan astenia yang hebat (kekurangan energi).
Tahap demam diikuti oleh tahap erupsi kulit, yang berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Lesi berkembang dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi nyeri yang terangkat dan keras) menjadi vesikel (berisi cairan jernih) menjadi pustula (berisi nanah), diikuti oleh keropeng atau kerak.
Proporsi pasien yang meninggal bervariasi antara 0 dan 11 persen pada kasus-kasus yang terdokumentasi dan lebih tinggi pada anak-anak.
Pengobatan
Pengobatan pasien monkeypox bersifat suportif, tergantung pada gejalanya. Berbagai terapi yang mungkin efektif melawan cacar monyet sedang dikembangkan dan diuji.
Pencegahan dan pengendalian cacar monyet bergantung pada peningkatan kesadaran di masyarakat dan mendidik petugas kesehatan untuk mencegah infeksi dan menghentikan penularan.
Kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi harus dihindari. Sarung tangan dan pakaian serta peralatan pelindung diri lainnya harus dipakai saat merawat orang sakit, baik di fasilitas kesehatan atau di rumah.