• Kamis, 21 November 2024

Berisiknya Iwan Fals: Beda Rekaman, Beda Nonton Langsung

Berisiknya Iwan Fals: Beda Rekaman, Beda Nonton Langsung
Potret Iwan Fals kala konser di Makassar pada 2013 | Wikimedia Commons/Kusuma Rein

SEAToday.com, Jakarta - Efek Rumah Kaca (ERK) pernah mengungkap dominasi lagu bertema cinta dalam panggung musik Indonesia. Band itu menganggap lagu cinta yang mendayu-dayu adalah fenomena utama merebut pasar. Barang siapa yang membawa lagu cinta, niscaya elegi patah hati itu akan membawanya pada ketenaran.

Dulu kala formula sukses sebuah lagu tak melulu lagu cinta. Mereka yang membawakan lagu bernada kritik terkait ketidakadilan juga bisa disukai dan sukses. Iwan Fals, misalnya. Begini ceritanya.

Pemerintahan Soeharto dan Orde Baru kerap alergi dengan kritik. Pemerintahan represif itu selalu memasang mata telinga kepada berisiknya kritik lewat berbagai macam medium bersuara. Ganjarannya sudah jelas: pemberedelan, pencekalan, dan dimasukan penjara.

Penyanyi maupun musisi juga akan ditindak jika gunakan karyanya melawan penguasa. Orba memang memberikan ruang berkreasi yang besar. Namun, bukan untuk menghina pemerintah lewat karya.

Iwan Fals pun coba tambil beda. Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 itu terus memotret kondisi sosial politik. Ia bak tak takut kepada orba. Ia terus saja menciptakan lagu atau berkolaborasi dengan musisi lainnya.

Iwan hanya tahu memberikan gambaran bagaimana wujud kesengsaraan yang didapat rakyat Indonesia. Bahasa-bahasa yang mudah dimengerti jadi andalannya.

Ia banyak membungkus lagu-lagunya dalam genre folk pop. Respons rakyat Indonesia atas karya Iwan, sangat besar. Iwan dianggap sebagai ikon perlawanan terhadap Orde Baru.

“Saya kalau membenci (Soeharto) tidak, Cuma memang bosan karena sudah terlalu lama (memimpin) itu. Aku engak mengerti politik, teknis segala macam kayak gitu-gitu. Ada rasa keinginan suasana yang baru dan mungkin juga jadi santapan pers untuk dikembangkan seperti itu,” cerita Iwan Fals dalam wawancara dalam talkshow Kick Andy, 5 Februari 2010.

Senandung Kritik

Lagu-lagu kritik Sosial dari Iwan Fals mampu merebut hati rakyat Indonesia. Kondisi itu membuktikan bahwa orang Indonesia tak hanya suka lagu cinta belaka. Mereka sebenarnya peduli dengan kondisi bangsa.

Kepeduliannya itu terekam kala khalayak merasakan pahit getirnya nada-nada lagu yang dimainkan oleh Iwan Fals. Kegetiran itu muncul dalam album-album musik Iwan seperti Sarjana Muda (1981), Opini (1982), hingga Sumbang (1983).

Lagu-lagu macam Sarjana Muda, Guru Oemar Bakrie, Bongkar, hingga Bento jadi suguhan utama. Lagu-lagu itu muncul dan menggelegar.  Nyanyian Iwan cepat diterima, bahkan dikultuskan sebagai lagu perlawanan terhadap ketidakadilan.

Iwan pun disebut-sebut akan melakukan perlawanan kala penyalagunaan kekuasaan terus langgeng. Ia tahu kritiknya lewat lagu bisa menyadarkan banyak orang. Apa yang disuarakan oleh Iwan adalah suara hati rakyat juga -- gaji guru, pemimpin zalim, harga naik, hingga anak pejabat norak.

Teguran penguasa sudah biasa baginya. Aksi panggungnya dibatasi. Ia bahkan pernah mendekam di penjara untuk sementara waktu. ia diinterogasi, diintimidasi supaya berhenti mengejek pemerintah. Namun, Iwan terus menganggap angin saja dan terus berisik.

“Tapi, sejauh ini belum pernah ada larangan resmi – dengan surat keputusan misalnya—terhadap beredarnya sebuah rekaman musik. Yang ada menurut Iwan Fals teguran-teguran langsung menyarankan agar saya tak menyanyikan lagu tertentu,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Pak Guru Bakri dan Lain-Lain, 5 Mei 1984.

Imbasnya Iwan merasaka sendiri dampak negatif terhadap karier musiknya. Konsernya berkali-kali dijegal oleh penguasa. Bahkan, rencana turnya ke 100 kota sempat gagal berantakan. Isu berkembang mulanya karena promotor, kemudian baru merebet ke isu dicekal penguasa.

Beda rekaman, Beda Nonton Langsung

Iwan Fals memang musisi sejati. Ia mampu memberikan yang terbaik kepada penggemarnya. Ia selalu menyiapkan kejutan kepada para pendengar setianya. Ia kerap membedakan mereka yang mendengarkan suaranya lewat rekaman dan nonton langsung.

Suara nyanyian Iwan lewat rekaman memang indah. Kadang bikin panas penguasa karena kritikannya. Namun, kritik yang ada dikaset tergolong biasa-biasa saja. Iwan di atas panggung justru jadi sosok yang lebih garang lagi.

Iwan secara sengaja kadang mengubah lirik-liriknya jadi lebih frontal dan bikin marah penguasa. Tiada lagi perlambangan. Ia kadang mengucapkan langsung nama dari sosok yang dibencinya. Penonton pun bersuka cita. Aparat saja yang jadi kelabakan.

“Tapi konsep musik saya ke panggung toh harus beda dengan lagu rekaman. Karena itu sebaiknya jangan cuma beli kaset saja, sekali-kali tengoklah ulah saya di pentas,” ujar Iwan Fals dikutip majalah Gadis dalam tulisan berjudul berjudul Iwan Fals, Tetap Menggelitik (1982).

Perubahan lirik yang dilakukan Iwan kerap bikin gaduh. Ambil contoh kala Iwan di Gedung Olahraga Pekanbaru, Riau, April 1984. Iwan Fals membawa sebuah lagu yang bikin geram penguasa. Lagu itu sebenarnya tak pernah ada dalam rekamannya: Mbak Tini.

Lagu Mbak Tini, khusus diciptakan Iwan untuk menceritakan seorang mantan Wanita Tuna Susila (WTS) bernama Tini, yang bekerja sebagai pedagang warung kopi. Ia hidup bersama suaminya yang supir truk berstatus mantan preman bernama Soehardi.

Masalah muncul kala Soehardi dipecat. Ia kembali jadi preman. Hubungan cintanya kandas. Ia bercerai dengan Tini. Mau tak mau Tini kembali kembali kepada profesi lamanya. Orang-orang pun menghubungkan karakter Tini sebagai Ibu Tini. Sedang Soehardi sebagai Soeharto.

Boleh saja orang menerka-nerka perlambangan lagu Mbak Tini. Namun, Iwan justru dengan sengaja mengganti kata Soehardi dengan Soeharto. Kehebohan pun muncul. Aparat pun tak terima pemimpin dan istrinya diolok-olok – seperti preman dan WTS.

Iwan digiring ke Korem 031 dan diinterogasi selama 12 hari. Nyali Iwan memang tak ciut. Ia terus memberikan penggemarnya nuansa spesial ketika menonton langsung. Ajian itu membuat konser-konsernya selalu menarik minat pecinta musik Indonesia untuk hadir menikmati Iwan menelanjangi ketidakadilan Soeharto dan pemerintah Orba.

 

Share
Lifestyle
5 Jalan yang Terkenal Angker di Indonesia, Ada Tol Cipularang

5 Jalan yang Terkenal Angker di Indonesia, Ada Tol Cipularang

Lisa BLACKPINK Rilis Album Solo Pertama Alter Ego Februari 2025

Lisa BLACKPINK akan merilis album solo perdananya berjudul "Alter Ego" pada 28 Februari 2025.

Gandeng Aulion, Indonesia Kaya Hadirkan Musikal Dangdut: Kukejar...

Indonesia Kaya berkolaborasi dengan Aulion akan menggelar "Musikal Dangdut: Kukejar Kau Sayang" pada 29 November - 1 Desember 2024 di Graha Bhakti Budaya, TIM.

Sukses dengan Lagu APT, Rose BLACKPINK Akan Rilis Single Baru

Rose BLACKPINK akan merilis single terbaru berjudul "Number One Girl" usai sukses dengan lagu "APT" karya kolaborasi bersama Bruno Mars.

Lewat Film JESEDEF, Nirina Zubir Kembali Bawa Pulang Piala Citra...

Aktris Nirina Zubir berhasil kembali membawa pulang Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2024 setelah 18 tahun.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...

popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.

Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia

Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.

Kisah Hidup Pesulap Pak Tarno: Pernah Sukses, Kini Stroke dan Jad...

Kisah hidup pesulap Pak Tarno yang menyedihkan, kini stroke dan jualan mainan anak.

LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1