• Kamis, 21 November 2024

P. Ramlee dan Film Madu Tiga: Ajian Komedi Kritik Poligami Tanpa Ilmu Agama Mempuni

P. Ramlee dan Film Madu Tiga: Ajian Komedi Kritik Poligami Tanpa Ilmu Agama Mempuni
Poster Film P. Ramlee, Madu Tiga yang rilis pada 1964 | Shaws Malay Film Production

SEAToday.com, Jakarta - Poligami atau beristri lebih dari satu bukan hal terlarang bagi orang Melayu: Malaysia-Singapura. Praktek itu dianggap telah lazim dalam masyarakat Malayu. Barang siapa yang mampu berlaku adil dan punya ilmu agama mempuni, niscaya punya punya kesempatan besar berpoligami.

Masalahnya tak banyak orang Melayu yang berpoligami dengan kemampuan agama mempuni. Poligami yang dilakukan justru membuat kaum wanita jadi korban. Hubungan berujung petaka. Enaknya diambil, tanggung jawabnya dihindari. Itulah yang kemudian dijadikan kritik oleh P. Ramlee dalam film Madu Tiga. Begini ceritanya.

Dunia hiburan Asia Tenggara era 1950-an tak bisa dianggap remeh. Kehadiran seniman besar Malaysia, P. Ramlee jadi muaranya. Pria kelahiran Penang, 22 Maret 1929 itu bak penghibur sejati. Segala macam aktivitas di dunia hiburan bisa dilakoninya.

Ramlee tak melulu jago akting, tapi juga pandai menyanyi, melawak, hingga menulis. Nyanyian p. Ramlee digemari banyak pihak. film-filmnya juga ramai jadi buruan. Ketenaran pun didapatnya. Orang-orang mulai memberikan puja-puji kepadanya.

Pujian juga muncul dari luar SIngapura dan Malaysia. Seniman besar Indonesia banyak yang mengidolainya. Benyamin Sueb jadi salah satunya. Benyamin menganggap P. Ramlee sebagai defenisi sejati seorang bintang.

“Menurut Saidi, Ben memang mengidolakan P. Ramlee seperti remaja yang hidup pada 1950-an. Lihat gaya rambutnya pada kedua sisinya disisir lurus ke belakang, sedang didahi dibangun jambul yang bergerak-gerak bila ditiup angin. Itu sangat khas P. Ramlee,” ujar Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri dalam buku Benyamin S: Muka Kampung, Rezeki Kota (2005).

Film Madu Tiga

Aksi jenaka P. Ramlee kerap muncul dalam tiap filmya. Keterampilan itu karena P. Ramlee kadang bertindak sebagai aktor sekaligus sutradara. Otomatis ia menjadi penentu kesuksesan sebuah film. Peran ganda itu diuji kala ada tawaran dari Shaws Malay Film Production.

Ramlee tak menyia-nyiakan peranya sebagai pemain sekaligus sutradara. Ia memahami filmnya kali ini bercerita terkait budaya poligami di masyarakat Melayu. Ia menyakini Islam tak melarang seorang laki-laki menikahi lebih dari satu wanita.

Nyatanya amalan itu banyak dimakan mentah-mentah. Alih-alih hanya dua istri, poligami dilakukan sampai tiga istri. Ide itu kemudian melahirkan film berjudul Madu Tiga. Film itu rilis pada pada 1964. Madu Tiga langsung digemari di seantero Asia tenggara.

Kejenakaan P. Ramlee sebagai pengusaha kaya bernama Jamil tiada dua. Kekayaan itu membuat Jamil merasa mampu memberikan nafkah lahir batin kepada tiga istrinya. Alasannya yang digunakan Jamil untuk menikah lagi karena istri pertamanya tak bisa menghasilkan anak – mandul.

Kisah-kisah senangnya punya banyak istri jadi awalan. Kesenangan itu dituangkan P. Ramlee dalam lagu latar berjudul sama dengan film: Madu Tiga. Belakangan aktivitas poligami penuh nestapa. Otak pening. Kehidupan bak meledak.

Istimewanya ide cerita itu disukai banyak pihak film itu bahkan diganjar sebagai salah satu film komedi terbaik di Malaysia. Film itu juga mendapatkan penghargaan sebagai Film Komedi Terbaik dalam Asian Film Festival di Taipei pada 1964.

“Film Madu Tiga (1964), yang disutradarai oleh P. Ramlee yang multitalenta, dianugerahi film komedi terbaik di Asian Film Festival di Taipei, 1964. Film itu mengambil gambar Singapura 1960-an, pengambilan sejumlah lokasi yang mudah dikenali melalui film tersebut, termasuk kompleks Shaw / Lido yang dibangun pada tahun 1958-1959, supermarket Fitzpatrick. Hotel Ambassador dan beberapa gambar dari jalanan yang sibuk,” ujar Jan Uhde dan Yvonne Uhde dalam buku World Film Locations: Singapore (2014).

Film itu jadi penanda penting eksistensi P. Ramlee di layar kaca. Ia bahkan mampu membagi dirinya memainkan banyak peran. Aktor, penyanyi, pelawak, hingga sutradara. Suatu prestasi yang membuat film Malaysia-Singapura telah menancapkan standar yang tinggi.

Kritik Poligami

Film Madu Tiga memang populer. Namun, kepopuleran itu bukan saja muncul dari kejenakaan belaka. Ia dan Madu Tiga justru memunculkan hal yang menjadi kebiasaan orang Malayu: Poligami. Upaya memiliki istri lebih dari satu itu memang secara agama tak dilarang.

Laki-laki dalam pandangan Islam dapat memiliki istri hingga empat orang istri. P. Ramlee yang berperan sebagai Jamil mulanya mencoba menjalankan praktik berpoligami yang bermartabat. Ia mendasari alasannya karena istrinya mandul.

Jamil hanya izin menikah kepada mertuanya saja. Istrinya tidak. Jamil bahkan sampai miliki tiga orang orang istri. Awalnya kehidupan Jamil tenang-tenang saja. Gembiran rasanya Jamil punya istri tiga. Namun, di situ letak masalahnya. Kemampuan poligami ada, tapi ilmu agamanya cetek.

“Film ini menonjolkan faktor yang mendorong seseorang suami mengambil keputusan untuk berpoligami, tapi tidak memiliki ilmu pengetahuan agama yang mantap sehingga mengabaikan tanggung jawab yang ditunut oleh syarak. Pengabaian yang berterusan menimbulkan pelbagai isu antara suami dengan para isteri. Krisis rumah tangga ini menyebabkan kestabilan dan keharmonisan turun,” ujar Suhanim Abdulah dan Rosnaaini Hamid dalam buku Gelagat perkahwinan Melayu Islam: Menelusuri Filem P. Ramlee (2018).

Poin penting film dapat dinikmati dengan gamblang. Karakter Jamil hanya tahu menafkahi tanpa punya beban mengarahkan istri-istrinya ke jalan agama. Dalam hal itu, Jamil dianggap hanya peduli kepada nafsu belaka ketimbang mejalankan perintah agama.

Suatu kondisi itu secara garis besar hadir dalam banyak praktek poligami di tanah Melayu. Selipan kritik itu membuat P. Ramlee lagi-lagi mendapat pujian. Kejenakaan itu membuat orang-orang mampu menertawai poligami yang dilakukan Jamil. Di lain sisi, mereka merenungi bahwa yang banyak jadi korban dari praktik poligami adalah kaum wanita.

 

Share
Lifestyle
5 Jalan yang Terkenal Angker di Indonesia, Ada Tol Cipularang

5 Jalan yang Terkenal Angker di Indonesia, Ada Tol Cipularang

Lisa BLACKPINK Rilis Album Solo Pertama Alter Ego Februari 2025

Lisa BLACKPINK akan merilis album solo perdananya berjudul "Alter Ego" pada 28 Februari 2025.

Gandeng Aulion, Indonesia Kaya Hadirkan Musikal Dangdut: Kukejar...

Indonesia Kaya berkolaborasi dengan Aulion akan menggelar "Musikal Dangdut: Kukejar Kau Sayang" pada 29 November - 1 Desember 2024 di Graha Bhakti Budaya, TIM.

Sukses dengan Lagu APT, Rose BLACKPINK Akan Rilis Single Baru

Rose BLACKPINK akan merilis single terbaru berjudul "Number One Girl" usai sukses dengan lagu "APT" karya kolaborasi bersama Bruno Mars.

Lewat Film JESEDEF, Nirina Zubir Kembali Bawa Pulang Piala Citra...

Aktris Nirina Zubir berhasil kembali membawa pulang Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2024 setelah 18 tahun.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...

popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.

Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia

Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.

Kisah Hidup Pesulap Pak Tarno: Pernah Sukses, Kini Stroke dan Jad...

Kisah hidup pesulap Pak Tarno yang menyedihkan, kini stroke dan jualan mainan anak.

LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1