Pemilu dan Musik Dangdut: Merdunya Siasat Mujarab Parpol Rebut Suara Rakyat
SEAToday.com, Jakarta - Kontestasi politik Pemilihan Umum (Pemilu) punya daya tariknya sendiri. Daya tarik itu hadir dalam hiburan yang ditawarkan untuk menarik simpati pemilihnya. Hiburan yang paling populer belakangan adalah musik dangdut.
Genre musik yang berakar dari orkes Melayu itu digemari oleh segala macam kalangan – khususnya kalangan kelas bawah. Godaan itu membuat mereka menggandeng penyanyi dangdut sebagai juru kampanye (jurkam) dan menang. Perntayaannya kenapa musik dangdut identik dengan pemilu?
Kehadiran kampanye penuh hiburan dalam kontestasi politik bukan barang baru. Adu kreatif partai politik menarik simpati rakyat Indonesia sudah berlangsung sejak Orde Lama. Alias sudah hadir sejak gelaran pemilu pertama kali di Indonesia pada 1955.
Pemilu itu gerbangnya serangkaian hiburan gunakan dalam pemilu, dari hiburan tradisional hingga modern. Opsi hadirnya hiburan karena memang pada era Orde Lama hiburan tak banyak tersedia, khususnya rakyat yang hidup di desa. Hadirnya hiburan bisa memicu kerumunan.
Parpol yang ikut lalu berinisiatif menghadiran hiburan populer sesuai dengan wilayahnya: Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), hingga Partai Komunis Indonesia (PKI). Simpatisan parpol kerap mengunakan kesenian lokal untuk menarik minat.
PKI bahka punya lembaga khusus unntuk membina kesenian tradisional: Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Mereka memanfaatkan benar kesenian tradisional untuk meluaskan pengaruhnya di dunia politik Indonesia.
“Dengan macam-macam atraksi yang disajikan oleh Lekra di desa-desa seperti ketoprak, wayang kulit, wayang orang, ludruk, kuda lumping, reog Ponorogo dan sebagainya, PKI juga memakai unsur-unsur budaya untuk penetrasi politiknya ke desa-desa. PKI juga melakukan ofensif psikologis dengan menyiarkan angka-angka statistik mengenai apa yang dikatakannya adalah jumlah pendukung PKI,” ujar Marwati Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Volume 6 (1984).
Andalkan Musik
Kampanye parpol era Orde Lama memang punya corak kampanye yang khas. Namun, era Orde Baru punya kampanye yang dilakukan tak kalah meriah. Mereka mulai menggunakan medium hiburan modern – musik modern untuk menjaring pemilih.
Kondisi itu hadir dalam pemilu 1971. Partai-partai konstestan pemilu – termasuk Golkar dengan cepat membaca situasi. Mereka mulai memahami bahwa hiburan musik cukup populer, dari pop, twist dan rock and roll.
Partai Golkar pun mencoba menggebrak. Mereka mulai menganggandeng seniman kenamaan Indonesia untuk memuluskan agendanya. Empunya kuasa merayu Eddy Sud, Bing Slamet, hingga Bucuk Soeharto. Bujuk rayu itu menghasilkan gebrakan bernama kelompok: Artis Safari Golkar pada 1971.
“Tujuannya, menghimpun artis yang mau diajak keliling daerah untuk berkampaye. Kelompok ini konon punya peran besar bagi kemenangan Golkar. Karena itu Artis Ria Safari tidak pernah absen di setiap kampanye. Imbalannya: boleh tampil di acara Aneka Ria Safari TVRI,” ungkap Sri Pudyastuti R. dan Dwi S. Irawanto dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Dangdut, Bisnis, dan Politik, 2 Januari 1993.
Godaan popularitas karena mendukung petahana jadi bahan pertimbangan banyak artis yang bergabung. Apalagi, jumlah artis yang bergabung mencapai ratusan orang. Artis-artis itu nanti disebar partai Golkar ke berbagai daerah untuk mengkampanyekan Golkar kepada khalayak umum.
Pengaruh Aneka Ria Safari begitu besar. Perpaduan penguasa Orba dan artis-artis kenamaan Ibu Kota jadi senjata andalan Golkar memenangi tiap kontestasi politik. Partai berlambang pohon beringin itu bak tak tahu rasanya jadi pihak yang kalah karena banyak dukungan.
Dangdut Mengubah Segalanya
Panggung hiburan tak melulu hanya mampu mengundang orang untuk datang ke kampanye parpol. Kehadiran hiburan justru jadi mesin pengumpul suara rakyat yang ampuh. wujud itu hadir karena seiring bertransformasinya orkes Melayu jadi musik dangdut.
Rhoma Irama didaulat sebagai ikon. Penyanyi kenamaan Indonesia itu mencoba menciptakan genre baru yang berakar dari orkes Melayu. Ia mencoba menambah kekayaan gubahan orkes Melayu dengan nuansa rock -- elektrik. Abracadabra musik dangdut muncul di era 1970-an.
Kehadiran musik dangdut penuh dinamika. Mulanya sempat dianggap rendah, tapi cepat digemari di seantero Indonesia. Alhasil, dangdut digadang-gadang sebagai musik rakyat. Lagu-lagu yang digubah Rhoma cepat saja menyebar hingga ke kampung-kampung.
Rhoma pun dengan lihai menyelipkan urusan Keislaman dan pesan moral dalam lagu-lagunya. Kondisi itu kian menaikkan pamor Rhoma Irama dan Dangdut. Penyanyi dangdut muncul di mana-mana. Eksistensi itu membuat dunia politik mulai menganggap penting posisi Rhoma.
Ia segera memihak partai yang beridiologi Islam: Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia mulai menjadi juru kampanye pada Pemilu 1978. Konon, itulah kampanye pemilu pertama yang mengedepankan dangdut sebagai unsur hiburan.
Hasilnya musik dangdut lewat kampanye parpol mengalun di seantero Indonesia pada Pemilu 1982. puncaknya, Rhoma dan Dangdut jadi bintang. Dangdut pun mulai dielu-elukan sebagai ajian hiburan yang mujarab, ketimbang musik pop atau rock – yang dianggap tak menyentuh akar rumput dalam pemilu.
“Pemilu 1982 pada masa Orba mendudukkan PPP di peringkat kedua (10,8 juta suara) dengan perolehan suara di bawah Golkar (48,3 juta suara), dari suara total 75 juta suara. PPP memahami kedigdayaan ini. kesaktian Rhoma dan dangdut memang terletak di atas panggung. Rhoma merupakan penyanyi dangdut paling sukses mengumpulkan massa,” ujar Moh. Shofan dalam buku Rhoma Irama: Politik Dakwah dalam Nada (2014).
Kedigdayaan Rhoma dan musik dangdut menggelegar ke mana-mana. Kondisi itu membuat dangdut kerap jadi langganan penarik suara dalam setiap kontestasi politik. Barang siapa penyanyi yang kesohor di jalur dangdut, niscaya akan dilirik partai berkuasa untuk tampil.
Boleh jadi tanpa kehadiran dangdut nuansa kampanye parpol dirasa kurang menarik. kondisi itu membuat politik dan dangdut jadi hal yang tak terpisahkan. Bahkan, hingga saat ini. Imej dangdut sebagai ajian mujarab mendatangkan suara pun tak diragukan.
Artikel Rekomendasi
Lifestyle
V BTS Umumkan Kabar Kematian Anjing Kesayangannya
V BTS menyampaikan kabar duka tentang kematian anjing peliharaannya yang dinamai Yeontan.
Mengenal Adat dan Tradisi Kampung Cireundeu, Dua Adatnya Jadi War...
Kampung Adat Cireundeu merupakan kampung adat yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan dan memiliki tradisi tidak memakan nasi.
5 Curug Terdekat dari Jakarta, Cocok untuk Santai Sejenak
Air terjun atau curug menjadi salah satu tempat wisata yang menjadi favorit banyak orang. Berikut rekomendasi curug yang dekat dari Jakarta.
Daftar Tanggal Merah dan Cuti Bersama Desember 2024
Penghujung tahun 2024 hampir tiba yang ditandai dengan memasuki bulan Desember. Simak daftar tanggal merah dan cuti bersama Desember 2024.
Berita Terpopuler
Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...
Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah
Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...
popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.
Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia
Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.
Kisah Hidup Pesulap Pak Tarno: Pernah Sukses, Kini Stroke dan Jad...
Kisah hidup pesulap Pak Tarno yang menyedihkan, kini stroke dan jualan mainan anak.