• Minggu, 22 September 2024

Ritual Potong Gigi: Cara Orang Bali Siapkan Remaja Menuju Kedewasaan

Ritual Potong Gigi: Cara Orang Bali Siapkan Remaja Menuju Kedewasaan
Ritual potong gigi di Bali | kemenkeu.go.id

SEAToday.cpm, Denpasar-Bumi Nusantara tak pernah kekurangan tradisi merayakan hidup menuju dewasa. Tradisi penyambutan usia dewasa hadir dari ujung timur hingga barat. Nilai-nilai positif mengiringi tiap ritual penanda remaja mamasuki portal masa depan.

Orang Nias mengenal ritual hombo batu atau fahombo, Orang Mentawai mengenal pembuatan tato untuk melegitimasi kedewasaan. Orang Bali pun tak mau kalah. Mereka mengenal adat potong gigi. Sebuah ritual penanda mereka bersiap mengarungi hidup ala orang dewasa dan dinamikanya. Begini ceritanya.

Hidup menjadi dewasa tidaklah mudah. Mereka sendiri harus dapat mengambil keputusan penting. Mereka harus berdikari. Berusaha hidup di atas kaki sendiri, tak melulu mengandalkan ‘kekuatan’ yang dimiliki orang tua, atau keluarga besar.

Beratnya hidup sebagai orang dewasa itu membuat banyak orang tua dari berbagai suku bangsa mempertahankan ritual-ritual ala nenek moyang. Sederet ritual yang jadi penanda menuju kedewasaan. Orang Nias misalnya memiliki tradisi hombo batu.

Tradisi itu diperkenalkan supaya anak-anak jadi sosok yang tangguh. Begitu juga dengan orang mentawai dengan merajah tubuh, tato. Seni rajah tubuh yang dibuat menandakan keberanian dan kebanggaan memasuki kedewasaan.

Orang Bali pun tak mau ketinggalan. Tradisi merayakan hidup menuju dewasa telah dikenal secara turun-temurun. Orang Bali mengenalnya dengan istilah ritual potong gigi – Metatah, mesangih, dan mepandes.

Semua istilah itu bermuara kepada yang tujuan yang sama. Tradisi itu telah berlangsung sejak dulu kala. Artinya telah hadir sejak Bali Kuno. Orang Bali menganggap perjalanan menuju kedewasaan tak mudah.

Orang tua pun dibebankan amanat untuk mengiringi anak-anaknya menuju pintu kedewasaan. Bagi mereka yang mau melanjutkan hidup lewat pernikahan jadi yang utama.

“Ritual itu seraya menuntun seseorang ke dalam hidup yang penuh berkah. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam kehidupan sebagai orang dewasa,” ujar antropolog Fred B. Eiseman dalam buku Bali: Sekala & Niskala: Essays on Religion, Ritual, and Art (2011).

Ritual itu dirayakan. Perayaan yang jadi penanda penting dalam ritus hidup orang Bali. Sebagai perayaan, prosesi potong gigi kerap mengundang keluarga besar dan tetua adat. Pakaian terbaik pun disiapkan. Tamu-tamu dari keluarga akan berdatangan dengan riang gembira.

Tradisi Potong Gigi

Tradisi potong gigi mempunyai tahapan sendiri. Biasanya tradisi itu dimulai dengan memberikan persembahan kepada bumi, pingitan, dan meminta restu kepada leluhur. Ritual pun potong gigi baru berlangsung.

Prosesi ritual potong gigi dimulai dengan membopong anak dari kamar pingitan ke bale pasangihan. Tukang potong gigi (sangih) mulai membuat mantra-mantra suci di selembar kain tempat anak remaja dibaringkan. Tujuannya supaya anak-anak remaja tak terkena pengaruh gaib.

Budayawan Bali, Mangku Alit Sidhi Mantra mengungkap prosesi potong gigi, bukan dengan meratakan seluruh gigi. Ritual itu hanya mengikis empat gigi depan, dan menajamkan taring. Sebagai apresiasi mereka yang melakukan ritual potong gigi akan mendapatkan apresiasi dari tamu yang datang. Misalnya amplop isi uang.

Selepas ritual potong gigi orang tua pun senang. Anak-anak mereka diharapkan jadi orang dewasa yang sakti. Kesaktian di sini bukan berarti punya ilmu gaib atau lain sebagainya. Sakti di sini dimaksud supaya anak remaja mulai melakukan menjalani hidup selayaknya orang dewasa – Hidup di atas kaki sendiri.

“Agar yang terlahir itu bukan lagi anak kecil, tetapi orang dewasa yang sakti. Yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, bisa bertanggung jawab. Dalam artian bisa memiliki segala rasa yang baik nantinya. Itulah konteks potong gigi bagi orang bali. Yang di mana konteks potong giginya dikenal dengan mesangih, metatah, mapendes. Semuanya satu rule dia,” cerita Mangku Alit kepada SEAToday.com, 12 Mei 2024.

Lunasnya Utang Orang Tua

Prosesi potong gigi jika dilihat spesifik, konteksnya mendalam. Potong gigi bagi orang Bali justru dikenal sebagai bentuk utang orang tua kepada anak. Utang di sini bukan untuk menghilang sifat sad ripu dalam hidup manusia.

Sad ripu dalam artian sederhana berarti enam musuh manusia. Kama atau hawa nafsu, lobha atau rakus, kroda atau marah, mada atau mabuk, matsarya atau iri hati, dan moha atau bingung. Mangku Alit mengunggap sad ripu jelas tak dapat dihilangkan.

Tiada jaminan bagi seorang anak yang dipotong gigi dapat menghilangkan sad ripu. Seseorang yang potong gigi tetap memiliki amarah serta rasa serakah. Konteks yang masuk akal adalah ritual potong gigi untuk mengendalikan sad rasa.

“Itu (sad ripu) tidak bakalan hilang, karena itu sifat daripada real manusia. Sifat alami manusia seraya memiliki itu, tetapi potong gigi bisa dalam artian mengendalikan sad rasa untuk membentuk manusia jadi orang bijaksana. Inilah konteks daripada utang orang tua terakhir. Efek pengedalian sad rasa dapat menjadikan anak jadi bijaksana, bisa mengendalikan sad ripu mereka secara baik. Rakusnya bisa dikendalikan secara baik. Emosinya bisa dikendalikan secara baik,” jelas Mangku Alit.

Sad rasa sendiri adalah enam rasa yang dijadikan simbol sebagai jalan utama menghadapi peristiwa hidup. Rasa pahit dan asam menandakan ketabahan. Rasa pedas untuk menjaga kesabaran. Rasa enak sebagai bagian menaati aturan/norma. Rasa asin sebagai simbol kearifan. Rasa manis sebagai simbol hidup bahagia.

“Jadi, manusia sakti itu adalah manusia yang dalam artian mengendalilan sad rasa jadi sang anak nanti nggak boleh durhaka. Durhaka terhadap pendeta, durhaka terhadap orang tua, durhaka guru, durhaka pemerintah, durhaka terhadap tuhan, dan durhaka terhadap masyarakat,” tambahnya.

Prosesi potong gigi yang rampung disambut dengan suka cita. Orang tua merasa utangnya kepada anak lunas. Sang Anak seraya mendapatkan bekal untuk mengendalikan sad rasa. Suatu cara untuk menyambut hidup dewasa dan berguna.

 

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.