• Senin, 23 September 2024

Mayat dan Darah di Batavia: Sejarah Geger Pacinan Pembantaian Orang China 1740

Mayat dan Darah di Batavia: Sejarah Geger Pacinan Pembantaian Orang China 1740
Gambaran peristiwa pembantaian orang China oleh VOC di Batavia yang dikenal sebagai Geger Pacinan | Rijksmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta-Tiada yang mengalahkan Kota Jakarta sebagai saksi bisu peristiwa bersejarah. Jakarta pernah jadi saksi era kebangkitan nasional. Kondisi itu membuat Jakarta didaulat sebagai lokasi Sumpah Pemuda hingga peristiwa terbesar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Jakarta pun tak melulu memuat sejarah positif. Kadang juga sejarah kelam. Kota yang dulunya berjuluk Ratu dari Timur pernah jadi gelanggang pembantaian massal orang China. Peristiwa itu dikenal luas sebagai Geger Pacinan. Begini ceritanya.

Ketergantungan orang Belanda terhadap orang China tak ragukan. Hubungan itu telah berjalan dengan manis sedari kongsi dagang Belanda, VOC membangun Batavia (sekarang: Jakarta) pada 1619. VOC yang biasa disebut Kompeni merasa butuh bantuan orang China untuk membangun Batavia.

Keinginan itu beralasan. Orang Belanda tak bisa memanfaatkan tenaga kaum bumiputra. Risiko konfliknya besar. Kompeni lalu beralih kepada kaum cinta damai dan tak suka perang, tapi suka uang: orang China.

Kompeni menyediakan ‘karpet merah’ kepada orang China yang mau hidup di Batavia. Mereka memberikan keistimewaan dan jaminan keamanan ke Orang China. Kompeni pun meminta mereka menggerakan roda ekonomi di Batavia. Pekerjaan kasar dilakoni. Pekerjaan besar disyukuri.

“Orang China menguasai bidang-bidang penting kegiatan ekonomi kota seperti perikanan, penguasaan kayu, pekerjaan bangunan, pertanian, perkebunan, pemasaran, kerajinan, dan perdagangan dalam negeri dan China. Bermacam-macam pajak yang dipungut oleh Kompeni atas penduduk Batavia terutama dilakukan penarikannya oleh orang-orang China,” ungkap Sejarawan Leonard Blusse dalam buku Persekutuan Aneh: pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC (1988).

Kedekatan itu menghasilkan simbiosis mutualisme. Penghasilan orang China dipajakin. Tanaganya digunakan untuk membangun banyak bangunan, dari Kastil hingga Balai Kota Batavia. Orang China pun ketiban mujur jadi penduduk Batavia par excellence (tiada tandingannya).

Rusaknya Hubungan Baik

Kompeni menggantungkan untung dari bisnis perdagangan sudah jadi rahasia umum. Pegawai-pegawainya pun ikut kecipratan untung. Namun, geliat bisnis tak dapat ditebak. Bisnis selalu mengarahkan ke dunia hal: Kadang lagi mujur untung, tapi kadang juga rugi.

Penjajah Belanda sendiri pernah merasakan rugi karena kalah bersaing berdagang gula dengan kongsi dagang asal Inggris, EIC pada 1730-an. Kondisi itu berimbas pada stabilitas ekonomi di Batavia. Orang China yang banyak 'mendewakan' bisnis gula gulung tikar – pemilik kebun tebu, pabrik, dan buruh.

Mereka mulai memecat pekerjanya. Orang China banyak jadi pengangguran. Hasilnya tak sedikit orang China yang kesulitan menghidupi diri sehari-hari. Kondisi ekonomi yang tengah sulit diperkeruh oleh tanaga kerja asal China yang terus berdatangan.

Kompeni jadi kewalahan. Orang-orang China yang berdatangan menambah daftar pengangguran. Banyak laporan menyebut orang China kedapatan merampok orang Belanda. Kompeni mencoba ambil jalan tengah. Semua orang China harus memiliki surat izin tinggal.

“Pada tanggal 12 Juni 1736, VOC kembali membuat peraturan yang memerintahkan kepada pejabat-pejabat China yang berada di Batavia. Peraturan itu adalah untuk mengadakan pendaftaran bagi semua warga China yang tidak memiliki surat ijin untuk dapat tinggal di Batavia,” terang Hembing Wijayakusuma dalam buku Pembantaian Massal 1740: Tragedi Berdarah Angke (2005).

Barang siapa yang tak memiliki izin, maka akan diasingkan Belanda ke luar negeri. Mereka rencananya dibawa ke Sri lanka atau Afrika Selatan. Namun, Kompeni berlaku seenak jidat hadir. Mereka bertindak seraya hakim dalam menentukan yang layak dibawa keluar Batavia.

Pejabat Kompeni tak peduli dengan surat izin. Satu-satunya yang mereka peduli adalah siapa yang membayar lebih. Desas-desus beredar. Orang China yang dibawa pergi justru dibunuh Kompeni di tengah lautan dengan cara ditenggelamkan. Orang China pun kepalang emosi.

“Suatu cerita beredar di antara orang China bahwa ini cuma trik pemerintah untuk menguasai para korban  dan bahwa sesudah itu orang-orang China malang itu akan dilemparkan ke luar kapal di tengah laut,” ujar Bernard H.M. Vlekke dalam buku Nusantara (2008).

Pembantaian Orang China

Orang China yang tinggal di luar Kota Batavia – Ommelanden—percaya dengan desas-desus yang menyebar. Mereka mengganggap orang Belanda tak tahu diuntung. Rapat diperkebunan tebu mulai dilakukan.

Orang China yang dikenal tak suka perang justru terbakar amarah untuk melakukan pemberontakan. Mereka menghimpun kekuatan dan mulai menyiapkan senjata. Pemberontak pun digelar pada 8 Oktober 1740.

Para pemberontak menyerang pos-pos terdepan Kompeni dengan senjata ala kadarnya. Korban jiwa dari pihak Belanda berjatuhan. Kompeni berang. Mereka mulai menggeledah rumah dan tempat usaha orang China di dalam Batavia pada 9 Oktober 1740. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mencari penyokong pemberontakan dan senjata.

Penggeledahan itu tak menemukan hasil. Mereka tak menemukan keterlibatan orang China di dalam Batavia. Tiada senjata, tiada pula penyokong pemberontakan. Petaka yang tak diinginkan muncul. Pemicunya ada sebuah rumah di Batavia yang terbakar.

Konon ada perintah dari Gubernur Jenderal untuk membunuh setiap orang China yang ditemukan di Batavia dan Ommelanden (daerah luar Batavia). Amarah orang Belanda jadi tak terkendali. Mereka mulai memenuhi jalanan dengan berbagai senjata di tangan.

Ada yang membawa kapak, ada pula yang membawa bedil. Mereka mulai menyasar rumah orang China dan merampok harta bendanya. Orang China pun dibunuh.

“Para kelasi, pegawai kantor, tentara, tukang galangan kapal, budak belian –semua orang berlarian ke jalan, masuk ke rumah, warung serta toko China serta membunuh: pria, wanita, bahkan anak-anak,” tegas Sejarawan Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2016).

Jalanan Batavia dipenuhi mayat dengan darah yang berceceran. Orang Belanda tanpa henti menyasar semua usaha orang China. Biadabnya lagi, rumah sakit China juga ikut disasar. Mereka membunuh orang-orang China di dalam rumah sakit.

Eksekusi terhadap orang China terus berlanjut. Orang China yang tergolong narapidana juga ikut disasar. Mereka tak ada yang selamat. Semuanya dibunuh dengan cara ditusuk di penjara Balaikota. Mayat-mayat yang ada lalu dibuang ke sungai.

Saking banyaknya mayat, orang-orang bisa menyeberangi kanal tanpa kaki basah terkena air. Pemandangan itu masuk akal karena orang-orang China yang terbunuh mencapai 10 ribu jiwa. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Geger Pacinan.

Suatu peristiwa yang diyakini sebagai konflik rasial pertama terhadap etnis China di Batavia. Pembantaian itu juga seperti senjata makan tuan. Ketiadaan orang China di Batavia membuat ekonomi lumpuh. Kompeni jadi kebagian apes.

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.