• Kamis, 19 September 2024

Mike Shinoda dan Linkin Park: Kala Penyanyi Rap Kulit Putih Sempat Diragukan

Mike Shinoda dan Linkin Park: Kala Penyanyi Rap Kulit Putih Sempat Diragukan
Penggawa Linkin Park, Mike Shinoda dan Chester Bennington kala menghibur penggemarnya di atas panggung | Instagram @linkinpark

SEAToday.com, Jakarta - Grup band kesohor Linkin Park resmi mengumunkan Emily Armstrong sebagai vokalis barunya pada 5 September 2024. Pengumuman itu mengakhiri desas-desus siapa yang layak jadi vokalis band yang menggabungkan antara musik rock dan rap: Nu Metal.

Pengumuman itu membuat penggemarnya dapat meluapkan nuansa nostalgia meilihat kembali Linkin Park manggung. Dulu kala perjalanan Linkin Park meraih sukses tak mudah. Suara Chester Bennington yang jadi representasi musik rock dipuji. Namun, suara Mike Shinoda yang jadi reprentasi musik rap tidak. Begini ceritanya.

Upaya menikmati masa muda dengan bermusik adalah kegemaran banyak orang. Mike Shinoda pun begitu. Kegemarannya kepada musik telah dimulai dari usia empat tahun. Kegemaran itu membuat Mike Shinoda terbuka mendengarkan banyak karya musisi dunia.

Ia membelajari banyak alat musik. Ia juga mendalami banyak genre musik. Ia kemudian jatuh hati pada hiphop dan musik rapnya. Kegemarannya bermusik semakin menjadi-jadi kala ia menimbah ilmu di bangku SMA di Agoura Hills, California, Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Keinginan membangun sebuah band yang mengusung Nu Metal muncul. Semesta mendukung. Mike lalu terhubung dengan Brad Delson (gitar), Rob Bourdon (drum), Joe Hahn (Dj), Dave Farrell (bass), dan Mark Wakefileld (vokal). Keenamnya sepakat mendirikan band bernama Xero pada 1996.

Nama itu tak bertahan lama. Apalagi, setelah Chester Bennington masuk menggantikan Mark Wakefileld yang keluar pada 1999. Xero pun berganti jadi Hybrid Theory.  Namun, lagi-lagi nama Hybrid dikenal tak unik. Nama itu sudah digunakan.

Chester mengambil kesimpulan dan menggantinya dengan Hybrid Theory jadi Lincoln Park. Suatu nama taman yang menjadi titik temu anggota band kala berkumpul latihan di New York. Nama itu lalu diselaraskan jadi Linkin Park karena nama itu yang hanya tersedia untuk pembuatan domain website basis penggemar di dunia maya.

Keberuntungan pun menyelimuti nama Linkin Park. Lincoln Park atau Linkin Park sama saja. Keduanya tetap disukai banyak orang.

"Kami pergi tur tepat setelah kami mengganti nama jadi Linkin Park. Nyatanya kami menyadari bahwa taman Lincoln hampir ada di setiap kota di AS. Orang-orang akan datang ke kami dan pergi: Bung! Kamu dari taman Lincoln sebelah mana? Itulah lelucon, pada dasarnya adalah bahwa Lincoln Park ada di mana saja kita pergi, orang-orang jadi menganggap Linkin Park adalah band lokal. Jadi, itu bumbu yang membuat Linkin Park sukses, dan nama itu memang keren,” ujar Brad Delson dikutip Adam Dolgins dalam buku The Big Book of Rock & Roll Names (2019).

Album Hybrid Theory

Proses kreatif dari Linkin Park tak kalah seru. Mike Shinoda menggambarkan anggota Linkin Park tak melulu sebagai orang yang cerdas secara akademis, tapi juga cerdas secara emosional. Bahkan, sisi emosional itu mampu dikolaborasikan Chester Bennington dengan bait-baik lirik yang menyayat hati.

Materi lagu dari Linkin Park disukai oleh label musik Warner Bros. Linkin Park menyiapkan 11 lagu dengan sentuhan mentereng rock dan rap. Namun, kisah yang dihadirkan dalam lagu dianggap tak memiliki nyawa penuh kultur hiphop dengan sentuhan musik rap dan dentuman disk jockey.

Lagu-lagu yang jadi unggulan pun diperkenalkan seperti Crawling, Papercut, One Step Closer, hingga In the End. Isi lirik lagu pun menggambarkan hal yang spesipik. Tiada umpatan, sindiran politik, atau ketidakadilan. Lagunya didominasi oleh perasaan kegelisahan seorang remaja belaka. Semuanya dikemas dalam sebuah album, Hybrid Theory pada 2000.

“Akhir tahun 1990-an merupakan masa yang membahagiakan bagi persinggungan antara hard rock dan hiphop. Linkin Park, yang merilis album perdananya, Hybrid Theory, pada tahun 2000, merupakan band paling ramping dan ramah pop di antara band-band besar generasi itu — tidak sekacau Korn, lebih dewasa daripada Limp Bizkit,” ujar Jon Caramanica dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Chester Bennington Brought Rock Ferocity to Linkin Park’s Innovations, 27 Juni 2017

Album itu diperkenalkan kepada dunia pertama kali pada 2000. Linkin Park pun berhasil merebut banyak hati banyak pendengarnya. Band yang notabene memiliki dua vokalis memberikan penggemarnya nuansa berbeda dari band Nu Metal lain macam Rage Against The Machine atau Limb Bizkit.

Sasaran Kritik

Musik Linkin Park memang berfokus kepada dua vokalis: Chester Bennington dan Mike Shinoda. Keduanya bak menciptakan harmoni yang menjadi ciri khas Linkin Park. suara powerful dari Chester berpadu dengan gaya rap kalem ala Mike Shinoda.

Album Hybrid Theory pun secara umum disukai khalayak. Namun, lampu sorot justru hanya diarahkan ke sosok Chester Bennington saja. Kehadiran Mike Shinoda justru dianggap tak layak jadi representasi hiphop dengan musik rap yang kerasnya.

Kritik itu diarahkan karena Mike Shinoda dianggap salah arah membawa musik rap. Kala itu musik rap memang didominasi kaum kulit hitam dan latin. Barang siapa kaum kulit putih atau orang Asia yang membawa musik rap sulit mendapatkan sambutan. Kadang kala orang kulit putihnya hanya dianggap penonton saja.

“Mike Shinoda, rapper grup tersebut kurang berkesan. Seorang penulis lirik yang tidak anggun dengan kaus oblong dan celana longgar. Ia dapat dengan mudah digantikan oleh salah satu dari sekian banyak pemuda di antara penonton yang ikut menyanyikan rap di setiap lirik,” ujar Kelefa Sanneh dalam tulisannya di laman The York Times berjudul  A Howl of Total Anguish With a Punch in the Head, 12 Februari 2002.

Kritik terhadap Mike Shinoda bukan sekali dua kali datang, tapi berkali-kali. Mike Shinoda bahkan sempat dianggap menurunkan derajat musik rap. Gaya bernyanyi cepat dengan tempo menyakinkan itu harusnya bisa membuat Shinoda seraya pemberontak nan berhaya. Namun, kenyataannya tidak.

Mike Shinoda hanya dianggap sebagai pelengkap aksi bernyanyi Chester Bennington. Bahkan, produser musik, Linkin Park Jeff Blue sempat melontarkan keinginan bahwa Mike Shinoda tak usah bernyanyi rap. Ia fokus bermain musik saja.

Kritikan boleh terus mendatangi. Mike Shinoda santai saja menanggapi kritik. Namun, bukan berarti Album Hybrid Theory mendapatkan penjuangan yang biasa-biasa saja. Album itu sukses besar. Album itu terjual 14 juta kopi dan jadi album terlaris pada 2001.

Belakangan Aksi Mike Shinoda dengan rap kalemnya mulai mendapatkan tempat di antara penggemar Linkin Park. Kritikan boleh jadi tetap ada. Namun, urusan kesempurnaan lain soal. Mike Shinoda pun mengamini bahwa Linkin Park bukan satu atau dua orang, tapi mencangkup satu grup band utuh. Mike Shinoda seraya berujar: But in the end, it doesn't even matter.

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.