• Sabtu, 21 Desember 2024

Marissa Haque dan Film Matahari-Matahari: Gagal Dapat Piala Citra, Menang Piala Asia Pasifik

Marissa Haque dan Film Matahari-Matahari: Gagal Dapat Piala Citra, Menang Piala Asia Pasifik
Marissa Haque kala berperan sebagai iyom (Si wanita bisu) dalam film Matahari-Matahari rekaan sutradara kesohor, Arifin C. Noer pada 1985 | Indonesianfilmcenter.com

SEAToday.com, Jakarta - Aktris legendaris, yang juga politisi, Marissa Haque meninggal dunia pada 2 Oktober 2024. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi seisi Indonesia. Istri tercinta Ikang Fawzi itu dikenal telah mewarnai dunia hiburan sedari era 1980-an.

Kepergian Marissa menyisakan kenangan yang mendalam bagi keluarga, sahabat, dan penggemarnya. Salah satu kenangan yang paling diingat oleh penggemarnya adalah totalitasnya dalam bermain film Matahari-Matahari (1985). Ia bermain sebagai orang bisu. Namun, peran itu tak dilirik Festival Film Indonesia (FFI) 1987, tapi menang di luar negeri. Bagaimana bisa?

Bakat Marissa eksis di dunia hiburan sudah terlihat sejak muda. Wanita kehadiran Balikpapan, 15 Oktober 1962 itu punya potensi besar untuk sukses. Mulanya Marissa dikenal sebagai penari dan penyanyi aktif dari kelompok Swara Mahardika.

Suatu kelompok musik yang dipimpin oleh Guruh Soekarnoputra. Suaranya indah, ditambah wajahnya juga ayu. Bekal itu membuat Marissa digadang-gadang memiliki karier cemerlang di dunia hiburan.

Ia lalu banyak mendapatkan panggilan kerjaan sebagai model iklan. Perlahan tapi pasti ia mulai memasuki gerbang karier jadi bintang film. Film pertamanya adalah Kembang Semusim yang rilis pada 1980. Kemunculannya dalam dunia film membawakan kesan bahwa Marrisa bukan sosok yang sembarang.

Karakternya sebagai wanita kritis dan perfeksionis dominan muncul. Ia tak mau hanya sekedar nampang nama saja untuk bermain film. Ia ingin film-filmnya dapat menjadi jembatan baginya supaya eksistensinya sebagai aktris diakui.

Semesta pun mendukung. Marissa lalu dipertemukan dengan aktor dan sutradara kenamaan Indonesia, Sophan Sophiaan. Marissa lalu bergabung dalam proyek Filmnya, Tinggal Landas Buat Kekasih (1984). Film itu bercerita terkait keretakan rumah tangga seorang pilot.

Marissa pun diganjar penghargaan sebagai Aktris Pembantu Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) atau Piala Citra pada 1985. Penghargaan itu jadi penyemangat penting Marissa dalam dunia seni peran.

“Ica memang terharu sekali. Tadinya Ica kira menang di film Serpihan Mutiara Retak (yang menang), eh, tahunya, di film Tinggal Landas Buat Kekasih,” ujar Marissa dikutip majalah Tempo berjudul Bergaya dengan Topi, 17 Agustus 1985.

Jadi Orang Bisu

Kemenangan di FFI 1985 tak lantas membuat Marissa berpuas diri. Ia terus memacu kreativitas dan nyalinya dalam dunia seni peran. Ia sebelumnya sampai memutuskan mengambil peran tak biasa. Ia mau menerima peran jadi orang bisu dari sutradara kenamaan, Arifin C. Noer dalam proyek film Matahari-Matahari.

Perannya sulit bukan main. Marissa harus diharuskan memerankan sosok wanita bisu bernama Iyom. Observasi pun dilakukannya. Ia menghabiskan tiga bulan belajar sebagai orang bisu.

Ia sampai bergaul dengan orang bisu-tuli di gedung Gerakan Kesejahteraan Tunarungu, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Marissa merasa akting itu adalah yang paling terberat.

“Tapi film yang disutradarai Arifin C. Noer ini membuat Icha merasa ditantang. la tampil sebagai gadis lugu dengan dandanan seadanya - memakai kebaya dan kain lusuh. Beda dengan film-film Icha sebelumnya, yang kebanyakan memerankan remaja yang lincah, genit, dan mengenakan kostum yang serba 'wah' di samping yang buka-bukaan,’ tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Memerankan Gadis Bisu, 4 Mei 1985.

Mulanya Marissa sempat menafsir orang bisu tak ubahnya orang idiot. Namun, Marissa salah. Ia melihat orang bisu tak ubahnya orang normal. Mereka dipaksa keadaan supaya menyampaikan keinginan dengan caranya sendiri.

Kondisi itu dipandang seperti orang idiot dalam pandangan banyak orang. Marrisa harus bisa berlatih menggunakan ekspresi muka kosong. Ia pun berlatih untuk memainkan ekspresi mulut yang menjadi penegas orang bisu.

Namun, akting itu tak mudah. Perannya sebagai orang bisu sempat terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Saking ia begitu mendalaminya. Marissa tak lagi paham dengan siapa ia berjumpa. Mereka yang datang – teman atau tamu—selalu diajaknya berbicara bahasa isyarat.

Gagal Dapat Piala Citra

Proses pengambilan gambar pun rampung. Arifin C. Noer yang notabene dikenal sebagai sutradara Pengkhianatan G30S/PKI (1984) yakin filmnya Matahari-Matahari yang rilis pada 1985 diterima oleh publik.

Sambutan positif didapat. Orang-orang kemudian terpukau dengan akting Marrisa yang berperan sebagai Iyom, si wanita bisu. Film yang bercerita terkait impian ingin kaya raya orang desa ke kota itu membuat Marissa dijagokan mendapatkan Piala Citra dalam penyelengaraan FFI 1986.

Media massa yang menjadi corong bersuara rakyat Indonesia saja mendukungnya. Bahkan sebelum keluar nominasi pasti, Marissa sudah dianggap sebagai sosok yang merebut perhatian dari FFI 1986. Namun, harapan tinggal harapan.

"Marissa Haque dijagokan kalangan pers karena permainannya dalam film Matahari-Matahari. Ternyata ia dikalahkan oleh Tuty Indra Malaon dalam film Ibunda (1986) yang disutradarai Teguh Karya," ujar tokoh pers nasional, Rosihan Anwar dalam buku Swear Ros (1990).

Marissa yang mulanya percaya diri datang menanti pengumuman nominasi FFI 1986 ke Studio II TVRI. Ia justru kecewa berat kala namanya tak disebut jadi nominasi. Padahal, film yang dibintangi Marissa ada tiga yang masuk nominasi: Matahari-Matahari, Sebening Kaca, dan Melintas badai.

Kekecewaan itu juga dirasakan rakyat Indonesia yang menonton film Matahari-Matahari. Untungnya peran sebagai orang bisu tak dianggapnya sia-sia. Marissa selalu menanggap peran itu jadi yang paling diingatnya dalam sanubari.

Bak tiada kayu, rotan pun jadi. Begitu pula kondisi Marissa. Ia memang tak dinominasikan atau mendapat Piala Citra. Ia justru mendapatkan penghargaan lebih bonafit yakni Piala Festival Asia Pasifik di Taipei, Taiwan pada 1987.

“Marissa meninggalkan acara dengan perasaan yang amat kecewa, malah disertai tangis sesunggukan. Namun Marissa akhirnya mengantongi piala di Festival Film Asia Pasifik di Taipei pada tahun 1987 lewat peran Iyom itu,” ujar raja infotainment, Ilham Bintang dalam buku Mengamati Daun-Daun Kecil Kehidupan (2007).

Ia berhak atas penghargaan sebagai Pemeran Wanita Terbaik. Peran tak hanya memukau rakyat Indonesia, tapi juga rakyat Asia Pasifik.

Kemenangan itu jadi bukti bahwa suatu kerja keras akan mendapatkan hasil yang setimpal. Marissa sudah membuktikannya. Akhir cerita, kita cuma bisa berucap: Selamat jalan, Marissa Haque.

 

 

 

 

 

Share
Lifestyle
SPOTLIGHT Indonesia 2024, Hadirkan Tema Cultural Fusion dengan Wastra dan Budaya Nusantara

SPOTLIGHT Indonesia 2024, Hadirkan Tema Cultural Fusion dengan Wastra dan Budaya Nusantara

NewJeans Donasi 100 Juta Won untuk Anak-anak yang Merawat Keluarg...

NewJeans menyumbangkan dana 100 juta won atau sekitar Rp1,04 miliar ke badan amal yang membantu anak-anak atas nama penggemar mereka yakni Bunnies.

Stasiun Whoosh Karawang Bakal Layani Penumpang Mulai 24 Desember

Stasiun Whoosh Karawang akan mulai melayani naik turun penumpang mulai 24 Desember 2024.

Misteri Santet: Ragam Jenis, Media, dan Praktik Supranatural yang...

Santet merupakan ilmu supranatural yang hingga saat ini masih ada dan berkembang di masyarakat.

5 Fakta Gunung Kawi, Sering Jadi Tempat Pesugihan

Gunung Kawi merupakan sebuah tempat yang sangat terkenal di Pulau Jawa yang kental dengan cerita mistis, salah satunya pesugihan.

Natal dan Tahun Baru 2024
Direct Train Rute Semarang dan Yogyakarta Beroperasi hingga 5 Januari 2025, Ini Harganya

Direct Train Rute Semarang dan Yogyakarta Beroperasi hingga 5 Januari 2025, Ini Harganya

Pemprov Jakarta Siagakan 4.200 Petugas untuk Amankan Jakarta di N...

Pemprov Jakarta menyiagakan 4.200 petugas untuk berjaga di berbagai titik guna mengamankan Jakarta pada momen perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru (Nataru) 2025.

5 Ide Kegiatan di Rumah Saat Liburan Nataru, Gak Bikin Bosan

Beberapa ide kegiatan di rumah yang bisa dilakukan saat liburan Natal dan Tahun Baru atau nataru.

Dukung Kelancaran Nataru, Tol Sigli-Banda Aceh Seksi 1 Akan Difun...

Hutama Karya mengoperasikan secara fungsional Jalan Tol Sigli-Banda Aceh Seksi 1 Padang Tiji-Seulimeum mulai 21 Desember 2024 untuk kelancaran Nataru.

Jasa Marga Berikan Diskon 10 Persen untuk Tarif Tol Jakarta-Semar...

Jasa Marga memberikan diskon tarif tol 10 persen untuk Jalan Tol Trans Jawa rute Jakarta-Semarang dan sebaliknya untuk libur Natal dan Tahun Baru 2024/2025.

Berita Terpopuler

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Sejarah Blok M: Perjalanan Panjang Hadirkan Pusat Nongkrong Anak...

popularitas Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda lintas generasi tak dibangun dalam waktu singkat. Ada jejak penjajah Belanda dan Ali Sadikin di dalamnya.

Penyanyi Era 70-an Dina Mariana Meninggal Dunia

Penyanyi era 70-an Dina Mariana meninggal dunia pada Minggu, 3 November 2024. Dina mengembuskan napas terakhir di usia 59 tahun.