• Sunday, 22 December 2024

Marissa Haque dan Film Matahari-Matahari: Gagal Dapat Piala Citra, Menang Piala Asia Pasifik

Marissa Haque dan Film Matahari-Matahari: Gagal Dapat Piala Citra, Menang Piala Asia Pasifik
Marissa Haque kala berperan sebagai iyom (Si wanita bisu) dalam film Matahari-Matahari rekaan sutradara kesohor, Arifin C. Noer pada 1985 | Indonesianfilmcenter.com

SEAToday.com, Jakarta - Aktris legendaris, yang juga politisi, Marissa Haque meninggal dunia pada 2 Oktober 2024. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi seisi Indonesia. Istri tercinta Ikang Fawzi itu dikenal telah mewarnai dunia hiburan sedari era 1980-an.

Kepergian Marissa menyisakan kenangan yang mendalam bagi keluarga, sahabat, dan penggemarnya. Salah satu kenangan yang paling diingat oleh penggemarnya adalah totalitasnya dalam bermain film Matahari-Matahari (1985). Ia bermain sebagai orang bisu. Namun, peran itu tak dilirik Festival Film Indonesia (FFI) 1987, tapi menang di luar negeri. Bagaimana bisa?

Bakat Marissa eksis di dunia hiburan sudah terlihat sejak muda. Wanita kehadiran Balikpapan, 15 Oktober 1962 itu punya potensi besar untuk sukses. Mulanya Marissa dikenal sebagai penari dan penyanyi aktif dari kelompok Swara Mahardika.

Suatu kelompok musik yang dipimpin oleh Guruh Soekarnoputra. Suaranya indah, ditambah wajahnya juga ayu. Bekal itu membuat Marissa digadang-gadang memiliki karier cemerlang di dunia hiburan.

Ia lalu banyak mendapatkan panggilan kerjaan sebagai model iklan. Perlahan tapi pasti ia mulai memasuki gerbang karier jadi bintang film. Film pertamanya adalah Kembang Semusim yang rilis pada 1980. Kemunculannya dalam dunia film membawakan kesan bahwa Marrisa bukan sosok yang sembarang.

Karakternya sebagai wanita kritis dan perfeksionis dominan muncul. Ia tak mau hanya sekedar nampang nama saja untuk bermain film. Ia ingin film-filmnya dapat menjadi jembatan baginya supaya eksistensinya sebagai aktris diakui.

Semesta pun mendukung. Marissa lalu dipertemukan dengan aktor dan sutradara kenamaan Indonesia, Sophan Sophiaan. Marissa lalu bergabung dalam proyek Filmnya, Tinggal Landas Buat Kekasih (1984). Film itu bercerita terkait keretakan rumah tangga seorang pilot.

Marissa pun diganjar penghargaan sebagai Aktris Pembantu Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) atau Piala Citra pada 1985. Penghargaan itu jadi penyemangat penting Marissa dalam dunia seni peran.

“Ica memang terharu sekali. Tadinya Ica kira menang di film Serpihan Mutiara Retak (yang menang), eh, tahunya, di film Tinggal Landas Buat Kekasih,” ujar Marissa dikutip majalah Tempo berjudul Bergaya dengan Topi, 17 Agustus 1985.

Jadi Orang Bisu

Kemenangan di FFI 1985 tak lantas membuat Marissa berpuas diri. Ia terus memacu kreativitas dan nyalinya dalam dunia seni peran. Ia sebelumnya sampai memutuskan mengambil peran tak biasa. Ia mau menerima peran jadi orang bisu dari sutradara kenamaan, Arifin C. Noer dalam proyek film Matahari-Matahari.

Perannya sulit bukan main. Marissa harus diharuskan memerankan sosok wanita bisu bernama Iyom. Observasi pun dilakukannya. Ia menghabiskan tiga bulan belajar sebagai orang bisu.

Ia sampai bergaul dengan orang bisu-tuli di gedung Gerakan Kesejahteraan Tunarungu, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Marissa merasa akting itu adalah yang paling terberat.

“Tapi film yang disutradarai Arifin C. Noer ini membuat Icha merasa ditantang. la tampil sebagai gadis lugu dengan dandanan seadanya - memakai kebaya dan kain lusuh. Beda dengan film-film Icha sebelumnya, yang kebanyakan memerankan remaja yang lincah, genit, dan mengenakan kostum yang serba 'wah' di samping yang buka-bukaan,’ tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Memerankan Gadis Bisu, 4 Mei 1985.

Mulanya Marissa sempat menafsir orang bisu tak ubahnya orang idiot. Namun, Marissa salah. Ia melihat orang bisu tak ubahnya orang normal. Mereka dipaksa keadaan supaya menyampaikan keinginan dengan caranya sendiri.

Kondisi itu dipandang seperti orang idiot dalam pandangan banyak orang. Marrisa harus bisa berlatih menggunakan ekspresi muka kosong. Ia pun berlatih untuk memainkan ekspresi mulut yang menjadi penegas orang bisu.

Namun, akting itu tak mudah. Perannya sebagai orang bisu sempat terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Saking ia begitu mendalaminya. Marissa tak lagi paham dengan siapa ia berjumpa. Mereka yang datang – teman atau tamu—selalu diajaknya berbicara bahasa isyarat.

Gagal Dapat Piala Citra

Proses pengambilan gambar pun rampung. Arifin C. Noer yang notabene dikenal sebagai sutradara Pengkhianatan G30S/PKI (1984) yakin filmnya Matahari-Matahari yang rilis pada 1985 diterima oleh publik.

Sambutan positif didapat. Orang-orang kemudian terpukau dengan akting Marrisa yang berperan sebagai Iyom, si wanita bisu. Film yang bercerita terkait impian ingin kaya raya orang desa ke kota itu membuat Marissa dijagokan mendapatkan Piala Citra dalam penyelengaraan FFI 1986.

Media massa yang menjadi corong bersuara rakyat Indonesia saja mendukungnya. Bahkan sebelum keluar nominasi pasti, Marissa sudah dianggap sebagai sosok yang merebut perhatian dari FFI 1986. Namun, harapan tinggal harapan.

"Marissa Haque dijagokan kalangan pers karena permainannya dalam film Matahari-Matahari. Ternyata ia dikalahkan oleh Tuty Indra Malaon dalam film Ibunda (1986) yang disutradarai Teguh Karya," ujar tokoh pers nasional, Rosihan Anwar dalam buku Swear Ros (1990).

Marissa yang mulanya percaya diri datang menanti pengumuman nominasi FFI 1986 ke Studio II TVRI. Ia justru kecewa berat kala namanya tak disebut jadi nominasi. Padahal, film yang dibintangi Marissa ada tiga yang masuk nominasi: Matahari-Matahari, Sebening Kaca, dan Melintas badai.

Kekecewaan itu juga dirasakan rakyat Indonesia yang menonton film Matahari-Matahari. Untungnya peran sebagai orang bisu tak dianggapnya sia-sia. Marissa selalu menanggap peran itu jadi yang paling diingatnya dalam sanubari.

Bak tiada kayu, rotan pun jadi. Begitu pula kondisi Marissa. Ia memang tak dinominasikan atau mendapat Piala Citra. Ia justru mendapatkan penghargaan lebih bonafit yakni Piala Festival Asia Pasifik di Taipei, Taiwan pada 1987.

“Marissa meninggalkan acara dengan perasaan yang amat kecewa, malah disertai tangis sesunggukan. Namun Marissa akhirnya mengantongi piala di Festival Film Asia Pasifik di Taipei pada tahun 1987 lewat peran Iyom itu,” ujar raja infotainment, Ilham Bintang dalam buku Mengamati Daun-Daun Kecil Kehidupan (2007).

Ia berhak atas penghargaan sebagai Pemeran Wanita Terbaik. Peran tak hanya memukau rakyat Indonesia, tapi juga rakyat Asia Pasifik.

Kemenangan itu jadi bukti bahwa suatu kerja keras akan mendapatkan hasil yang setimpal. Marissa sudah membuktikannya. Akhir cerita, kita cuma bisa berucap: Selamat jalan, Marissa Haque.

 

 

 

 

 

Share
Lifestyle Update
Indonesia Welcomes Back 828 Artifacts from the Netherlands

Indonesia Welcomes Back 828 Artifacts from the Netherlands

Five Places to Hunt for Authentic Indonesian Souvenirs

Check out these recommended places to hunt for authentic souvenirs in Indonesia, as quoted from the Ministry of Tourism and Creative Economy website!

The National Museum Exhibits 200 Keris Collections, Celebrating 1...

The event is part of the 19th anniversary of the designation of the Indonesian Keris as a World Cultural Masterpiece by UNESCO, which was announced on November 25, 2005 and then inscribed in UNESCO's Representative List...

Culture Ministry Supports Initiative to Open 17 New Cinemas for...

Minister of Culture Fadli Zon has supported for the launch of 51 new cinemas under the name Sam's Studio, set to begin operations on December 5.

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Trending Topic
Popular Post

NewJeans Will Debut at Billboard Music Awards 2023

South Korean girl group NewJeans will perform at the 2023 Billboard Music Awards on November 19.

Golden Disc Awards 2024 Will be Held in Jakarta, Here are The Tic...

The 2024 Golden Disc Awards (GDA) will be held at the Jakarta International Stadium (JIS) on January 6.

PARAMABIRA, BINUS University Choir Wins International Competition...

PARAMABIRA secured victory setting the record for the highest score ever recorded in the Sing'N'Pray Kobe competition.

NewJeans Wins Top Global K-pop Artist Award at 2023 Billboard Mus...

NewJeans also won the new Top Global K-pop Artist Award. They won over Stray Kids, TOMORROW X TOGETHER, TWICE, and Jimin of BTS.

NCT 127 Concert Tickets "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY" On Sale S...

K-Pop boy group NCT 127 will hold a concert titled NCT 127 3RD TOUR "NEO CITY: JAKARTA - THE UNITY", which will be held at Indonesia.

Wonderful Indonesia
Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Mount Rinjani to Implement Zero Waste Policy Starting April 2025

Plataran Komodo Indonesia Named 'Best for Romance' at 2025 Condé...

Plataran Komodo is the only resort in Indonesia to win the award, beating out countries with the best hospitality industries in the world, such as the Maldives, Thailand, Australia, and Japan.

Top 10 Beaches You Can’t Miss in 2024, Indonesia’s Pink Beach Inc...

Indonesia's Pink Beach, also known as Tangsi Beach, has secured the seventh spot on this list. Its striking pink sand makes it a visually stunning destination and a popular spot for photography.

Nusantara Becomes Tourist Hotspot, Attracting 5,000 Daily Visitor...

The Nusantara Capital Authority (OIKN) has reported that the Nusantara Capital City in East Kalimantan is currently attracting up to 5,000 visitors daily.

National Museum Offers IDR 1,000 Admission on November 10 for Her...

To celebrate the National Heroes Day on Sunday (11/10), the Indonesian Heritage Agency (IHA) is offering free admission for Indonesian veterans and a promo price of IDR 1,000 to visit the National Museum of Indonesia.