SEAToday.com, Jakarta – Harvey Moeis suami Sandra Dewi ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan korupsi tata niaga timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah. Ayah dua anak ini langsung ditahan selama 20 hari ke depan.

Sudah lama Harvey dikenal sebagai sosok kaya raya. Ditambah paras tampannya membuat pria berkulit putih itu dianggap suami dengan paket lengkap. Saking banyak uang yang dimiliki, Harvey dikabarkan memiliki sebuah private jet atau jet pribadi. Tidak semua orang kaya di Indonesia punya jet pribadi. Hanya beberapa konglomerat saja yang punya pesawat mahal itu.

Isu Harvey membeli jet pribadi muncul pada tahun 2019. Harvey membeli jet pribadi sebagai hadiah untuk anak pertamanya, Raphael Moeis yang berulang tahun. Sandra Dewi juga pernah berfoto di dalam jet pribadi yang diduga milik suaminya.

 Harvey bersama beberapa orang termasuk seorang pastor pernah berfoto di depan pesawat tersebut. Diduga pastor itu akan memberkati pesawat yang baru dibeli Harvey.Jet pribadi tipe Bombardier Challenger 605 adalah jenis pesawat yang dibeli Harvey.

Bombardier Challenger 605 memiliki harga sekitar 16 juta dolar Amerika atau Rp 253 miliar. Pesawat ini memiliki kapasitas 12 penumpang dengan kabin yang cukup luas di dalamnya. Berbeda dengan jet pribadi jenis lain, Bombardier Challenger 605 tidak membutuhkan biaya perawatan yang mahal.

Bombardier Challenger 605 dapat terbang dengan kecepatan mencapai 893 kilometer per jam dengan ketinggian maksimal 41.000 kaki. Memiliki jet pribadi memudahkan aktivitas Harvey sebagai pengusaha yang sering berpergian keluar kota bahkan luar negeri. Termasuk saat liburan dengan keluarga bisa memakai pesawat super cepat ini.

Dengan kekayaan yang dimilikinya, Harvey tak hanya memiliki jet pribadi. Dia dikabarkan mempunyai beberapa mobil mewah berharga miliaran. Misalnya Rolls Royce, Ferarri, hingga Bentley Bentayga Hybrid.

Terkait kasus korupsi yang diduga merugikan negara sampai Rp 271 triliun, peran Harvey cukup besar. Harvey sebagai petinggi perusahaan diduga meminta pihak smelter untuk menyisihkan sebagian keuntungan yang dihasilkan dan diserahkan kepada Harvey, seolah-olah sebagai dana CSR yang difasilitasi oleh Manager PT QSE, Helena Lim yang lebih dulu ditetapkan sebagai tersangka.

Harvey juga menjalani perannya diduga menjadi perpanjangan tangan atau pihak yang mewakili perusahaan PT RBT. Bersama mantan Direktur Utama PT Timah, Harvey mengakomodasi kegiatan pertambangan liar di wilayah IUP PT Timah untuk mendapat keuntungan.

Atas dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan Harvey, ia menjadi tersangka dan karena diduga melanggar Pasal 2 Ayat (1), Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 Ayat (1) ke 1 KUHP.