• Jumat, 20 September 2024

Awal Mula Paspampres Bikin Band Hibur Bung Karno: Asal Bapak Senang

Awal Mula Paspampres Bikin Band Hibur Bung Karno: Asal Bapak Senang
Bung Karno sedang menari Lenso bersama Presiden Filipina, Diosdado Macapagal di Istana Presiden di Manila pada 1964 | Perpustakaan Nasional/Sinar Harapan

SEAToday.com, Jakarta - Seorang warga Samarinda sempat membuat pengakuan dipukul oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) kala berswafoto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kejadian itu membawa kehebohan. Namun, pihak paspampres menyangkal.

Khalayak pun diminta tak berperilaku membahayakan ketika berjumpa presiden. Sebab, tugas paspampres adalah melakukan pengamanan. Dulu kala tugas paspampres bukan cuma urusan pengamanan. Paspampres harus serba bisa, dari menghibur Bung Karno dan tamu negara. Paspampres sampai punya band. Asal Bapak Senang (ABS), namanya.

Tiada yang menyangkal peranan besar Bung Karno dalam mengenalkan budaya Indonesia. Bung Karno kerap mengenalkan budaya Indonesia ke dunia sebagai ajian soft power diplomacy. Tujuannya supaya kedekatan antar negara terus terbangun.

Bung Karno sendiri tak pernah sudi menggunakan budaya barat. Ia tak mau menuju lantai dansa jika diiringi musik dan dansa ala barat. Bung Karno hanya mau ke lantai dansa kala tarian lenso dimainkan dengan pemusik yang membawakan irama cha-cha.

Tari lenso sendiri dikenal sebagai tarian pergaulan asal Ambon, Maluku. Bung Karno pun menggunakan tarian itu sebagai bagian dalam penyambutan tamu negara. Kadang kala tarian itu dimainkan kalau negara punya hajatan penting.

Apresiasi besar akan diberikan Bung Karno kala ia berkunjung ke negara sahabat yang memilih mempelajari dan  memainkan tarian lenso. Boleh jadi momentum itu jadi salah satu hari penting dalam kehidupan Bung Besar.

“Perkumpulan paduan suara, yang menyambutku dengan Tari Lenso sebagai tanda penghormatan. Dua orang wanita muda tampil dari dalam kelompok ensemble itu dan meminta kepadaku untuk turut menari lenso. Sukar untuk menolaknya, karena itu aku mulai menari dan GEGER! Kilat lampu! Jepretan kamera! Dan induk karangannya: Lihat Sukarno pengejar cinta mulai lagi,” jelas Bung Karno dalam otobiografinya yang ditulis Cindy Adams berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).

Paspampres Ambil Peran

Eksistensi Bung Karno yang kerap melaksanakan malam kesenian secara dadakan sudah jadi rahasia umum. Kondisi itu membuat Datasemen Kawal Pribadi (sekarang Paspampres) kerepotan. Mereka tak hanya dituntut perkara menjaga keamanan kepala negara, mereka juga memiliki tugas lainnya.

Paspampres harus siap sedia kala Bung Karno menghadiri acara ramah-tamah. Paspampres harus mampu menjaga jalannya hiburan. Kadang juga mereka dituntut ambil bagian. Paspampres harus bisa memimpin acara ramah tamah, dari pembawa acara sampai jadi pemusik.

Paspampres bahkan memiliki band sendiri yang dulunya diinisiasi oleh Mangil Martowidjojo. Band itu mulanya diperuntukkan untuk menghibur diri antara anggota paspampres dan keluarganya di asrama. Peralatannya pun sederhana. Bung Karno pun segera mengetahui bakat itu.

Bung Karno sering meminta paspampres memainkan musik berirama cha-cha untuk melenso ria di Istana Kenegaraan Jakarta atau Bogor. Kehadiran musisi dari paspampres melengkapi kemeriahan pesta ramah tamah.  

Barulah Bung Karno segera menuju lantai dansa. Bung Besar lalu secara bergiliran mengajak ibu-ibu untuk melenso ria. Bung Karno pun mempunyai nama tersendiri terkait band ala paspampres. Bung Karno memanggilnya brul apen – secara harfiah dikenal sebagai monyet-monyet yang terus mengeram tanpa henti.

“Bila Bung Karno pergi ke daerah lain, di luar Jakarta-Bogor, anggota tim ini selalu dibawa serta, di samping melaksanakan tugas pokok menjaga keamanan presiden juga senantiasa siap bila sewaktu-waktu Bung Karno menghadiri acara ramah-tamah sambil melantai,” ucap ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno (2010).

Bung Karno dan tarian lenso jadi dua hal yang terlupakan. Tarian itu terus dipopulerkan Bung Karno ke mana pun berada. Bahkan, ketika Bung Karno melangsung kunjungan ke luar negeri. Anggota tim pemusik selalu dibawanya. Tidak boleh tidak.

Asal Bapak Senang

Bung Karno boleh menyebut grup band paspampres sebagai Brul Apen. Namun, di kalangan paspampres sendiri bukan nama Brul Apen yang populer. Mereka justru menamakan bandnya sebagai Asal Bapak Senang (ABS).

Nama itu diciptakan murni hanya sebagai bentuk pelayanan kepada Bung Karno. Tiada maksud politik apa-apa terkait nama itu. Mulanya nama itu muncul karena pemain musik dari paspampres kerap bosan membawakan irama cha-cha selama 2-3 jam tiada henti.

Protes sempat diarahkan kepada Komandan, Mangil Martowidjojo sebagai pimpinan. Hasilnya nihil. Mangil malah meminta kepada anggota band untuk memainkan saja irama yang diminta. Sebab, kalau melenceng sedikit dari irama, maka Bung Karno akan menegur.

Mangil pun meminta anggota band layani saja kehendak Bung Karno, Asal Bapak Senang. Semenjak itu nama ABS jadi nama dari band paspampres. Nama itu bahkan sudah dikenal di antara tamu undangan dan populer ke mana-mana.

“Tak salah lagi, band pengiring itu pun bernama Band ABS yang terdiri dari para polisi pengawal pribadi presiden. Band ABS memang bertugas melayani Bung Karno dalam berbagai acara santai. Mereka giat mempelajari lagu-lagu yang disukai Bung Karno. Alat-alat musik yang mereka pakai lumayan lengkap,” ujar Herry Gendut Janarto dalam buku Karlinah Umar Wirahadikusumah: Bukan Sekadar Istri Prajurit (2010).

Bung Karno pun sempat mendengar nama ABS. Kondisi ia sempat menanyakannya. Namun, Bambang Widjanarko menjawab sekenanya saja dan Bung Karno tak menanyakannya lagi. Ia bahkan yakin Bung Karno hingga akhir hayatnya tak mengetahui ABS.

Momentum manis band ABS terus teringat semasa pemerintah Bung Karno dan Orde Lama. Di mana ada kesempatan untuk melantai, Bung Karno selalu memilih untuk berlenso ria dengan irama cha-cha. Mereka yang jadi pengiring sudah tentu band paspampres. Mereka akan memainkan musik berirama cha-cha tiada henti. Semuanya dilakukan Asal Bapak Senang. 

 

 

 

Share
Lifestyle
Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Pendaki Gunung Fuji Musim Panas ini Menurun Setelah Diberlakukan Biaya Masuk

Penyanyi Era 90-an Puput Novel Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun

Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Artis yang populer di tahun 90-an, Puput Novel, tutup usia pada Minggu sore (8/9) di RS MMC Kuningan.

Aktris Drama Korea, Jo Bo Ah akan Menikah pada Bulan Oktober ini!

Aktis cantik Jo Bo Ah dikabarkan akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dari kalangan selebriti

Makna Mendalam Lagu Wake Me Up When September Ends dari Green Day

Setiap kali September tiba, "Wake Me Up When September Ends" menjadi salah satu lagu ikonik di bulan ini. Lagu ini merupakan karya hits milik band punk rock asal Amerika Serikat, Green Day.

Rossa Ajak Ariel NOAH Remake Lagu Nada-Nada Cinta, Ini Alasannya

Tahun ini, Rossa meirilis ulang lagu ini dengan duet Bersama Ariel NOA untuk soundtrack film dokumenternya: All Access To Rossa 25 Shining Years yang dirilis 1 Agustus 2024 lalu.

Berita Terpopuler

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Tradisi Unik Suku Toraja, Menikah dan Hidup Bersama Jenazah

Kusni Kasdut dan Robin Hood: Kisah Kelam Pejuang Kemerdekaan Jadi...

Indonesia juga mengenal orang baik jadi jahat. Kusni Kasdut, namanya. Kusni Kasdut awalnya pejuang kemerdekaan yang berubah jadi penjahat yang paling dicari.

Kronologi Suami Artis Jennifer Coppen Meninggal Akibat Kecelakaan...

Kronologi suami Jennifer Coppen yang meninggal karena kecelakaan motor di Bali.

Celine Dion Sulit Kendalikan Ototnya karena Stiff Person Syndrome

Penyanyi asal Kanada, Celine Dion, saat ini tengah berjuang melawan penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) sejak Desember 2022 lalu.